Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, March 2, 2011

Menghitung Berkat / Counting The Blessing


Bangun pagi ini (Senin, 28/2) ternyata masih pada kaku juga ini otot-otot tangan sampai ke seluruh lengan.

Gara-garanya waktu 2 hari lalu, hari Sabtu pagi setelah ibadah saya mengajak main anak-anak di kelas. Main putaran.

Saya berdiri memegang ke dua tangan anak erat-erat lalu saya angkat & saya putar dia 2-3 kali. Anak itu tentunya harus mengangkat ke dua kakinya sedikit ke atas supaya tidak tersangkut / terbentur ke lantai.

Anak-anak suka sekali dengan permainan ini & mereka berebutan ingin di putar oleh saya. Yang sudah mendapat giliran pun masih mendesak supaya di putar lagi. Tapi walaupun saya juga menyukai permainan ini saya membatasi tidak mau memutar seorang anak lebih dari sekali karena kepala saya pusing, bo. Hehe.

Ya, kalau cuma seorang anak sih tidak membuat saya jadi mabok. Lha, ini sekelas (dengan perkecualian Justin karena dia terlalu besar. Saya tidak kuat mengangkat & memutarnya. Tapi hari ini dia terlalu sibuk bermain sendiri sehingga tidak protes. Untunglah) yang hari ini berjumlah 13 anak.

Minggu pagi saya bangun mendapati seluruh lengan sampai ke telapak tangan pegal linu & kaku. Sampai-sampai saya kesulitan untuk menyabuni punggung saya karena tangan sulit untuk di tekuk ke belakang punggung. Aih. Kok bisa ya. Padahal saya tergolong orang yang sering bergerak. Masih juga otot-otot lengan bisa pada kaku begini.

Kapok? Oh, sama sekali tidak! Ini salah satu permainan saya dengan anak-anak yang sama-sama kami sukai. Jadi setiap ada kesempatan saya tidak akan menolak kalau ada yang mau atau meminta memainkan permainan ini. Tentunya hanya bisa dilakukan di dalam kelas kalau hari Sabtu. & asal tidak ada kepsek. Beliau pasti bisa panik kalau melihat saya & anak-anak melakukan permainan seperti ini. Lha wong menggendong anak saja tidak diperbolehkan, apalagi melakukan permainan model begini.

Siangnya kepsek sempat berkeluh kesah & curhat tentang arus pemasukan uang. Ya, walaupun doi kerap menjengkelkan & tidak jarang kami berbeda pendapat sampai sempat pula bersitegang tapi sebetulnya sayalah orang yang paling dekat & yang paling doi percaya.

Mungkin karena terlalu ‘dekat’ maka saya juga kenyang menerima bukan cuma keluhan & curhat tapi juga gerutuan, omelan, kritikan, nasihat & sejuta hal-hal lainnya yang bisa membuat saya korslet juga kalau sudah keterlaluan. Hehe.

Bahan keprihatinan kepsek dari dulu sampai sekarang adalah tentang pembayaran yang tertunggak. Yah, sekalipun dalam teori peraturan sekolah mengharuskan supaya semua kewajiban harus dilunasi pada semester pertama tapi pada prakteknya ada yang sampai hampir setahun pun belum lunas juga.

Bisa dimaklumilah kalau sulit untuk bisa lunas sekaligus atau dalam waktu 3 bulan setelah sekolah berjalan karena seorang murid baru harus membayar jumlah sekitar sejuta-an (itu untuk uang gedung, uang seragam & uang buku paket). Jumlah yang cukup besar untuk mereka yang pendapatannya tidak besar tapi harus menanggung anak lebih dari seorang & pemasukan uang datang cuma dari satu orang.

SPP bulanan yang jumlahnya ‘cuma’ Rp.120.000 pun masih ada yang tidak mampu untuk melunasinya hingga akhirnya menunggak lebih dari sebulan.

Dalam hal ini sekolah bagai makan buah simalakama. Dari sisi manusiawinya kami bisa mengerti kesulitan keuangan orang tua murid tapi di sisi lain akibatnya sekolah harus jungkir balik mengatur antara pemasukan & pengeluarannya yang tidak seimbang.

Sekolah tempat saya bekerja ini sekalipun mempunyai yayasan tapi operasionalnya berjalan mandiri. Swadaya. Swakelola. Tidak ada campur tangan dari yayasan (pemilik yayasan). Kami bebas mengatur semua sendiri tapi itu termasuk juga keuangan karena yayasan tidak menyokong dalam bentuk dana keuangan. Walaupun begitu saya tahu setiap tahun ajaran kepsek pasti ‘menyetor’ sekian juta ke rekening pemilik yayasan. Yah, adil sajalah kalau pemilik yayasan mendapat bagiannya juga.  

Saya tidak pernah tahu bagaimana kepsek mengelola keuangannya. Bagaimana beliau simsalabim mencukupkan segalanya tapi yang jelas perubahan itu kami rasakan. Selama kira-kira 3 tahun pertama masa kerja saya di sini kami guru-guru masih mendapat uang bonus setiap kali sesudah kami mengikuti kegiatan sekolah seperti acara rekreasi, lomba Agustusan, bahkan rapat & upacara 17 Agustus pun dulu masih mendapat kira-kira Rp.10.000-20.000.

Tapi kira-kira 3 tahun terakhir ini bisa di bilang jarang sekali kami mendapat uang bonus. Natal kemarin masih dapat tapi lomba di Kebun Raya tidak. Yah, kadang dapat. Kadang tidak. Saya sudah tidak terlalu berharap akan menerima uang bonus supaya tidak kecewa kalau tidak ada & bisa surprise kalau memang ada. Hehe.

Tuhan mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala hal & dalam kondisi apa pun.

Siang ini ketika saya mendengarkan keluh kesah & curhat kepsek tentang keuangan sekolah & tentang tumpukan tunggakan-tunggakan yang belum dibayarkan kepada sekolah, diam-diam dalam hati saya bersyukur saat menyadari bahwa sekalipun ada banyak kali saya merasa seperti orang yang paling menderita di dunia; saat saya melihat jumlah uang tersisa & mengkhawatirkan apakah akan cukup sampai akhir bulan; saat saya jenuh harus mengajar les-les untuk mencukupi kebutuhan keuangan selama sebulan; ketika saya ngilu melihat mata ibu saya yang digerogoti katarak / mendengar keluhan ayah saya tentang hernia & prostatnya; & bagaimana bencinya saya melihat tagihan hutang kami di perusahaan kartu kredit yang sepertinya kok tidak ada habis-habisnya; saat saya melihat rumah kami yang begitu banyak keropoknya di makan usia (& rayap) ternyata masih ada banyak orang di luar sana yang harus menghadapi situasi lebih buruk, lebih parah dari pada situasi saya.

Lalu saya melihat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Dalam kondisi bagaimana pun.

Bersyukurlah senantiasa bukan untuk kesusahan & penderitaan tapi bersyukur karena ada Tuhan yang jauh lebih kuat dari semua kesusahan & penderitaan itu.

Dengan Tuhan yang Maha Kuat itu, perjalanan hidup kami selalu bisa selamat melewati rintangan, penderitaan & kesusahan apa pun. Kalau hal itu kami alami maka siapa pun bisa mengalaminya juga. Asal percaya pada Tuhan.

Jangan pernah lepaskan imanmu. Jangan berhenti percaya. Karena rintangan, penderitaan & kesusahan itu akan Tuhan kalahkan. Kebahagiaan & pertolongan pasti datang.
___________________________________________________________________

I woke up this morning (Monday, Feb 28th) still feeling those muscle stiffness on both arm & even to the palms.

I’ve got this muscle stiffness after I played our favourite game in class 2 days ago. It was Saturday & we just had the service. We’ve got few minutes free time before we started the class so the kids wanted to play this spinning game.

I stood firmly as I held a kid’s both hand & then pulled the kid up & started spin him/her fast like a merry-go-round. They love this game & wanted to be spinned more than once. I could only spin each of them once because it gives me dizzy. Lol. Well, it’s okay if only for a kid but I’ve got 13 kids in class that Saturday.

So the next day I woke up to find the muscle on both arm even to the palms were stiff that it was difficult for me to wash my back when I took a bath. It still is today. I thought it is a bit odd because I do lots of activities so it’s unusual to get such stiffness on my muscles.

Would I not play the game then? Oh no! I love the spinning game. So do the kids. We sometimes play it on Saturday, only in class, after the service & with condition if the headmaster isn’t present. Oh, she’ll go crazy if she sees us play this kind of a game. She doesn’t allow us to carry the kids (out of emergency situation) let alone to have me play such a game with the kids. 

Later on after school headmaster unburdened her worries to me. Despite our disagreement on certain things or our argument over stuff the fact is I am the only person she feels she can confide to & have comfort & trust upon. Perhaps it is for that reason that makes me have to deal with her tantrums that could drive me crazy eventually. Sometimes.  

Her anxieties are about parents who haven’t paid their children’s school’s expenses such as for building maintenance, uniforms & text books. Well, though school gives 3 months for them to pay all of those expenses but in reality some can’t pay it even after almost a year. It’s understandable to see the total amount is about one million Rupiah. People who don’t have lots of income but have plenty to support have it hard to pay it all at once or to pay it in installment.

Some parents can’t even pay school’s monthly payment of Rp.120.000 (US$12). It’s sad to see it. Personally we understand some parents’ financial situation & problems but in other hand it makes school has to juggle to make its ends meet.

The school where I work is self managed, financing itself. School’s owner doesn’t intervene. Though I know that headmaster transfer certain amount of money to school’s owner at the end of school’s year.

Now I don’t know how headmaster manage it all to make ends meet but one thing change & that is what I consider as teacher’s tip / bonus after school has hold recreation or participate in competition or after going to a field trip. We usually get some money after school held such event or participating in such event but in the past 3 years we can’t expect too much of getting it. I don’t put too much expectation out of it so I don’t have to get disappoint when there’s none & I’d be surprised when I’ve got it.

But this morning as I heard headmaster unburdened herself to me, I quietly thanked God that despite all the misery I felt when I saw the amount of money in our house & worried if it would be enough for the end of the month; when I was so bored with tutorings but had no choice than to do side jobs to make ends meet; when it hurt to see my mother’s eyes are clouded with cataract / to hear my dad’s whine over his hernia & prostate; how much I hate to see the bills; when I see our aging house, I was just made to realize that there are so many others out there who have to endure worst situation / problems than mine.

So God says to be thankful in any kind of situation & for anything. It doesn’t mean to thankful for all the problems, misery & difficulties but to be thankful to have a God who is much more stronger & powerful for any kind of problems.

I’ve seen how God saved us through so many trying times. Don’t stop hoping. Don’t let go of your faith. Keep holding on to it. For God will cast away all problems & giving us relief, happiness & solution. He will come to give help.

No comments:

Post a Comment