Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, February 29, 2016

The Last Day..

Hari Rabu, 10 Februari saya harus kembali ke Bogor.

I had to go back to Bogor on Wednesday, 10 February.

Damn! Saya benci benar harus kembali ke Bogor. Kangen saya ke Dessy belum habis dan saya sudah harus pergi.

Damn! I hated it. I haven’t caught up with Dessy and now I had to leave.

*  *  *  *  *

Kereta Jayabaya yang akan saya tumpangi berangkat dari Malang hari Rabu, 10 Februari jam 11.45 pagi dan akan sampai di stasiun Pasar Senen, Jakarta hari Kamis, 11 Februari jam 1.15 pagi.

A moment before leaving Malang
My train, Jayabaya, left Malang on Wednesday, 10 February at 11.45 am and would arrive Pasar Senen train station, Jakarta, on Thursday, 11 February at 1. 15 am.

Saya sudah memperhitungkannya. Kereta pertama dari Pasar Senen menuju Bogor berangkat jam 5.30 pagi dan jam 7.30 saya sudah berada di Bogor. Tinggal jalan kaki sebentar dan sampailah saya di kantor.

I have calculated it. The first train to Bogor left Pasar Senen at 5.30 am and I would be in Bogor at 7.30 am. I needed only walk a while and I would arrive at the office.

Saya bisa mandi dan ganti baju di kantor.

I could shower and changed at the office.

Jam 8 lewat sedikit saya sudah siap untuk kerja.

I would be ready for work at around 8 am.

*  *  *  *  *

"Nanti teman aku ngantarin kakak ke stasiun"

"My friend will drive you to train station"

Begitulah rencana awal Dessy.

That was Dessy original plan.

Sebetulnya sih saya kepingin dia bisa ikut mengantar. Kan hari terakhir kita ketemu..

I actually wished she could come along. It would be our last day..

Kalau lagi jalan-jalan, ngobrol pasti ga bisa bebas dan lama. Kalau sudah balik ke kampusnya waktu kami lebih terbatas lagi karena dia terikat dengan aturan asramanya. Malamnya kami tidak bisa tidur sekamar karena saya tinggal di rumah ibu asramanya dan Dessy tidak diperbolehkan tidur diluar asrama. 

Our dinner on my last night in Batu (Tuesday, 9 February 2016)
We couldn't talk much when we were went on sight seeing. Once we got back to her campuss, her time was even more limited as she is bound to dorm regulations. At night we couldn't share the room because I stayed at her dorm's lady in charge's house and Dessy is not allowed to sleep outside her dorm.

Jadi kangen tidak ketemu selama tujuh bulan tidak tuntas terbayar.

The things is we haven't seen each other for seven months and time was just not by our side then.

*  *  *  *  *

Ibu asrama Dessy dan suaminya mengantarkan saya ke stasiun Malang pada hari Rabu, 9 Februari 2016.


Dessy's dorm's lady in charge and her husband drove me to Malang train station on Wednesday, 9 February 2016..

Saya punya waktu panjang karena sampai disana sebelum jam 9 pagi. Tapi saya memilih untuk duduk saja menunggu di stasiun karena malas berkeliaran kemana-mana berhubung gembolan saya berat.


I have got lots of time as I got there before 9 am. I chose to wait in there as I didn't feel like wandering around because of the heavy luggage.

*  *  *  *  *

Malam yang dingin, lantai yang dingin.

The cold night, the cold floor.

Tadinya saya berpikir saya akan melewatkan tiga atau empat jam dengan duduk di kursi di ruang tunggu di stasiun Pasar Senen.

I thought I would spend three or four hours sitting on the seat in Pasar Senen train station’s waiting room.

Kenyataannya tidak ada ruang tunggu. Penumpang tidak boleh menunggu di peron. Jadi semua turun dan saya mendapati pemandangan yang tidak bisa saya lupakan; orang duduk atau tidur di lantai di depan loket penjualan karcis kereta api commuter line.

In reality there is no waiting room. Passanger can’t wait on the platform. So everyone went downstair and I saw something that I can’t forget; people sat or slept on the floor infront of commuter line train’s counter.

Ya ampun..

Geez..

Kereta saya sampai di Pasar Senen jam 2 pagi. Untung saja dia terlambat. Kalau tidak, semakin lama juga saya harus tersiksa duduk di atas lantai yang dingin itu dan merasakan angin dingin bertiup.

My train got at Pasar Senen at 2 am. Good thing it was late. Otherwise I would spend longer time, tortured to have to sit on that cold floor and felt the cold wind breezed.

Saya lapar. Saya mengantuk. Saya kedinginan.

I felt hungry. I felt sleepy. I was freezing.

Terakhir kali saya benar-benar makan adalah kemarin pagi sebelum sampai di stasiun Malang. Setelah itu saya hanya makan cemilan karena selera saya nyaris tidak ada selama saya berada di kereta. 


The last time I ate something properly was yesterday's morning before I got at Malang train station. After that I only had snack. I just didn't have the appetite when I was on the train.

Saya menelungkupkan diri di atas ransel-ransel saya dan dalam posisi setengah duduk itu bisa juga tertidur walaupun sebentar-sebentar bangun. Saya tidak berani benar-benar tidur karena saya pergi sendiri. Saya harus tetap waspada.

I bowed down on my backpacks and I dozed off while half sitting like that. I couldn’t let myself completely fell to sleep because I was on my own. I had to remain alert.

Tiga jam itu serasa tiga tahun..

Those three hours felt like three years..

Friday, February 26, 2016

Batu, Malang

Kota yang lebih rapi, tidak banyak orang dan kendaraan (dibandingkan dengan Bogor), begitu kesan saya tentang kota Malang.

A neat town, less people and vehicle (compare to Bogor) that is how I see Malang.

Saya hanya melewati kota ini dalam perjalanan saya ke Batu pada hari kedatangan saya dan kembali melewatinya di hari terakhir ketika saya diantarkan dari Batu ke stasiun kereta api.

I just passing it through on my way to Batu on the day of my arrival and passed it again on the last day when I was driven from Batu to the train station.

Kota Batu berlokasi sekitar setengah jam dari Malang kalau ditempuh dengan memakai kendaraan pribadi dan bisa jadi satu jam kalau dengan kendaraan umum.

The town of Batu is located about half hour from Malang but it can take an hour by public transportation.

Batu jauh lebih tinggi dari Malang sehingga udaranya lebih bersih dan lebih dingin.


Batu is higher than Malang so the air is cleaner and it is colder.

Perkara dingin dan hujan.. wah, Bogor kalah deh.

When it comes to the cold and rain.. Bogor is no match with this town.

Kalau tidak hujan sih dinginnya masih bisa saya tahan tapi kalau sudah hujan.. brrr..

If it doesn’t rain I can tolerate the cold but with the rain.. brrr..

Saya datang tepat pada musim hujan.. jadi ketika itu setiap hari rata-rata mulai dari jam sembilan atau sepuluh pagi turun hujan dan bisa awet sampai malam.

I came right when it was on rainy season.. so everyday it rained since around nine or ten in the morning and it could go until the rest of the day.

Kenyang deh saya kehujanan selama berada di sana.

There was no day that I didn’t catch by the rain during my stay there.


Yang lucu waktu kami ke Selecta. Berangkat kena hujan deras, sampai di sana hujan mereda, lalu deras lagi, kemudian berhenti, berganti jadi panas, mendung dan hujan deras lagi.

Funny thing is when we went to Selecta Garden. It was pouring down when we left, it drizzled when we got there, a moment later it got bigger, it stopped, became sunny, cloudy and followed by pouring rain again.

Jadi sehari itu saya berganti-ganti basah kuyup, lalu kering dan basah lagi..

So on that day I got soaking wet, dried and soaked again..

*  *  *  *  *

Kemana saja saya selama berada di Batu?

Where did I go when I was in Batu?

Maunya sih langsung pergi jalan lagi setelah sampai di Batu tapi saya setengah mati kecapean jadi begitu kembali ke kampus Dessy, saya mandi dan kemudian ketiduran.

I wanted to go around the town once I got at Batu but I was so tired that once we got at Dessy’s campuss, I showered and fell to sleep.

Yah, pagi itu kereta saya sampai di Malang jam 10.30, setengah jam terlambat dari jadwal. Saya, Joy (teman sekampus Dessy) dan Dessy lalu pergi makan. Tengah hari barulah kami berangkat menuju Batu. Sampai di kampus mereka mungkin sudah lebih dari jam satu siang.

Arriving Malang. First thing to do after got off the train, kissing & hugging each other is having breakfast.
Joy (left) & Dessy (right) 
Well, my train arrived in Malang at 10.30 am. Me, Joy (Dessy’s friend who studies in the same campuss) and Dessy went to get something to eat. It was probably noon when we left to Batu. We got at their campuss maybe when it was around one in the afternoon.

Selain itu saya telah menghabiskan waktu selama hampir enam belas jam di atas kereta dengan tidur yang mungkin cuma empat jam. Jadi saya harus tidur dulu sebelum kami mulai jalan.

Beside that, I have spent almost sixteen hours on the train and got probably just four hours of sleep. So I had to get some sleep before we went out.

Bangun-bangun sudah sore.

It was afternoon already when I woke up.

*  *  *  *  *

Pasar Parkiran

Parking Market or Pasar Parkiran

Ibu asrama Dessy dan keluarganya membawa kami keluar malam itu untuk makan malam di sana.

That’s where Dessy’s dorm lady in charge and her family took us out for dinner that evening.

Tempat itu memang dijadikan semacam food court terbuka. Tempatnya dihiasi dengan berbagai lampu yang ditaruh di pohon atau dibuat menjadi bentuk-bentuk lucu. Lalu ada beberapa atraksi seperti Rumah Kaca yang saya dan Dessy masuki.


The place is made into an open food court. It is decorated by many lights which put in the trees or made into funny forms. It has few attraction sites too such as the Glass House that Dessy and I went into.


Kami berdua tidak henti-hentinya cekikikan ketika berputar-putar didalamnya, mencoba mencari jalan keluar sambil beberapa kali menabrak kaca dan sempat harus berhenti dulu karena merasa pusing.. hehe..


We both couldn’t stop giggling while we walked in what felt like a maze, looking for exit as we bumped into the mirror and had to stop few times because we’ve got dizzy.. lol..

Makanannya sendiri sih tidak hebat-hebat amat. Nasi goreng yang saya makan malah saya anggap jauh dari enak.

Nasi goreng (fried rice) Rp.10.000,-
The food is not too special. I had fried rice and for me it was far from tasty.

Harganya terjangkau.


Serabi abon. Rp.6.000,-
The price is considerably affordable.

*  *  *  *  *

Selecta 

Selecta Garden

Tadinya sih kami ingin ke air terjun Coban Rondo tapi hujan membuat jalanan menuju air terjun itu longsor semalam.

We wanted to go to Coban Rondo waterfall but rain caused landslide on the trail there.

Jadi deh kami langsung ke Selecta. Tiket masuknya lumayan murah untuk hari libur nasional. Dua puluh lima ribu seorang.


So we went to Selecta. The entrance ticket was considerably cheap for public day. Twenty five thousands rupiah a pax.

 
Tempatnya kagak hebat-hebat amat.. hehe, sori, bukannya mau menghina tapi saya sudah pernah mengunjungi taman bunga yang jauh lebih bagus dari ini.

The place is not amazingly amusing.. lol, sorry, I don’t mean to degrading it but I have been to a much beautiful garden than this one.

*  *  *  *  *

Alun-alun kota Batu

Batu square

Tempatnya dihiasi juga dengan berbagai lampu hias. Lalu ada kincir besar yang sayangnya tidak sempat kami naiki karena antriannya panjang sekali dan Dessy sudah gelisah karena dia harus kembali ke kampus sebelum jam sembilan malam.. Cinderella benerrr..








The place is decorated by many lights. There is big ferriswheel that unfortunately we weren’t able to get on because of the long line and Dessy was nervous thinking she had to get back to her campuss before nine pm.. so very Cinderella..


*  *  *  *  *

Museum Angkut

Museum Angkut (Transportation Museum)

Isinya segala macam alat transportasi.

It exhibits many kinds of transportation mode.

Karcis masuknya enam puluh ribu seorang kalau hari biasa. Kamera yang bukan kamera hp kena bayar juga lho. Tiga puluh ribu satu kamera.


The entrance ticket is sixty thousands a pax on weekday. Any camera which not cellphone camera got charged too. Thirty thousands for one camera.

Baru sekali ini saya masuk ke museum yang pengunjungnya harus bayar kalau bawa kamera.

That was the first time I went to a museum where visitors have to pay fee to bringing in their camera.

Kayaknya ini pake prinsip ‘aji mumpung’..

It seems they are making an advantage out of it..

Museumnya saya akui unik dan bagus banget.


I have got to admit the museum is unique and very nice.

Kalau anda suka sejarah dan mobil kuno, pasti demen deh sama museum ini.


If you like history and old cars, I bet you gonna love this museum.

Hujan lagi-lagi sedikit merusak kegembiraan kami. Soalnya beberapa bagian dari museum ini terpisah-pisah karena berada di gedung yang berbeda. Nah, untuk ke sana berarti kami harus keluar dan berjalan menembus hujan..


Rain once again kind of spoiled our excitement. It’s because some part of this museum is located in different buildings. We have got to go out and walked through the rain to get there..
  
*  *  *  *  *

Begitu deh sekilas jalan-jalan saya selama di Batu. Maunya sih lebih banyak yang dikunjungi tapi berhubung waktu dan tenaganya terbatas (duit juga.. hehe) bikin ga semua target tempat wisata bisa didatangi.

So there the story of my traveling in Batu. Wished I could go to more places but time and energy were not (also budget.. lol) allowing me to do so.

Tahun depan saya akan kembali lagi karena Dessy minta saya menghadiri acara wisudanya.

I will return next year because Dessy asked me to attend her graduation.

Nah, tahun depan nasib sudah beda dong.. hehe.. jadi saya yakin ceritanya bakal jadi lebih baik..

Next year everything will be different for sure.. lol.. so I'm sure things will be much better.. 

Wednesday, February 24, 2016

All Aboard! (Departure story)


Nah, cerita perjalanan saya ke Malang masih berlanjut disini.

So, my Malang trip continues in this post.

Catatan tentang segala krintilan persiapan sebelum berangkat bisa dibaca dipostingan saya sebelumnya (Planning a Trip, di posting tanggal 22 Februari 2016).

My scribble about all the tit and tat of the prep I made before I went on this trip can be read in my previous post (Planning a trip, posted on 22 February 2016).

Berhubung ceritanya panjang maka saya pecah dalam beberapa postingan. Planning a Trip bercerita tentang hal-hal sebelum saya berangkat, All Aboard bercerita tentang perjalanan saya pp Malang-Bogor.

Since it is a long story I note it in few posts. Planning a Trip tells about the stuff I did before I left, All Aboard tells about my Malang-Bogor round trip.

Catatan selama saya berada di Batu, Malang, menyusul ya. Semua masih berbentuk draft di dalam kepala saya dan belum berjudul.

The story about my stay in Batu, Malang, will be posted later. For time being it’s all still a draft inside my mind and has no title.

*  *  *  *  *

Misi: Mengunjungi Dessy

Mission: Visiting Dessy

Tujuan: Malang

Destination: Malang

Alat transportasi: KA ekonomi Majapahit

Transportation mode: Majapahit economy train

Waktu keberangkatan: 18.30 WIB

Departure time: 6.30 pm

Asal keberangkatan: Stasiun kereta api Pasar Senen, Jakarta.

Departing from: Pasar Senen train station, Jakarta.

Perkiraan sampai stasiun Malang: 09.55 WIB (itung aja sendiri berapa jam saya nangkring di dalam kereta ini).

ETA Malang train station: 09.55 am (calculate it yourself how long did I was on board this train).

*  *  *  *  *

“Serius lu mau ke Malang sendiri?” tanya seorang teman saya.

“Are you serious about going to Malang all by yourself?” asked a friend.

“Iya” jawab saya.

“Yes” was my answered.

“Ke, mau ke Malang?’ tanya rekan saya “Sama siapa?”

“Keke, you are going to Malang?” asked a colleague “Who will go with you?”

“Sendiri, bu” jawab saya kalem.

“By myself, ma’am” I calmly answered her.

“Saya temenin kamu ya?” Andre menatap saya ketika dia mengetahui saya bakal pergi sendiri.

“I will come along with you, ok?” Andre looked at me when he knew I would go on my own on this trip.

“Ah, ga usah!” tolak saya tegas.

“No way!” I declined firmly.

Orang-orang yang mengetahui saya akan pergi sendiri rata-rata reaksinya tidak percaya, menganggap saya nekad, gila, kurang kerjaan atau mencemaskan saya.

People who knew I would go alone gave reactions either disbelief, thinking I was daring, mad, had nothing to do or worried about me.

Bagaimana dengan orang tua saya? Ya, mereka tahu saya akan ke Malang tapi mereka tidak tahu saya akan pergi sendiri.

How about my parents? Yes, they knew about my trip to Malang but they didn’t know I went there all by myself.

Kalau mengikuti mau orang tua saya, hmm.. maunya mereka sih saya jadi anak manis, kerja dari pagi sampai sore, setelah itu pulang ke rumah dan ga keluyuran kemana-mana, menikah, berkeluarga..

My parents wishes are like, hmm.. they want me to be a sweet kid, go to work from morning to afternoon, going back home after that and not going anywhere, get married, raised a family..

Nah, saya sama sekali tidak berminat untuk hidup seperti itu. Saya selalu penuh dengan keinginan, impian, cita-cita, pemberontakan dan kontroversi.

Now I have no desire to live that kind of life. I always have many wishes, dreams, hopes, rebelation and controversy.

Jadi saya pun menempuh perjalanan pulang pergi yang demikian jauh dengan didorong oleh keinginan untuk bertemu dengan seorang teman, sahabat dan adik yang sudah tujuh bulan tidak bertemu dengan saya sejak kami berpisah di Ambon.

So I took the very far round trip, moved by the desire to meet a friend, bestfriend and sister whom I haven’t met for seven months since we bid our farewell in Ambon.

Saya pergi dengan iman, berkeyakinan teguh bahwa sekalipun secara fisik kelihatannya saya sendiri tapi Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan yang memegang nyawa setiap mahluk hidup menyertai saya. Jadi apa yang perlu saya takutkan dan cemaskan?

I left with faith, firmly believed that though I was alone physically but God who created the sky, earth and holds the lives of every living creature is with me. So what was it that I needed to fear and worry?

Saya pergi meninggalkan tembok-tembok yang memenjarakan saya, saya keluar sejenak dari tanggung jawab yang membuat saya harus menjalani kehidupan yang tidak saya inginkan, saya terbebas dari segala kepalsuan yang memuakkan dan menyesakkan jiwa.

I left the walls that imprisoned me, I was for a moment free of responsibility that make me have to live the life that against my wish, I was free of the sickening fakeness that suffocates the soul.

*  *  *  *  *

Berhubung ini adalah petualangan maka saya bersikukuh saya harus menjalaninya sendiri jadi dari awal saya berangkat sendiri ke stasiun Pasar Senen.

Since this was an adventure, I insisted I had to do it all by myself so I left alone to Pasar Senen train station.

Kalau mau ke stasiun Pasar Senen, naiklah kereta jurusan ke Jatinegara tapi jangan turun disana. Turunlah di stasiun Gang Sentiong lalu menyeberang dan ambil kereta jurusan berlawanan karena hanya kereta dari arah Jatinegara yang berhenti di stasiun Pasar Senen.


If you want to go to Pasar Senen train station, take the train to Jatinegara but don’t get off there. Get off at Gang Sentiong train station and take the train from the opposite direction because only train from Jatinegara stops in Pasar Senen train station.

Saya menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk sampai di Pasar Senen karena lalu lintas yang macet dan harus menunggu lama sekali karena keretanya tidak datang-datang.

I spent almost three hours to get to Pasar Senen train station because of the traffic and to have to wait so long for the train to come.

*  *  *  *  *

Saya sampai di stasiun kereta api Pasar Senen jam 6 sore!

I got at Pasar Senen train station at 6 pm!

Doh, saya sudah senewen setengah mati. Keretanya berangkat jam 6.30 dan saya baru sampe setengah jam sebelumnya! Mana saya masih harus ngeprint tiket.. alamak, tempat ngeprintnya aja gue kagak tau ada dimana..

Goodness, I was freakingly nervous. The train left at 6.30 pm and I have got only half hour left. I haven’t printed my ticket.. damn it, I didn’t even know where the place to print it..

“Bapaakk!” seru saya pada petugas PJKA di depan pintu keluar, sambil menunjukkan struk pembayaran tiket “Dimana saya bisa print tiket?”

“Sir!” I exclaimed to a railway officer infront of exit gate as I showed him my ticket payment receipt “Where can I get my ticket printed?”

“CTM ada di dekat Indomaret” jawabnya.

“CTM is near Indomaret convenient store” was his replied.

Nah, apa pula itu CTM? Dan ada dibelahan dunia manakah lokasi Indomaret? Aduh, lagi super duper senewen gini, ketemu pula sama orang yang irit banget kasih keterangan..

What the hell CTM stands for? And in what part of universe is this Indomaret located? Geez, I was freakingly nervous and I met somebody who gave out less information.

Ternyata CTM itu adalah Cetak Tiket Mandiri.. cetak tiket anda sendiri.

CTM stands for Self-Print Ticket.. print your own ticket.

Nah, buat kalian yang biasanya pergi keluar kota atau keluar negeri naik pesawat dan kagak pernah naik kereta api kayak saya, cara tukarin tiketnya beda.

So, to those who usually go abroad or out of town by plane and never take the train like me, it is a different way to get the ticket.

Di bandara saat check-in, kita pergi ke konter dan menyerahkan kertas print-out bookingan tiket kita dan KTP ke petugas disitu. Petugas yang akan kroscek, masukin data-data yang dibutuhin dan ngeprint tiket kita. Asyik kan.. ga pake repot, ga usah bingung atau panik karena kagak ngerti atau kalau mesinnya ngadat.

At the airport when we do the check-in, we go to the counter and hand out our ticket receipt and ID card to the officer incharge there. The officer will do the crosschecking, input the needed data and print our ticket. Isn’t it nice.. don’t give us any trouble, not confusing or panicking us for not understand how to do it or when the machine is down.

Di stasiun kereta api yang melayani jalur ke luar kota seperti Pasar Senen, ada mesin seukuran ATM. Ada layar dan keyboardnya. Layarnya layar sentuh. Nah, dilayar dapat anda lihat ada tulisan kode booking dan kotak kosong disampingnya.

In train station that operates inter-town service as Pasar Senen, they have like an ATM machine. There is a monitor and keyboard on it. It is touch screen. On the monitor screen you can see booking code and a blank box next to it.

Lihat struk pembayaran tiket anda, cari tulisan kode booking di struk itu dan ketikkan kode (terdiri dari huruf dan angka) yang tertulis di samping tulisan kode booking pada struk pembayaran tiket tersebut.

Look at your ticket receipt, find booking code on it and type that code (consists of letters and numbers) that is written next to it.

Begitu kode booking sudah diketik, tekan kotak bertulis Cari/Search di layar monitor dan secara otomatis dan mesin di dekat keyboard akan mengeprint tiket anda. Sesudahnya tinggal tiket itu tinggal kita cabut, pelan-pelan ya supaya jangan robek dua.. hehe..

Once we have typed the booking code, press the Cari/Search button on the screen and the machine next to keyboard will automatically print the ticket. After that just pulled it out, carefully as not to tear it into pieces.. lol..

Mengingat banyaknya orang yang mau ngeprint tiket di alat CTM ini, sebaiknya datang setidaknya satu jam sebelum jam keberangkatan kereta anda supaya tidak usah jadi senewen seperti saya.

Since there are many people need to print their ticket on this CTM machine, you better come at least an hour before your train departing so you don’t have to be freakingly nervous like I did.

Dalam waktu mepet seperti itu, saya dengan cepat mengamati jalur antrian. Yang terlihat ada petugas di samping mesin CTM dan yang jalurnya paling cepat bergerak, itu yang saya pilih.

Running out of time made me had to be smart on selecting the line. The one that had an officer next to the CTM machine and the line moved fast, that was the one I choose.

Oiya, berhubung waktu itu waktu tidak kondusif, saya tidak sempat memotret mesin CTM. Tapi waktu saya berada di stasiun kereta api Malang, saya punya banyak waktu sebelum kereta saya berangkat jadi saya sempat memotret mesin CTM disana. Bentuknya sedikit berbeda tapi sistem dan cara kerjanya persis sama.




Oh, since I was running out of time, I didn’t get a chance to take picture of CTM machine. But when I was in Malang train station, I have got plenty of time before my train departed so I could take picture of the CTM machine in there. It looks a bit different but the system and that thing works the same.

*  *  *  *  *

Hampir jam 6.30 ketika saya sampai di peron. Wah, keretanya belon ada.. sukurlah tapi mengingat segala kehebohan yang harus saya lewati saking takutnya ketinggalan kereta..

It was nearly 6.30 pm when I got at the platform. Man, the train wasn't there.. thank God but remembering all the hectic I had to go through for fearing I would miss it...

Saya menemukan kursi kosong.. menghenyakkan diri keatasnya, lega karena bisa duduk dan terlepas dari beban dua ransel dan sekantong plastik besar berisi empat dus lapis talas, satu dus roti unyil dan beberapa barang kecil milik saya.

I found an empty seat.. I sat there, relieved to be able to get free from two backpacks and a big plastic bag that contained with four boxes of taro cake, a box of unyil bread and few of my stuff.

Keretanya baru datang kira-kira lima belas menit kemudian. Terlambat. Nyebelin. Tapi disisi lain saya jadi bisa istirahat dulu, menelpon ke rumah, mengatur napas dan mendinginkan diri.

The train arrived about fifteen minutes later. It was late. Sucks. But in other side it gave me some time to rest, called home, took a breath and chilled.

Hujan turun dari sore tapi saya malah kepanasan. Mungkin karena senewen ditambah harus setengah berlari dengan membawa gembolan ke tempat ngeprint tiket dan naik turun tangga.. ya, begitu itu kondisi di stasiun Pasar Senen. Lumayan juga, sore-sore gue ngebakar entah berapa ratus kalori.. hehe..

It rained in the afternoon but I was sweating. Maybe because I was nervous added with had to half running with all the luggage to find the place to print my ticket and had to take the stairs.. yeah, that is how Pasar Senen train station is. Not so bad, I don’t know how many calories I have burnt that evening.

*  *  *  *  *

Kondisi kereta harusnya dibuat lebih nyaman mengingat jauhnya jarak yang membuat penumpang harus berada didalamnya selama lebih dari sepuluh jam.

The condition of the train I was taking should be made more comfortable considering the passenger has to spend more than ten hours aboard it.

Ok deh itu kereta ekonomi yang murah meriah tapi bray, coba dong sandaran kursinya jangan tegak lurus begitu. Hampir enam belas jam saya berada di kereta itu.. haduh, punggung dan bokong saya rasanya sekaku kayu.


Ok so that is cheap economy train but man, could they just position the seat is not that upright? I spent nearly sixteen hours on board it.. dude, my back and ass felt as stiff as pieces of  wood.

Jelas tidak bisa istirahat enak, boro-boro bisa tidur pulas. Setiap jam saya terbangun.

Obviously not a place to get a nice rest, let alone to sleep soundly. I woke up every hour.

Di gerbong kereta Majapahit yang saya tumpangi ini lampunya kurang terang, AC tidak dingin dan air di toilet masa belon sampe Malang sudah habis.

The compartment of Majapahit train that I took had dim lights, AC was not cold and ran out of water in the toilet before it reached Malang.

Beda dengan kereta Jayabaya yang saya tumpangi dari Malang menuju Pasar Senen. Lampu-lampunya terang, AC bikin saya menggigil dan ada banyak stok air di toilet.

It is a different thing with Jayabaya train that I took from Malang to Pasar Senen. The lights were bright, the AC made me shivered and have plenty of water in the toilet.

*  *  *  *  *

Saya capek, ngantuk, lapar, bau dan kotor luar biasa ketika kereta sampai di Malang. Yang saya inginkan saat itu adalah makan, mandi dan tidur.

I was so very exhausted, sleepy, starving, smell and dirty when the train got in Malang. All I wanted at that time was to eat, bath and sleep.

Tapi ketika saya mendekati pintu keluar, tiba-tiba saya mendengar seseorang berseru memanggil saya dan saya melihat Dessy melambaikan tangan dengan penuh semangat. Dia berlari menghampiri saya dan sebelum sempat saya bilang saya masih bau dan kotor, dia sudah memeluk dan mencium saya.

But when I got to the exit gate, suddenly I heard someone called out for me and I saw Dessy waved her hands excitedly. She ran to me and before I got a chance to tell her that I smelled and dirty, she hugged and kissed me.

Ah.. rasanya segala penderitaan selama hampir delapan belas jam menempuh jarak begitu jauh itu langsung hilang.. bahkan rasa lapar, ngantuk dan capek pun ikut terlupakan karena gembiranya saya bisa bertemu dengannya.

Arriving Malang, had breakfast with Joy (left) & Dessy (right)
Gosh.. it felt those nearly eighteen hours of struggle on that long journey was gone right away.. the feelings of hunger, sleepy and tired were forgotten as I was so happy to meet her.

Ini adalah persahabatan dan persaudaraan untuk seumur hidup..

This is a friendship and sisterhood for life..