Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, August 29, 2013

Mute

Tombol ‘mute’ ada di speaker, remote, hp dan komputer.

Mute button can be found in speakers, remotes, cellphones and computers.

Fungsinya untuk mematikan suara.

It is to turn off the sound.

“Susah banget ngomong sama itu anak. Setiap kali saya ngomong ke dia, langsung deh mute. Kayak dia ga denger apa pun” seorang teman saya mengeluh tentang anak remajanya.

“It is so hard to talk to that boy. Everytime I talk to him, he turns mute. It seems he hears nothing” one of my friend complained about her teenage son.

Tadinya saya hanya bersikap sebagai pendengar. Tapi setelah beberapa kali mendengar keluhan yang sama, akhirnya saya tidak tahan untuk tidak berkomentar.

At first I put myself just as a listener. But after hearing the same complain from time to time, I couldn’t hold myself not to comment.

“Kamu sudah instropeksi diri kamu sendiri?” tanya saya “waktu kamu ngomong ke dia, perhatikan tidak gimana cara bicara kamu ke dia? Nada suara kamu seperti apa? Bahasa tubuh kamu menyampaikan pesan apa?”

“Have you made self introspect?” I asked “when you spoke to him, did you notice the way you speak? What was your tone like? What kind of message did your body language give him?”

“Maksudnya?”

“How’s that?”

Hmm.. harus saya terangkan satu per satu dan pelan-pelan. Saya menggaruk-garuk kening saya. Harus mulai dari mana dulu ya?

Hmm.. I have to explain it one by one and not in a rush. I scratched my forehead. Where should I start?

“Cara kita bicara ke orang menentukan reaksi seperti apa yang akan mereka berikan.

“The way we talk to people determines the reaction they will give us”

“Kalau saya bicara ke kamu seperti seorang jenderal ke bawahannya, apa reaksi kamu?”


“If I talk to you like a general to his subordinate, how do you react?”

“Saya akan bersikap sebagai anak buahnya”

“I will react like a subordinate”

“Dan sikap seperti apakah itu?”

“And what kind of attitude would that be?”

“Sopan. Hormat. Patuh. Mungkin juga agak takut”

“Polite. Respectful. Obedience. Maybe a bit intimidated”

“Kalau begitu, ada rasa kedekatan emosional dengan orang itu? kamu akan curhat ke orang yang memberi kesan demikian?”

So, would you have emotional attachment with that person? Would you come to a person whom has give such impression to unburden yourself?”

“Ya, ga lah”

“No way”

Mari kita perhatikan sikap orang-orang di sekitar kita.

So let’s see how people around us behaves.

Ada yang bersikap seperti seorang jenderal, tuan, putri raja.

There are people who act like a general, a master, a princess.

Ketika mereka bicara, intinya adalah keinginan untuk di dengar dan dipatuhi karena merasa pendapat, pertimbangan, pemikiran, penilaian dan perasaannya lebih bisa di percaya, diandalkan dan dibenarkan.

When they speak, they basically want to be heard and obeyed because they feel that their opinion, consideration, mind, judgement and feelings are trustable, reliable and justified.

Karena itu mereka tidak berharap pendengarnya untuk menyanggah, mengoreksi apalagi menentang.

Therefore, they don’t expect their listener to disagree, correct nor opposed them.

Jarang ada yang memiliki kebesaran hati, kematangan jiwa dan kedewasaan untuk mau menerima, memikirkan dan mengikuti ketidaksetujuan, saran atau nasihat orang lain.

It is rare to have people like them to have big heart, fairness and maturity that make them willing to accept, consider and follow other people’s disagreements, suggestion or advice.

Saya telah bertemu dengan banyak orang seperti ini. Saya tidak mengatakan mereka adalah orang-orang jahat. Saya hanya menyayangkan kepribadian mereka yang seperti itu. Mereka akan menjadi orang-orang yang lebih baik seandainya saja mereka mau merubah pola pikir, pribadi dan prilakunya.

I have met people like that. I am not saying they are bad people. I just feel sorry for their personalities. They would make better people if only the change their mindset, personalities and attitude.

Mereka mungkin adalah orang-orang yang pintar, berhasil, beken, berkedudukan tinggi dan dikagumi orang, tapi mereka sudah pasti bukanlah orang-orang yang akan saya datangi untuk curhat.


They might be smart, successful, famous, hold important position and admired by people but they definitely are not the people I go turn to when I want to unburden my problems or feelings.

Karena sikap dan pribadi mereka sama sekali tidak membuat saya merasa nyaman.

Because their attitude and personalities don’t make me feel comfortable.

Kita mencari orang-orang yang tidak membuat kita merasa takut atau diremehkan.

We look for those who don’t make us feel scared or underestimated.

Kita berpaling pada orang-orang yang memiliki ketulusan murni.

We turn to those who have pure sincerity.

Kita berpaling kepada mereka yang memiliki rasa kasih yang lebih besar dari rasa egonya.

We turn to those who have love that is bigger than ego.

Saya bersikap baik dan ramah ketika saya bersosialisasi atau bekerja tapi jangan heran atau sirik kalau melihat saya bisa kelihatan sangat terbuka, santai dan memiliki kedekatan yang demikian erat dengan orang-orang tertentu.

I am nice and friendly when I am socializing or working but don’t be surprised or envy to see me can be open, at ease and have closeness with certain people.

Demikianlah juga jangan heran ketika melihat anak anda langsung jadi mute ketika anda bicara padanya.

Don’t be surprised when you see your son or daughter turns mute when you talk to him or her.

Jangan juga cepat-cepat mengambil kesimpulan bahwa dia membangkang atau berlaku tidak sopan kepada orang tuanya.

Don’t jump into premature conclusion that he or she is rebellious or disrespectful toward his or her parents.

Jangan bingung, kesal, iri atau menyalahkan anak ketika anda melihat dia memilih lebih suka mendengarkan atau bicara pada orang lain.

Don’t be confused, upset, jealous or blame your son or daughter when you see him or her would rather listen or talk to other people.

Saya saja sering mute kepada orang tua saya. Bukan karena saya tidak mencintai atau tidak membutuhkan mereka. Tidak juga karena mereka tidak mencintai atau memperhatikan mereka.

I myself have been having mute mode toward my parents. Not because I don’t love or need them. Neither because they don’t love or pay attention to me.

Tapi karena ketika saya sedang ingin bicara, saya melihat mereka terlalu capek, mengantuk, sibuk, sakit atau hal-hal lain yang mengalihkan perhatian mereka sehingga akhirnya saya pun mute.

It is because when I wanted to talk, I saw them too tired, sleepy, busy, sick or there were things that distracted their so it made me turn myself into mute mode.

Saya berpaling kepada orang lain yang saya tahu mencintai, memperhatikan dan yang terpenting adalah mau mendengarkan saya.

I turn to other people whom I know love and care for me. But most importantly is they listen to me.

Tapi kadang saya menjadi mute karena tidak ingin membuat cemas, takut, marah atau heboh orang tua.

But sometimes I turn myself mute because I don’t want to make my parents worry, afraid, angry or make a fuss.

Apa pun alasan seseorang menjadikan dirinya mute, hal itu berdampak tidak baik kepada dirinya sendiri dan kepada orang-orang lain.

Whatever the reason that makes someone muting him or herself, it brings bad impact on the person him or herself and to other people.

Orang tua saya baru tahu saya di tabrak motor setelah 3 hari peristiwa itu terjadi. Mereka juga baru tahu saya pergi ke Cirebon setelah saya kembali ke rumah.

My parents knew that I was hit by a motorcycle 3 days later. They knew I went to Cirebon after I got back home.

Bayangkanlah bagaimana kalau tiba-tiba anda tahu anak anda yang masih remaja diketahui hamil, memakai narkoba atau ditemukan tewas bunuh diri?


Imagine how would it be if you knew your teenage daughter were pregnant, used drugs or committed suicide.

Anda tidak tahu apa yang membuat anak anda menjadi seperti itu. Tidak pernah anda mendengar anak itu bicara tentang masalahnya dan karena semua kelihatannya baik-baik saja maka anda berkesimpulan segalanya memang baik.

You had no idea what made your son or daughter got into that kind of trouble. You never heard him or her talked about his or her problem and since everything looked okay, it made you assumed things were fine.

Hal seperti ini tidak hanya berlaku antara orang tua dengan anak.

It does not happen only in parents-children relationship.

Ketika saya berhenti bekerja sebagai guru TK, kepala sekolah dari taman kanak-kanak itu sangat kaget.

When I resigned from my post as a kindergarten teacher, the headmaster of that kindergarten was shocked.

Dia mengabaikan hal-hal yang pernah saya katakan kepadanya yang sebetulnya membuat dia harus mawas diri bahwa saya menemukan hal-hal yang tidak saya sukai atau setujui dengan caranya sebagai atasan, rekan sesama guru dan sebagai seorang pribadi.

She ignored the things I had told her, things that should have alarmed her that I had found things that I disliked or disapproved about her attitude as a superior, a fellow teacher and as a character.

Karena itu saya mengambil sikap mute yang berakhir dengan pengunduran diri saya.

I, thus, turned myself in mute mode that ended with my resignation.

Reaksinya setelah menerima pengunduran diri saya adalah dengan mengatai saya egois dan bahwa saya tidak akan betah bekerja di tempat baru itu.

Her reaction was to call me selfish and told me that I wouldn’t stay long in that new workplace.

Sikap mute memang tidak baik dan kadang menghasilkan hal-hal yang tidak baik.

Mute is not a good attitude and sometimes bring forth bad outcome.

Tapi pada saat atau situasi tertentu memang lebih baik bersikap mute. Misalnya untuk menghindari pertengkaran atau untuk mendinginkan hati.

But in other time or in certain situation, it is definitely better to mute. To avoid quarrel for example or to cool down.

Apa pun penyebab atau alasannya, sikap mute (diam atau tutup mulut) tidak boleh diabaikan.

Whatever the cause or reason, mute attitude is not a thing to be ignored.

Bila anda tahu anda telah bersikap menyebalkan atau memiliki kebiasaan atau sifat sulit dan anda melihat orang bereaksi mute terhadap semua itu, jangan mengabaikan reaksi orang.

If you knew that you have been acting like an asshole or having annoying habit or difficult character and you saw people show mute reaction to you, don’t ignore their reaction.

Di awal hubungan kami, Andre itu minta ampun cemburuan dan posesifnya. Reaksi saya adalah marah. Dan semuanya membawa kami pada pertengkaran demi pertengkaran. Capek dengan semua itu membuat saya mengambil sikap mute tapi di titik tertentu akhirnya saya mengatakan pada Andre bahwa saya tidak tahan lagi dan tidak mau melanjutkan hubungan kami.

In the beginning of our relationship, Andre was a very jealous and possessive man. I reacted in anger which led us to one quarrel after another. Tired with those things made me turned mute but in one point I told him I couldn’t stand it anymore and wanted to break up.

Berbeda dengan reaksi negatif kepala sekolah dari taman kanak-kanak itu terhadap pengunduran diri saya, Andre melakukan instropeksi diri dan hubungan kami pun berlanjut lagi sekali pun bentuknya menjadi open relationship (hubungan tanpa ikatan) atas permintaan saya.

Unlike the headmaster’s negative reaction toward my resignation, Andre made self introspect and our relationship continued though in the form of open relationship under my request.

Ingatlah bahwa seringkali orang bersikap mute karena terpaksa.

Remember that most of the time people turn into mute mode because they are forced to react like that.

Wednesday, August 28, 2013

Mind If I Pass You…

Tidak keberatan kalau saya kasih kamu..

Saya yakin tidak akan ada yang nolak kalau di kasih kue, es krim, uang, hp, tiket pesawat gratis..

I am sure no one says no when given free cake, ice cream, money, cellphone, plane ticket..

Pokoknya segala sesuatu yang gratis pasti tidak akan di tolak dong..

Anything free is very welcome..

Hmm… lalu bagaimana kalau ibu anda memberikan kepada anda… diabetes? Kanker payudara?

Hmm… so how if your mother give you… diabetic, breast cancer?

Atau ayah anda memberikan anda… apa ya kira-kira?.. mm.. tekanan darah tinggi, thalassemia?

Or your father give you… let’s see, what would that be?.. mm.. high blood pressure, thalassemia?

Semua gratis lho.. hehe..

They came for free, you know.. lol..

Kira-kira sebulan lalu saya membaca berita di yahoo.com tentang Angelina Jolie yang menjalani operasi pengangkatan indung telur dan juga payudara.


In May I read in yahoo.com about Angelina Jolie who had hysterectomy and double mastectomy. It means she had her ovaries and breast removed.

Apa dia sakit?

Was she ill?

Tidak. Dia hanya memutuskan untuk menolak pemberian gen yang kemungkinan diturunkan oleh ibunya. 

Nope. She just decided not to accept the gene that her mother might have passed to her.

Ibunya meninggal karena kanker ovarium (indung telur).

Her mother died of ovarian cancer.

Tentu saja tindakannya mengundang reaksi pro-kontra.

She surely got many pros-cons reaction.

Yang pro mengatakan bahwa siapa pun berhak melakukan apa pun terhadap tubuhnya sendiri. Toh tidak menyalahi hukum, tanggung sendiri segala resiko dan tidak bermasalah dalam hal keuangan.

The pros said anyone has the right to do whatever he / she wants to his / her own body. As long as it does not violated the law, willing to take any risk and financially capable.

Yang kontra mengatakan dia lebay, terlalu berlebihan. Toh dia sehat-sehat saja dan belum tentu juga dia akan menderita kanker seperti ibunya.

The contras said she was exaggerated. She had no health problem and who said she would get the same cancer that her mother had.

Saya mendukung pertimbangan dan keputusan Angelina.

I support Angelina’s consideration and decision.

“Jangan punya pikiran seperti itu!” Andre terdengar kaget ketika semalam dia menelpon saya.

“Never ever have that kind of idea!” Andre sounded shock when he called last night.

Di antara sekian banyak yang kami bicarakan, Angelina serta seorang istri satpam di tempat kerja saya yang terkena kanker rahim masuk dalam percakapan kami.

Of all the things we talked, Angelina and my office’s security guard’s wife who is having uterus cancer were among them.

Istri satpam itu baru 4 bulan lalu melahirkan anak mereka yang ke dua. Tapi setelah itu terus menerus mengalami pendarahan. Bulan lalu diagnosanya kanker rahim. Operasi pengangkatan rahim dan indung telur pun dilakukan. Lalu beberapa minggu lalu diketahui sel kanker telah menyebar sampai ke otak.

The security guard’s wife gave birth to their second child. But after that she had unstoppable bleeding. Last month she was diagnosed with uterus cancer. She had hysterectomy. Few weeks ago the cancer cells have spread to her brain.

Saya dengar dari seorang rekan bahwa ibu dari istri satpam itu meninggal karena kanker.

I heard from an acquaintance that the security guard’s wife’s mother died of cancer.

Lalu saya mengatakan bahwa sebulan sudah lewat sejak terakhir kali saya mendapat menstruasi. Bagaimana saya dag-dig-dug memikirkan apakah menstruasi ini akan kembali menggila atau bisa kembali normal. Dan bahwa saya berharap tidak usah mendapat menstruasi bulan ini, bahkan kalau bisa tidak usah lagi selamanya.

So I told him that a month have passed since the last time I had my menstruation. It is making me nervous to think if it will rage again or will be able to get back to normal. And how I wished I won’t have it this month, even forever if I may.

Reaksi Andre membuat saya bertanya-tanya.

Andre’s reaction makes me wonder.

“Tidak ada yang abnormal dengan rahim atau indung telur kamu” katanya “kenapa kamu punya pikiran ingin membuang mereka? Kanker tidak ada dalam sejarah keluarga kamu dari pihak ayah atau ibu kamu. Jadi kenapa harus khawatir?”

“There is no abnormality in your uterus or ovaries” he said “so why do you want to get rid of them? You have no cancer history in your family, not from your mom or dad. So why worry?”

Ya, betul. Tapi di rahim ibu saya pernah ada kista. Dan tahun 2001 saya pernah menjalani operasi pengangkatan kista di indung telur.

That is true. But my mother had a cyst in her uterus. And in 2001 I had a surgery to remove a cyst off my ovary.

“Kamu akan baik-baik saja” kata Andre lembut “jangan berpikir negatif. Saya bahkan berharap suatu hari nanti kita akan menikah dan punya anak”

“You’ll be fine” Andre spoke gently “don’t think negatively. I even keep the hope that one day we will get married and have our own child”

Yah, kalau saja saya bertemu dengan dia 10 tahun yang lalu.. ketika saya masih lebih muda, ketika saya belum mengalami banyak hal yang membuat saya lebih dewasa dan kokoh tapi juga meninggalkan banyak kepahitan.. ketika saya masih sangat naif memandang dunia ini.. pastilah saya akan menerima lamarannya, mengikutinya pindah ke negerinya dan saat ini kami mungkin sudah punya 2-3 anak.

Yeah, if only I met him 10 years ago.. when I was so much younger, before I had so many things that matured and firmed me but yet also left lots of bitterness.. when I saw the world with a naive eyes.. I would definitely accept his marriage proposal, moved to his country and we probably had 2-3 children by now.

Tapi perjalanan hidup saya tidaklah seindah dan sesederhana itu.

But my life is not as beautiful and simple as that.

Di usia 42 tahun, saya malah tidak ingin menikah. Saya menginginkan kebebasan. Saya ingin menemukan kembali diri saya.

At 42 I don’t want to get married. I want my freedom. I want to discover myself again.

Anak? Wah, kebayang tidak melihat saya berperut buncit di usia 42-43? Hehe.

Children? Well, could you picture me pregnant at 42-43? Lol.

Rasanya saya lebih suka hiking ke gunung, dugem sampai subuh atau bahkan terbang layang dari pada punya anak. Setidaknya saya memiliki diri saya sendiri, kalau saya jatuh atau patah leher maka saya sendirilah yang menanggung resikonya.

I think I prefer to go mountain hiking, clubbing to wee hour or even go parasailing than to have a child. At least I have myself, when I hurt myself or broke my my neck, the consequences would be fully mine.

Dan selain itu saya juga tidak mau menurunkan gen yang saya terima dari ayah dan ibu saya kepada anak saya.

And beside that I do not wish to pass the genes I inherit from my father and mother to my child.

Ya, orang tua saya tidak memiliki sejarah penyakit diabetes, darah tinggi, kanker, thalassemia atau penyakit keturunan lainnya.

Yeah, so my parents don’t have the history of having diabetic, high blood pressure, cancer, thalassemia or other degenerative diseases.

Tapi ada asma dari ayah saya. Itu menurun dari pihak ibunya dan hanya diturunkan kepada anak lelaki sehingga beruntunglah saya tidak terlahir sebagai seorang laki-laki. Tapi seandainya saya punya anak lelaki, siapa bisa jamin saya tidak akan menurunkan penyakit itu kepadanya?

But there is asthma from my father. He gets it from his mother. The gen is just passed on to the son so I got lucky I was not born as a male. But if I had a son, who could guarantee that I wouldn’t pass him the gene?

Ibu saya mempunyai masalah di jantung, pencernaan, kelenjar tiroid dan kista.

My mother has problems in her heart, digestive, thyroid gland and cyst.

Saya cukup beruntung jantung saya baik-baik saja, tidak ada gejala tiroid, pencernaan.. yah, kalau pun diare, itu karena saya kebanyakan makanan pedas dan karena saya termasuk badung, saya tetap maju tak gentar makan apa saja sekali pun saya sedang diare… hehe.. dan hanya sekali saya berurusan dengan kista.

I am lucky that my heart is doing okay, no signs of thyroid problem, my digestive.. when I had diarrhea, that was because I ate too much spicy food and because I am a stubborn person, it never deterred me to eat anything though I was having diarrhea.. lol and so far it was only once that I dealt with cyst.

Mudah-mudahan saya tetap seberuntung ini sampai di hari kematian saya.

I hope I will stay lucky to the day I pass away.

Tapi orang lain tidak seberuntung itu. Banyak yang harus menanggung penderitaan akibat penyakit turunan sejak dari bayi.

But many people are not that lucky. Many have to suffer out of degenerative diseases in young age, even from babies.

Pikirkanlah tentang hal itu sebelum memutuskan untuk memiliki anak.


Think about that before taking the decision to have a child.

Jangan berjudi dengan nasib. Apalagi kalau itu adalah nasib anakmu.

Don’t gamble with life. Especially when it is your child’s life.

Saturday, August 24, 2013

Is This Yours?

“Sudah ketahuan itu kopi punya siapa?” tanya teman saya sambil cengar cengir ketika kami bertemu di kantor beberapa hari lalu.

“So whose coffee was that?” asked my friend as he grinned when we met at the office few days ago.

Saya spontan tertawa mendengarnya.

I bursted out my laugh.

"Mending gue nanya dulu dong dari pada langsung main ambil" jawab saya "kalau yang punya nyariin gimana, yoo?" 

"It is better that I asked and not just taking it" I said to him "what happens if the owner looks for it?"

Teman saya tertawa.

My friend laughed.

“Kalau buat gue sih, yang sudah di taruh di situ ya jadi milik bersama” katanya di sela-sela tawanya “gue simpan makanan di kulkas, siapa aja boleh ambil dan makan”

“I take it this way, since it is in public place, it is no longer in personal possession” he said in between his laugh “I keep some snacks in the fridge which anyone can take it”

“Ya itu kan elu”

“Now, that’s you”

Dia masih tertawa dan tetap bisa tertawa setiap kali teringat sms dari saya, menanyakan apa dua sachet kopi yang ada dalam stoples kopi adalah miliknya.

He laughed and laughes everytime he remembers my text to him, asking if the two sachets of coffee in the coffee jar were his.

Pagi itu ketika saya berada di pantry untuk membuat kopi, saya melihat dua sachet kopi dalam stoples kopi dan karena keduanya berbeda dengan kopi yang biasa saya beli maka  saya tahu pasti ada orang lain yang telah menaruhnya di sana dan saya mengira dia sebagai pemilik dua sachet kopi itu karena setahu saya hanya kami berdua yang suka menyimpan makanan atau minuman di pantry atau di kulkas.

That morning when I was in the pantry to make coffee, I saw those two coffee sachets in the coffee jar and since they were from different brand with the ones I use to buy, I assumed someone has put them there and I thought it was him because we both like to leave snacks or drinks in the pantry or in the fridge.

Tapi saya pikir bisa juga orang lain yang menaruhnya di situ. Jadi saya mengirimkan sms untuk memastikan.

But I thought someone else might have put them there. So I texted him just to make sure.

“Bukan punya gue” begitu dia membalas sms saya.

“They are not mine” he texted me back.

“Siapa ya yang taruh di situ?” saya penasaran.

“Any idea who put them there?” it made me curious.

“Ah, udahlah.. ambil aja kalau mau”

“Who cares.. just take it if you want”

“Ga, ah. Kalau yang punya nyariin gimana, yoo?”

“Nah. What if the owner came to get them?”

Beberapa hari kemudian ketika saya sedang berada di pantry, seorang teman yang lain masuk dan melihat saya sedang membuat kopi, dia nyeletuk..

Few days later when I was in the pantry, another friend came and when he saw me making coffee, he said..

“Saya taruh kopi di stoples”

“I put some coffee in the coffee jar”

Oh? Jadi dua sachet kopi itu punya dia.. terpecahkanlah misterinya.. hehe.

Oh? So those two sachets of coffee were his.. it broke the mystery.. lol.

Teman saya tertawa geli ketika saya ceritakan peristiwa itu padanya. Apalagi ketika saya katakan bahwa kami bertukar kopi.

My friend couldn’t hold his laugh when I told him about it. Especially to the part when the owner of those two sachets of coffee traded one of them with my coffee.

“Masa sih?” matanya membelalak tak percaya.

“Really?” his eyes widened out of his disbelief.

“Untung juga kan gue ga main ambil aja” saya menertawakan keheranannya “ya, dia sih ga bakal marah kalau misalnya kopinya saya ambil satu sachet tapi kan lebih enak kalau sebelumnya sudah ngomong dulu”

“Glad I didn’t just take it” I laughed seeing his amazement “I knew he would be okay with it but I am glad I asked him first”

“Apa pun yang ada di pantry adalah milik bersama”

“The things in the pantry are in public domain, anyone can take them”

Wah, saya teringat pada kopi di mug yang selalu saya simpan di dalam kulkas. Mug tanpa nama. Tapi sejauh ini tidak ada yang nekad meminumnya.. hehe..

This reminded me to the coffee in the mug that I put in the fridge. A nameless mug. But so far none dared to drink it.. lol..

“Saya simpan cemilan di kulkas, siapa yang mau silahkan ambil saja” katanya.

“I keep some snacks in the fridge, I don’t mind if you or anyone else want to eat them” he continued.

“Ga semua orang bisa berpendapat seperti itu” saya nyengir sambil masih teringat pada kopi dalam mug tidak bernama yang saya simpan di kulkas.

“Not everyone shares that opinion” I grinned as I remember my coffee in the nameless mug in the fridge.

Dan pembicaraan kami berlanjut pada kebiasaan di tempat kost. Semua bisa menaruh makanan atau minuman dalam kulkas tapi tempat penyimpanannya tentu di beri label nama.

And our conversation continued about living in the flat. The tenants can store beverages in the fridge but better put name tag on the container.

Rasa kepemilikan memang berbeda di setiap orang. Ada yang tidak terlalu merepotkan benda-benda yang menurutnya ok-ok saja untuk di bagi dengan orang lain. Tapi ada juga yang tidak.

People has different opinion about ownership. Some don’t mind to share some things while others do mind.

Jangankan orang lain, yang sedarah sedaging saja belum tentu rela berbagi.

Our own flesh and blood wouldn’t have a big heart when it comes to sharing.

Topik dua sachet kopi itu kembali dibicarakan ketika kami bertiga bertemu belum lama ini dan kami sama-sama menertawakannya.

Those two sachets of coffee came into the conversation when the three of us met recently and we all laughed it out.

Bersyukurlah saya memiliki dua teman seperti mereka. Sekali pun ada saat-saat ketika kami bersitegang atau menjauh tapi itu tidak mempengaruhi persahabatan kami. Semakin lama waktu yang kami lewatkan bersama malah membuat kami lebih mengenal satu dengan lainnya.

I am grateful to have them as my friends. Though there were times when we had our differences or distancing each other but they don’t break the friendship. Time has infact gives us chance to get to know each other better.

Tapi beberapa orang tidak seberuntung kami karena perkara ‘milik saya-milik kamu’ bisa meretakkan hubungan antar kakak-beradik dan persahabatan.

Some people are not as lucky as we are because this whole thing ‘what is mine-what is yours’ can break the relationships of brother-sister and friendship.

Sebagai seorang guru, saya beberapa kali di buat repot ketika menghadapi murid-murid yang beranggapan bahwa saya adalah dan harus menjadi milik mereka pribadi. Mereka marah ketika ada anak lain yang ingin mengobrol, memeluk, bermain atau bahkan menggandeng tangan saya! Seorang murid saya malah pernah mengomeli, mendorong dan mencakar temannya yang ingin mendekati saya.

As a teacher, it really troubled me when I had students who though I was theirs and theirs only. They got upset when other children came to talk, hug, play or even to just hold my hand! A former student was even yelled, pushed and scratched her friend whom wanted to approach me.

Saya juga memiliki rasa kepemilikan yang besar. Saya menjalani sebagian besar usia saya sebagai anak tunggal sehingga saya terbiasa dengan pola bahwa barang-barang saya adalah milik saya. Jangankan untuk berbagi, berpindah tempat saja bisa membuat saya murang-maring kalau otak saya sedang tidak waras.. hehe..

I myself have a big sense of ownership. I spent most of my life being an only child so I am used with this mindset that my things are mine. Sharing has been an issue for me, not just that, if I see my things are not in their usual place, it would drive me crazy especially at the times when I was not thinking straight.. lol..

Bagi saya, kamar adalah wilayah pribadi. Masuk boleh tapi tidak bisa sembarangan mengambil atau memindahkan barang saya.

For me, my room is my personal territory. You can come in but you can’t just take or move my stuff.

Yang lucu adalah saya tidak selalu ingat berapa banyak benda atau baju yang saya miliki tapi saya pasti tahu kalau ada yang hilang atau bergeser dari tempatnya.

Funny thing is I don’t always remember how many things or clothes do I have but I can tell if something is missing or moved from its place.

Jadi saya bisa uring-uringan sendirian ketika saya masuk kantor dan melihat benda-benda di meja saya menghilang atau bergeser.

So it can pissed me when I get in the office and see that there are things in my desk that missing or not in their place.

Sekarang ini saja saya sedang agak kesal karena kehilangan cutter. Entah siapa yang ambil tapi tidak mengembalikan. Padahal sudah saya tulisi TU (tata usaha) pada cutter itu.

The missing cutter is just like this one
I am now a little pissed off because my cutter is missing. I don’t know who took it and don’t return it. And I have written ‘OFFICE’ on it.

“Beli ajalah yang baru, Keke” kata seorang senior saya “berapa sih harganya”

“Just buy a new one, Keke” said one of my senior “a cutter wouldn’t cost a fortune”

“Iya, trus nanti hilang lagi” saya cemberut.

“Yeah, and it will be missing again” I said with sullen face.

“Simpan dalam laci kamu yang bisa di kunci”

“Keep it in your drawer and lock it”

Saya tetap kesal. Masa sih semua harus saya umpetin?

It still pissed me off. Should I hide everything?

Tapi saya juga tidak mau perkara cutter bikin saya bertingkah konyol jadi saya pikir biar sajalah. Toh masih ada cutter yang tersimpan di ruang kerja lain. Kalau saya perlu, saya bisa meminjamnya atau kalau saya malas mengambilnya, saya punya cutter pribadi. Hehe..

However, I don’t want to make this cutter thing caused me to act silly so I thought what a hell. There is a cutter in other room. I can borrow it or if I am too lazy to get it, I have my own cutter. Lol..


Ya, begitulah. Harus pintar-pintar memilah mana yang pantas untuk diributin dan mana yang terlalu konyol untuk diributin.

So there it goes. Pick the battle wisely, choose which worth the fight and which should not even shed a sweat. 

Friday, August 23, 2013

It’s Mine!

Ini punya saya!

Wah, pusing saya kalau Dio, Dite dan Joan sudah mulai saling ngotot-ngototan sambil berebut pensil atau penghapus yang di aku sebagai miliknya.

Man, it gives me the headache whenever Dio, Dite and Joan start to argue among themselves over who’s the owner of a pencil or an eraser.

“Dio, itu pensil mbak” seru Joan.

“Dio, that is my pencil” exclaimed Joan.

“Bukan!” Dio menolak menyerahkan pensil yang jadi bahan rebutan itu.

Dio & Dite
“No, it’s not!” Dio refused to give the pencil to his sister.

Atau di saat lain giliran penghapus yang diperebutkan..

Or at other time it was the eraser that become the object of their argumentation.

“Ih, Dio, ini penghapus mas!” Dite merebut penghapus itu dari tangan adiknya.

“Dio, this is my eraser!” Dite grabbed that eraser from his brother’s hand.

“Bukan!” Dio berupaya mengambil penghapus itu.

“No, it’s not!” Dio tried to get that eraser back.

Astaga, nak, ampun deh!

Kids, please, knock it out!

Yang bikin kriting adalah sulit membedakan pensil dan penghapus mereka karena sama warna. Beda cuma di ukuran. Ada yang sudah jadi pendek, ada yang masih panjang.

The thing that brought dizzy to me is I couldn’t tell who’s really the owner of that pencil or eraser because they have same color. The size is the only thing to tell the difference. One is short, the other is long.

Tapi gara-gara begini, saya jadi susah memposisikan diri sebagai wasit yang adil. Saya tidak tahu siapa yang berkata benar dan siapa yang keliru membedakan pensil atau penghapus milik saudaranya sebagai miliknya.

But it always makes it hard for me to play the role as a fair referee. I have always found it hard to tell who told the truth and who couldn’t recognize his/her pencil or eraser with his/her brother’s or sister’s.

Joan & Keke
“Ibu!” seru Joan atau Dite kepada saya. Mencari dukungan.

“Ma’am!” Joan or Dite called out to me. Looking for my help.

“Mama!” Dio sudah berapa kali tidak memanggil saya ‘ibu’ tapi ‘mama’.. hehe.. dan setiap kali ini terjadi, perdebatan sejenak berhenti karena kami semua melongo (termasuk juga Dio) dan kemudian tertawalah kami bersama-sama.

“Momma!” Dio has been calling me that instead of ma’am.. lol.. and whenever it happens, all argumentation stops for few seconds because we all kind of stunned (including Dio himself) and followed by a big laugh.

Akhirnya pensil dan penghapus itu saya beri nama. Beres deh.

I wrote the owner’s name on the pencil and eraser. There, problem’s solved.

Yah, walau tidak lama karena kalau mereka berganti pensil atau penghapus atau tulisan nama itu hilang.. mulai lagi..

Not for long, though, because once it wore off or they use new pencils or erasers, hmm.. same old argumentation may erupt at anytime..

Punya pengalaman seperti itu dengan anak anda atau dengan kakak-adik?

Have same experience with your children or with your brother-sister?

Saya merasakan punya adik hanya 5 tahun. Saya sulung dari 3 bersaudara.

I had only 5 years of experience of having a sister. I was the oldest of 3 siblings.

Tahun 1973 adik saya yang tengah meninggal karena radang paru-paru di usia yang baru 2 bulan. Umur saya baru 2 tahun waktu itu dan saya sama sekali tidak ingat apa pun tentang dia. Apalagi tidak ada fotonya. Satu-satunya bukti dia pernah ada di dunia ini hanyalah akte lahirnya.

In 1973 my sister died of pneumonia. She was 2 months old. I was 2 years old at that time and there is no slight memory of her left in my mind. There is no photo of her. The only proof of her existence is her birth certificate.

Tahun 1981 adik saya yang paling bungsu meninggal karena demam berdarah. Usianya 5 tahun. Usia saya 10 tahun. Jadi saya merasakan punya adik hanya selama 5 tahun. Setelah itu saya hidup sebagai anak tunggal.


In 1981 my youngest sister died of dengue fever. She was 5 years old. I was 10 years old. So I had the experience of having a sister for just 5 years because after that I lived completely as an only child.

Sebagai anak tunggal tentu saja saya tidak perlu memperebutkan apa pun karena semuanya adalah untuk saya dan menjadi milik saya.

As an only child I need not to fight over anything because everything is for me and is mine.

Jadi kalau saya melihat kakak-adik ribut memperebutkan benda-benda remeh seperti pensil, penghapus, permen atau apalah.. saya bingung. Saya sudah lupa apakah saya dan almarhum adik saya pernah bertingkah seperti itu juga.

So whenever I see brother-sister are fighting over silly stuff such as pencil, eraser, candy or whatever.. it puzzles me. I have forgotten if my late sister and I had it too.

Kadang saya juga heran dan ngeri melihat bagaimana kakak-adik bisa menjadi sangat buas. Saya bertanya-tanya apa dulu saya dan adik saya pernah menjadi seperti itu juga.

Sometimes it amazes and also scares me to see how brother-sister turn like predators. I asked myself if my late sister and I were ever be like that too.

Di saat lain saya iri. Alangkah beruntungnya mereka yang memiliki kakak atau adik. Seandainya saya juga punya..

At other time I was envious. How lucky are those who have brother or sister. I wish I had..

Kemudian saya berpikir seandainya saya bisa memutar kembali waktu yang telah lewat, maka saya akan memberikan semua pensil, penghapus atau apa pun yang diinginkan atau di minta oleh adik saya. Saya tidak memerlukan semua itu.


Then I thought if I could turn back the hand of time, I would give all my pencil, eraser or whatever my late sister wanted or asked. I don’t need them.

Yang saya perlukan adalah kesempatan untuk kembali memiliki seorang adik dan mendapat waktu untuk memperbaiki setiap kelakuan buruk saya kepadanya.

What I need is a chance to have my sister back, and time, so I could fix every bad thing I did to her.

Yang saya inginkan adalah waktu lebih lama supaya saya bisa mengatakan atau menunjukkan kepadanya bahwa saya mengasihinya.

What I want is more time so I could tell or show my sister that I love her.

Mungkin waktu adalah satu-satunya hal yang harus kita katakan ‘ini milik saya!’ karena sekali waktu itu telah lewat, dia tidak akan mengembalikan apa yang telah dibawa atau diambilnya.



Time is probably the only thing we should claim ‘it is mine!’ because once it passes, it will not bring back whatever it has taken. 

Thursday, August 22, 2013

Ageing = Generation Gap?

Mendiang putri Diana dari Inggris pernah hampir membatalkan pernikahannya dengan pangeran Charles. Satu dari beberapa alasannya adalah karena dia melihat tidak adanya kesamaan antara dirinya dengan mantan suaminya.


The late princess Diana from England was nearly calling off her wedding with prince Charles. One of her reason is she saw nothing in common between herself with her former husband.

Ada kesenjangan yang sangat besar akibat perbedaan umur 12 tahun itu.

The 12 years age difference brought  huge gap between them.

Kesenjangan ini membuat tidak adanya kesamaan dalam kepribadian, minat, gaya hidup, cara berpikir sampai ke orang-orang yang dijadikan teman oleh mereka masing-masing.

The gap made them had nothing in common in their personalities, interests, life style, way of thinking up to the people they each chose as their friends.

Pangeran Charles pada dasarnya adalah seorang yang serius, perasa dan pemikir. Orang-orang yang dipilihnya sebagai teman adalah mereka yang sebaya atau yang lebih tua yang tentunya punya kesamaan dengan dirinya. Selain itu sudah menjadi pembawaannya untuk bersikap dan berpikir seakan dirinya lebih tua dari umurnya.

Prince Charles basically is a serious, sensitive person who is also a thinker. He chooses his peers or older ones who are just like him. Beside that it has already his nature to behave and think beyond his years.

Sementara putri Diana seorang yang masih terhitung remaja saat itu… masih ingatkah anda bagaimana rasanya ketika masih remaja?

While princess Diana was just a teenager at that time… still remember how it was when we were teenagers?

Lugu, menggandrungi bintang film atau penyanyi remaja, senang menggosipi teman atau lawan jenis, lebih suka membaca novel teenlit, menyukai musik pop, selalu bersama-sama dengan teman se-genk, pergi bersama-sama mereka ketika belajar, latihan olah raga, nonton, mutar-mutar di mall, mudah tertawa tapi juga mudah tersinggung. 

Naive, idolizing teen movie stars or singers, like to gossip friends or opposite sex, prefer to read teenlit novels, like pop music, having a bunch of close friends and would do things together with them from studying, sport practice, going to the movie, hang out at the malls, easily laughed but also easily had bad tantrum.

Ketika bersama dengan pangeran Charles dan teman-temannya, putri Diana merasa mereka melihatnya sebagai anak bawang, pembicaraan mereka tidak bisa dimengerti dan  diikutinya sehingga semua itu membuatnya bosan.

When princess Diana was with prince Charles and his friends, she felt they saw her as child, she couldn't follow their conversation and so all this bored her. 

Mungkin karena dia masuk ke dalam dunia suaminya dalam usia terlalu muda.

Maybe it is because she was too young when she entered her husband’s world.

Yah, bayangkanlah ketika kita berusia 18-19 tahun dan berpacaran dengan orang berusia 30an yang keseriusannya melebihi umurnya. Sebaik apa pun orangnya, akan ada hal-hal yang membuat dia tampak dominan atau mengintimidasi dan akhirnya membosankan.

Just imagine if we were in our 18-19 years of age and we dated someone in his 30s who is a serious type and goes a head of his years. No matter how kind he is, there must be things about him that makes him looks dominant or intimidating and at the end making him looks boring.

Tapi bagi saya, orang-orang yang lebih tua justru membuat saya merasa aman.

But for me, older people make me feel safe.

Mereka memiliki emosi yang lebih stabil, kendali diri lebih baik, lebih berpengalaman, lebih ngemong dan bisa melindungi sehingga semua itu membuat saya merasa aman dan nyaman.

They have stable emotion, better self control, more experienced, caring and protective. Those qualities make me feel safe and comfortable.

Tapi biar pun begitu, belum pernah saya punya pacar yang usianya jauh di atas saya. Mungkin karena saya tahu saya tidak akan bisa bebas sebebas-bebasnya bila ada bersama dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari saya. 

However, I have never had any boyfriend who is much older than me. Maybe because I know that I can never be as free as I can be when I am with them.

Karena bagaimana pun juga orang secara alami akan berubah menjadi lebih kalem begitu usianya bertambah.

Because people become calmer when they get older. It is natural.

Andre, misalnya, 1-2 tahun terakhir ini saya perhatikan menjadi kurang berminat untuk dugem. Kalau pun kami pergi clubbing, paling hanya sampai jam 12 malam. Capek, alasannya. Nanti saya masuk angin kalau begadang, dia memberi alasan lain kalau saya protes. Mengantuk, dia menambahkan alasan terakhir yang biasanya bikin saya mengalah karena mempertimbangkan keselamatan kami di jalan karena dia yang menyetir mobil.

Andre, for example, I notice that in the past 1-2 years he shows less interest to go clubbing. When we did, he would ask to leave at midnight. Tired, that was his usual excuse. You would get sick if you stay up late, he gave another excuse. Sleepy, was his last excuse that works all the time, all because I thought about our safety on the road since he was the one who drove the car.

Kebalikannya dengan saya yang masih senang-senang saja pergi dugem, melek sampai pagi, minum, dansa dan mendengar musik brang breng brong.. hehe..

On the contrary, I enjoy clubbing, staying up late, drinking, dancing and listening to hard beat music.

Kadang saya pikir Andre ikut clubbing karena mengikuti mau saya atau karena dia senang bisa bertemu dengan orang-orang asing, apalagi kalau kami sedang berada di tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh orang asing.

Sometimes I think Andre went clubbing just because I wanted it or because he could meet other foreigners, especially when we were in tourism spots that are visited by many foreigners.

Yah, saya gembira juga karena dia bisa menjadi rem ketika saya melaju terlalu kencang dan yang tetap berakal sehat ketika saya kehilangan arah. Karena biar pun saya punya kontrol diri yang baik, seorang pemikir dan punya banyak pertimbangan tapi saya juga memiliki banyak semangat, hasrat dan kegelisahan. Saya membutuhkan orang yang bisa mengendalikan, mengimbangi dan memimpin diri saya.

Well, I am glad that I have him who has become my break when I ran too fast and the one with clear mind when I was losing my way. Because though I have good self control, a thinker with many considerations but I have lots of passion, desire and anxieties. I need someone to control, balance and lead me.

Tapi di saat lain saya menganggap ada bagian-bagian yang membuat Andre tidak lagi seasyik dulu.

But in other time I think in some ways Andre is not as cool as before.

Dulu dia ok saja di ajak dugem sampai pagi, tidak jarang sampai mabok habis-habisan, tidak khawatir soal bagaimana nanti pulang karena bisa menginap di hotel, di rumah teman atau tidak jarang malah di tidur di mobil. Paginya pergi cari makan dan lanjut jalan-jalan. 1-2 tahun terakhir ini dia tidak mau pulang larut malam, membatasi minum dan kalau mau jalan lagi, itu harus dilakukan besokannya.


Few years ago he didn’t mind to stay up late when we went clubbing, he would drink until he couldn’t get more drunk and not worrying about how we would go back because we would find a hotel or staying over at a friend’s place or even slept in the car. The next morning grabbed something to eat and went travelling. In the past 1-2 years he refused to stay up late, he is watching his alcohol level and if we wanted to go travelling, it should be done on the next day.

Kegiatan yang disukainya adalah pergi makan berdua atau leyeh-leyeh di rumah, nonton, mendiskusikan film, buku atau berita-berita. Jalan-jalan masih kami lakukan tapi kelihatannya dia lebih suka pergi ke tempat yang sepi. Dengan perkecualian kalau makan, ke pantai atau mancing dengan teman-teman kami, yang lainnya dia tolak dengan alasan pusing melihat keramaian.

The thing he likes to do is to go just with me, either it is out for dinner or just staying home, watching some films, discuss the film, books or news. We still make some travelling but I notice that he prefers to go to quiet places. With exception of going to dinner or lunch, going to the each or fishing with our friends, crowding places are just not his option because the crowds making him dizzy.

Sejauh ini sih saya mengalah tapi kadang melakukannya dengan setengah hati dan sambil meledeknya dengan panggilan ‘kakek’.

All this time I make myself suited to his wishes, reluctantly sometimes as I teased him by calling him ‘grandpa’.

Saya dan Andre hanya berbeda umur 5 tahun tapi kadang seakan ada kesenjangan yang lebih besar dari itu karena pribadi dan penampilan Andre membuatnya seakan 20 tahun lebih tua. Sementara saya kelihatan tidak seperti orang berusia 42 dan dalam beberapa hal sikap dan pribadi saya pun masih kekanakan.

Andre and I are just 5 years apart in age but sometimes it felt like we had a generation gap. His personality and appearance making him look as if he were 20 year older than me. In the meantime I don’t look like 42 and in some ways my personality and behavior are child-like.

Ada kalanya hal itu membawa dampak baik tapi kadang menimbulkan konflik.

Those things bring good impact but sometimes also conflict.

Ketika saya berpikir bahwa keunikan itu hanya ada dalam hubungan saya dengan Andre, ternyata dalam keseharian saya juga menemukannya dalam diri seorang senior saya.

When I thought we are the only one who have such unique relationship, I found some similarities in my senior.

Awalnya tidak terasa ada kesenjangan di antara kami karena perbedaan usia 15 tahun. Ini karena senior saya itu bukan orang yang kaku dan rasa humor kami pun sama.

At first there was no sign of any generation gap between us though he is 15 years older than me. All because he is such an easy going person and we have the same sense of humor.

Tapi dengan berjalannya waktu, mulai kelihatan perbedaan karena adanya jarak dalam umur. Hal ini saya sadari ketika beberapa waktu lalu saya dan beberapa rekan menumpangi mobilnya, saya cengar cengir sendiri saat mendengar lagu yang diputarnya. Semuanya lagu rohani dan iramanya mendayu-dayu. Haduh..

But in time it shows the generation gap caused by our age difference. When I and few acquaintances rode on his car some time ago, I grinned quietly when I heard the music he played on the car. All was Christian super slow songs. Sigh..

Perjalanannya lumayan panjang.

It was a long ride.

Bisa tidur saya sepanjang perjalanan mendengar musik seperti itu.

I would fall to sleep hearing such music.

Gawat, gimana dong? Belum 10 menit mendengar musik itu dan saya sudah merasa tidak sabaran.

Man, what should I do? It was barely 10 minutes listening to that music and I grew impatient.


Untung ada persediaan musik di hp dan untung juga saya duduk sendirian paling belakang. Jadi sementara mereka mengobrol, saya mendengarkan musik dari hp melalui earphone. Lagu-lagu di hp tentunya yang sesuai dengan selera saya, yang saya yakin bisa bikin keriting telinga senior saya.. hehe.. kok bisa? Ya, karena lagu-lagu yang saya dengarkan modelnya seperti beberapa lagu ini.


Lucky me to have my own music in my cellphone and another lucky thing is I sat all by myself at the back row. So while they chatted, I listened to the songs in my cellphone through the earphone. The songs are surely my taste but would make my senior’s ears go crazy.. lol.. well because the ones I was listening are these kind of songs.


Senior saya memang baik dan sangat menyenangkan tapi selera musiknya betul-betul tidak nyambung dengan selera saya.. hehe.. maaf ya, pak, kalau bapak kebetulan membaca ini.. buat saya, bapak ok banget deh kecuali dalam hal selera musik bapak. Ya, cocok buat orang-orang segenerasi bapak tapi tabrakan banget dengan selera musik orang-orang dari generasi saya.

My senior is a nice person and fun to be with but his taste in music is definitely not my kind of music.. lol.. sorry, sir, if you happen to read this.. I think you are cool except for your taste in music which fits your generation but absolutely no match for my generation. 

Jadi begitulah, menjadi tua berarti harus siap mental pula menghadapi kenyataan perbedaan dengan generasi yang lebih muda.

So here it is, getting old means to have mentally prepared to face reality the differences with younger generation.