Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, June 24, 2017

Farewell, Kids

Akhir dari tahun ajaran berarti libur sekolah dan lulusnya anak-anak TK B.

The closing of academic year means school break and B class graduation.

Gembira tentunya melihat anak-anak itu sudah menuntaskan pendidikan mereka di TK.

It is certainly a pleasure seeing those kids have completed their kindergarten education.

Tapi ada rasa sedih juga karena itu artinya tidak bertemu lagi di tahun ajaran yang baru.

There is also sadness because it also means not going to meet them in the new academic year.

Ketemunya paling kalau kebetulan berpapasan di jalan atau kalau berada dalam satu angkot.

The chance to meet them happens only when we accidentally passed each other on the street or when we take same angkot.

Biasanya sih tidak pernah ketemu walau pun kami masih tinggal di kota yang sama.

In most case is we never met though we still living in the same town.

Tahu-tahu sekalinya ketemu mereka sudah besar.

When we did meet, gosh, how they have grown.

Mereka masih mengenali saya sementara saya sudah lupa

They recognized me while I hardly recognized them ☺.

Soalnya perubahan fisik mereka bisa demikian kontras. Yang dulu pendek tiba-tiba ketemu sudah tinggi menjulang kayak tiang listrik. Yang dulu gemuk jadi kurus. Yang tidak berkacamata sudah berkacamata. Nah, itu baru perubahan fisik. Muka pun ikut berubah. Ada yang mukanya setelah besar berubah banget.

Their physical change could be so contrast. The short ones turned to grow as tall as electric pole. The chubby becomes skinny. The other wear glasses. Those are just physical change. The face changed as well. Many looks different when they grow up.

Nah, kan saya jadi susah ngenalin mereka.

Makes me hardly recognize them.

Rasanya kepingin membonsai mereka supaya tetap jadi kanak-kanak yang saya kenal.

Wished I could keep them as the kids I used to know.


*  *  *  *  *

Selasa, 13 Juni hari terakhir saya bertemu dengan anak-anak TK B. Penutupan tahun ajaran 2016-2017, kelulusan dan perpisahan diadakan Sabtu 17 Juni tapi saya tidak bisa datang karena pekerjaan kantor saya tidak memungkinkan saya untuk absen.


The three teachers with B class children. They have graduated kindergarten and will return school as first graders.
We will miss you, kids.
Tuesday, 13 June was the last time I met B class kids. The closing of 2016-2017 academic year, graduation and farewell party but I couldn't attend it because my office job wouldn't allow me to skip work.



Yah, sedih juga rasanya..

Yeah, that was sad..





Tanggal 18 Juli nanti saya akan kembali mengajar dan akan menemui anak-anak TK A yang sudah naik ke kelas B serta menemui muka-muka baru di TK A.


The kids in A class
I will be back there on 18 July and I shall see the former A class kids in B class as well as seeing new faces in A class.

Sampai kita ketemu lagi lagi, anak-anak..

Till we meet again, kiddos..

Untuk anak-anak TK B yang sudah lulus.. doa saya menyertai kalian..

For the B class who have graduated.. my prayers is with you all.

*  *  *  *  *

Mari kita memundurkan waktu.

Let's go back in time.

Kembali ke Sekolah

Back to School

Setelah berhenti selama lima tahun saya kembali ke TK tempat saya dulu pernah mengajar dari tahun 2005-2011 saya diminta dengan amat sangat untuk kembali mengajar karena sekolah membutuhkan guru bahasa Inggris.

After resigned for five years from the kindergarten where I taught in 2005-2011 I was asked to resume my teaching post because school needed an English teacher.

Karena saya juga seorang karyawan kantoran saya hanya bisa mengajar seminggu sekali yaitu di hari libur saya, hari Selasa.

Having an office job makes me able to teach once a week on Tuesday, my day off. 

20 September 2016

September 2016. Former teacher, teachers and school's employee. Wonderful reunion.

Me in B class - 4th Oct 2016.
It feels sooooo good to teach in school again. I love teaching so very much.
I love my students so very very much.

15th November 2016. How time flies. They will be first graders on July 2017.

April 2017

Mothers of playgroup, A and B classes. 14 April 2017. They are pretty cool moms 

Wednesday, June 21, 2017

Man, Woman and LGBT in between (3)

Saya tidak menulis tentang bagaimana rasanya menjadi seorang LGBT karena saya bukan satu dari mereka.

I am not writing about how it feels to be an LBGT as I am not one of them.

Ini juga bukan cerita tentang seorang LGBT karena saya tidak pernah punya hubungan dalam bentuk apa pun dengan mereka.

This is not a story about an LGBT either because I have never had any kind of relationship with them.

Kontak saya dengan mereka hanya sebatas sebagai penonton dari kejauhan.

My only contact with them is just as a spectactor from a far.

Saya punya beberapa teman lelaki yang gayanya.. mm.. agak 'melambai' tapi apa itu berarti mereka homo? Wah, ga tahu deh..

I have few male friends who are.. umm.. a bit 'girly' but it that means they are gay? Dunno..

Jadi saya cuma orang awam seperti kebanyakan orang lainnya.

So I am just a regular person just like most others. 

Menulis tentang apa yang saya ketahui.

Writing about the things I know.

*  *  *  *  *

"Di negeri ini orang tidak bisa menjadi dirinya sendiri"

"One can't be oneself in this country"

Andre menatap saya setelah membaca draft postingan ini.

Andre stared at me after he read the draft of this post.

Saya sedang berhenti sebentar, berpikir-pikir tentang apa lagi yang harus saya tulis..

I was taking a break, thinking what I should write next..

Dan dia datang, membaca draft itu lalu memberikan komentar.

And he came, read the draft and commented it.

"Negeri ini tidak memberikan kebebasan pada orang-orangnya untuk menjadi diri mereka sendiri" dia melanjutkan "Agama dan adat timur memang baik tapi juga punya kelemahan, yaitu menjadi pembenaran sepihak dan juga pelanggaran hak asasi"

"This country gives no freedom to people to be themselves" he went on "Religion and eastern culture are good but they have weakness points such as they become one side justification and human rights violation as well"

Ya, dia benar.

Yes, he is right.

*  *  *  *  *

Saya memikirkan tentang komentar Andre. Di negeri ini kaum LGBT cenderung menyembunyikan diri mereka karena berbagai alasan tapi yang utama adalah karena takut dan malu. Masyarakat menolak mereka. Agama, yang mengajarkan kasih, mengecam mereka.

I thought about Andre's comment. In this country LGBT people tend to hide themselves for various reasons, most common are fear and shame. Society rejects them. Religion, which teach about love, condemn them.

Akibatnya mereka hidup di dua dunia, memakai dua identitas. Di satu sisi menampilkan diri normal sementara sisi yang lain adalah diri mereka sendiri, jauh tersembunyi dari mata kita.

It makes them living in two worlds, putting on two identities. In one side they appear as normal people while in other side is their true self, which hidden from our eyes.

Mereka membangun dunianya sendiri dimana mereka bisa tampil sebagai diri mereka sendiri. Dunia dimana mereka tidak akan dikecam, dihina dan diolok-olok.

They build their own world where they can appear as themselves. A world where they are not condemned, humiliated and mocked.

Salahkah mereka berbuat begitu?

Is it wrong for them to do that?

Tidak.

No.

Bukan rahasia lagi kalau manusia itu kejam terhadap sesamanya.

It is no secret that human is mean toward one another.

Jadi kalau kaum LGBT memisahkan diri dari kita, kita yang mendorong mereka untuk melakukan hal itu, kita menciptakan jurang pemisah antara mereka dengan kita.

So if LGBT people separate themselves with us, we push them to do that, we create a gap that separates them with us.

*  *  *  *  *

Jurang apakah yang memisahkan mereka dengan kita?

What gap separates them with us?

Superioritas

Superiority

Beberapa waktu lalu seorang teman facebook menuliskan status-status yang mengecam kaum LGBT.

Not so long ago a facebook friend wrote statuses condemning LGBT.

Awalnya saya tidak peduli karena saya toh tidak ada urusan dengan kaum LGBT.

At first I didn't care because I have nothing to do with LGBT people.

Tapi lama-lama gerah juga saya.

Eventually it bothered me.

"Ya, dia bisa mengecam LGBT karena dia bukan LGBT" pikir saya "Tapi coba kalau dia LGBT atau anaknya yang LGBT?.. Ha! Pasti bakal jadi lain ceritanya"

http://blog.nohatespeechmovement.org

"Yeah, he can condemn LGBT because he is not one of them" I thought "How if he were or his child were an LGBT? Ha! That would make a different story"

Dalam kitab suci agama mana pun memang disebutkan LGBT tidak akan masuk surga tapi coba pikir begini, apa ada yang mau terlahir sebagai LBGT? Adakah seorang dari manusia yang sebelum lahir datang menemui Tuhan dan berkata "Tuhan, biarlah aku terlahir sebagai seorang LGBT"

Every religion's scripture mention LGBT have no place in heaven but think this, would anyone want to be born as LGBT? Is there any human before he/she was born, came to God and said "God, let me born as an LGBT"

Jadi adalah anugrah kalau kita terlahir bukan sebagai LGBT. Itu bukan sesuatu yang harus bikin kita merasa lebih tinggi, lebih mulia, lebih terhormat atau lebih benar dari mereka lalu kita bisa dengan leluasa menertawai, mengolok-olok, menghina dan mengecam mereka.

So it is a blessing if we are born not as an LGBT. It is not something that should make us feel higher, honorable, respectable or righteous than them that we can freely laugh, mock, degrade and condemn them.

*  *  *  *  *

Apa lagi yang memisahkan mereka dari kita?

What else separates them with us?

Takut

Fear

Siang itu entah bagaimana obrolan saya dan Vincent sampai ke cerita pengalaman kami masing-masing ketika tidak sengaja bertemu dengan LGBT.

My conversation with Vincent that afternoon has somehow shifted to our personal experience upon accidently met an LGBT.

Berceritalah Vincent ketika dia bertemu dengan seorang waria.

Vincent told his story when he met a transsexual.

Malam itu dia dan beberapa teman sedang dalam perjalanan pulang ketika mereka melihat seorang waria.

That night he and few of his friends were on their way home when they saw a transsexual.

"Beneran, kita ga ngapa-ngapain. Cuma ngeliatin aja soalnya keliatannya aneh banget. Dandanan dan bajunya perempuan tapi badannya segede badan kuli bangunan. Trus bulu kakinya itu lho.."

"I swear, we did nothing. We just stared at him because there was something about him that didn't feel right. I mean, the makeup and dress were all girly but the body is as big as a muscular construction worker. Not to mention the hair on his feet"

Saya tidak bisa menahan tawa karena dia punya cara bercerita yang membuat pendengarnya merasa seakan ikut hadir, ikut melihat dan ikut merasakan peristiwa itu.

I couldn't help myself not to laugh because he has a way of telling story that makes anyone who listens to it feels as if they were there, they saw and involved in whatever thing happened in the story.

"Rupanya dia berasa diliatin. Tiba-tiba dia nengok dan teriak 'hei!'.. trus langsung lari ngejar kita"

"Obviously he felt he was being stared at. He turned his head and yelled 'hey!'.. the next thing we knew is he was running toward us" 

"Trus gimana?" tanya saya penasaran.

"What happened then?" I got curious.

"Ya, kaburlah kita semua" jawabnya dengan muka serius.

"All of us ran like hell" he answered with serious face. 

Saya ngakak sampai sakit perut. Tidak bisa saya bayangkan Vincent yang badannya tinggi, besar dan kekar itu, yang beberapa waktu sebelumnya adu jotos dengan preman yang mau mencopet tasnya, yang hobinya memelihara ular, yang pernah digigit ular kobra dan binatang-binatang reptil lainnya.. bisa lari tunggang langgang dikejar seorang waria.


I laughed so hard it hurt my stomach. I just can't imagine how Vincent whose tall, big and muscular, who once had a real fight with a punk who wanted to steal his bag, whose hobby is collecting reptile, who was bitten by cobra and other reptiles.. made one hell of a run after a transsexual chased him.

"Kan kalian berlima" susah payah saya berusaha berhenti tertawa "Warianya cuma sendiri"

"There were five of you, all male" I hardly stopped laughing "Against one transsexual"

"Ga sempet mikir lagi sakit takutnya" jawab Vincent masih dengan muka serius.

"None of us thought that. We were too frightened" said Vincent still looked serious.

Saya kembali tertawa.

It just gave me another laugh.

Tapi kemudian saya berpikir. Kaum LGBT dan kita terpisah adalah karena takut. Mereka takut pada kita dan kita juga takut pada mereka.

But it got me thinking. LGBT and us are separating each other out of fear. They fear us and we fear them.

Mereka takut dianggap berbeda, takut menghadapi kecaman, olok-olok dan penghinaan kita sementara kita takut pada segala sesuatu yang berbeda dan mereka berbeda dari kita.

They are afraid to be seen different, scared to face our condemnation, mockery and humiliation while we are afraid of anything that is different and they are different than us.

*  *  *  *  *

Pemisahan berikutnya..

Next gap..

Daerah yang asing

Foreign area

Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang tidak memiliki kontak dengan kaum LGBT.

I am one of many who have no contact with LGBT people.

Jadi dari mana saya bisa tahu diri mereka sebagai manusia?

So how can I know them as human being?

Bagaimana saya bisa tahu apa yang ada dalam pikiran dan perasaan mereka?

How can I tell what is in their mind and heart?

Beberapa waktu lalu saya menonton film berjudul "About Ray"


Some time ago I watched a movie "About Ray"

Ray adalah Ramona.

Ray is Ramona.

Dia lebih dari sekedar perempuan tomboy. Dia memutuskan untuk menjalani operasi ganti kelamin untuk menjadi seorang laki-laki.

She is not just a tomboy. She has decided to have a transgender surgery to become a male.

Konflik pun dimulai.

It created a conflict.

Ray terhitung beruntung tidak dibuang oleh keluarganya tapi berapa banyak LGBT yang tidak diakui lagi oleh keluarganya?

Ray is quite lucky her family does not dump her but how many LGBT are no longer considered a family member by their family?

*  *  *  *  *

Kita membiarkan ego, ketakutan dan banyak hal lainnya untuk memisahkan diri kita dengan manusia lain.

We allow ego, fear and many other things to separate us with other human being. 

Kita menaburkan benih curiga dan kebencian.

We sow suspicion and hatred seeds.

Ketika seharusnya kita menabur benih kasih.

When we should sow love seed.

Kita belajar untuk menolak ketika seharusnya kita saling menerima.

We learn to reject when we should accepting one another.


Monday, June 12, 2017

Man, Woman and LGBT in between (2)

Seperti apakah definisi seorang perempuan dalam pemikiran kita masing-masing?

How each of us define a woman?

Perempuan itu begini-begene-begono.. dst..

A woman is such and such..

Kalau mau dibuat daftar.. walah, panjangnya bisa dari Sabang sampai Merauke.

It would make a long list..

Jadi saya ambil beberapa stereotipe yang paling umum.

So I only take a few of the most general stereotype.

*  *  *  *  *

Stereotipe#1 : Perempuan = Rok

Stereotype#1 : Woman = Skirt

Perempuan adalah lambang feminitas walaupun sejujurnya saya tidak bisa menemukan hubungan antara feminitas dengan rok.

Woman is a symbol of feminism though I honestyl can't find any relation between feminism and skirt.

Apakah seorang perempuan tidak bisa disebut perempuan kalau dia tidak memakai rok?

Is a woman can not be called a woman if she is not wearing skirt?

Apakah tanpa rok seorang perempuan lalu kehilangan jati dirinya sebagai perempuan?

Is a woman lose her identity as a woman without skirt?

Yakin?

Sure about it?

Lihat noh pakaian orang Skotlandia. Lelakinya kan pakai rok yang disebut kilt.


Well look at Scotland traditional clothes. The man wears kilt skirt.

Apa lelakinya lantas jadi feminin? Haha..

Does it feminize the men? Haha..

*  *  *  *  *

Stereotipe#2 : Perempuan = Rambut Panjang

Stereotype#2 : Woman = Long Hair

Ok, ini juga satu hal yang tidak bisa saya mengerti. Apa seorang wanita yang tidak berambut panjang dianggap kurang perempuan?

Ok, this is one thing that I just don't get it. Is a woman who don't have long hair would be considered less of a woman?

Laki-laki banyak yang berambut panjang.. walaupun saya menganggap laki-laki berambut panjang itu sama sekali tidak macho, tapi tidak berarti mereka jadi berganti jenis kelamin kan?

Many men have long hair.. though I consider man with long hair is not macho but it doesn't mean it changes their gender right?

Kalau sekarang rambut panjang jadi tren.. ah, itu sih gara-gara iklan shampo.

If long hair becomes a trend these days.. ah, that has a thing with shampoo commercial.

Logikanya begini, makin panjang rambut seseorang berarti makin butuh banyak shampo, betul kan? Jadi ya ga heran kalau rajin digembar-gemborkan citra perempuan berambut panjang indah kemilau. Padahal itu bukan tentang rambut tapi tentang usaha para produsen shampo buat bikin shamponya laku.

Here is the logic, long hair needs more shampoo, right? Well no wonder shampoo companies eagerly build an image of woman's beautiful long shinny hair. It is not about the hair actually, it is those shampoo companies trying to sell their products as much as possible.

Banyak orang kemakan sama pencitraan itu: perempuan adalah perempuan kalau dia berambut panjang. Feminitas perempuan kemudian ikut dihubungkan dengan rambut panjang. Bahkan kecantikan perempuan pun ikut diasumsikan dengan rambut panjang.

Many people bought that image. A woman is a woman if she has long hair. Woman's feminity is related to long hair. Even her beauty is assumed to her long hair.

Haha.. yang bener aje, bray.

Haha.. whatta crap.

*  *  *  *  *

Stereotipe#3 : Perempuan = Bisa Masak

Stereotype#3 : Woman = Can Cook

Perempuan harus bisa masak karena dia harus menyediakan makanan buat keluarganya.

www.blogemakgaoel.com

A woman must be able to cook because she has to feed her family.

Emang kita tinggal di tengah hutan belantara dimana tidak ada penjual makanan?

Do we live in the jungle where there is no food vendor?

Dalam keluarga tugas perempuan adalah masak. Seorang istri harus bisa masak untuk suaminya. Seorang ibu harus bisa masak untuk anak-anaknya.

A woman's task in her family is cooking. A wife should cook for her husband. A mother should cook for her children.

Lha, kalau gitu kalau ga ada perempuan berarti laki-laki dan anak-anak pada ga makan dong??

Um, so without a woman, men and children don't have anythng to eat??

Masak itu penghematan.

Cook your own meal saves money.

Kalau gitu seharusnya setiap laki-laki dan anak-anak bawa bekal makanan yang dimasak oleh istri dan ibu mereka di rumah ke tempat kerja dan ke sekolah. 

Then every man and children should bring their own lunch box, filled with home meals their wives and mothers cooked, to work and to school.

Tapi kok banyak laki-laki dan anak-anak lebih suka jajan? Kenapa lebih milih beli makanan hasil masakan orang lain sementara di rumah istri dan ibu mereka sudah jungkir balik terpusing-pusing dan terpontang-panting masak setiap hari buat mereka sekeluarga?

So why is it many men and children prefer to buy meals from food vendors? They'd rather eat dishes cooked by other people while everyday their wives and mothers juggle with the cooking task for the family.

Hmm..

*  *  *  *  *

"Aduh cantiknya! Pacar siapa itu ya?"

"Damn! She's so pretty! I wonder whose girl friend is she?"

Kaget, saya mengangkat kepala dan melihat Andre sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum lebar menatap saya yang dengan hati-hati berjalan dengan canggung dan pelan-pelan mengitari ruangan.


Surprised, I lifted up my head and saw Andre stood infront of the door, smiling broadly as he stared at me walking around the room slowly and awkwardly.

"Hai sayang" saya menghampirinya dengan langkah-langkah kaku.

"Hi hun" I walked stiffly toward him.

"Hoho!" dengan sigap dia memeluk saya ketika dilihatnya saya agak hilang keseimbangan.

"Whoa!" he was quick enough to catch me when he saw me lost my balance.

"Cinderella sedang mencoba sepatu barunya untuk pesta dansa nanti malam?" dia mengulum senyum sambil menatap kaki saya.

"Cinderella is trying on her new shoes for tonight's ball?" he smiled as he stared at my feet.

Saya langsung ngakak.

I bursted out my laugh.

"Ini bukan sepatu" kata saya sambil mengangkat kaki supaya dia bisa melihat lebih jelas "Ini selop"

"These are not shoes" I lifted up my feet so he could take a closer look "These are slippers"

"Ah, tapi pasti baru. Tumben kamu mau beli yang model gini"

"Ah, but they are definitely new. It's really not you to pick this kind of footwear"

"Saya ga beli. Ini dikasih orang"

"I didn't buy them. Somebody gave them to me"

"Oh" Andre tersenyum penuh arti.

"Oh" Andre smiled as if he just figured it out. 

Soalnya dia terlalu kenal saya.

He knows me all too well.

Selop begini jelas bukan saya banget.


This kind of slippers is not my thing.

Sekian tahun kami bersama, kami telah mencapai pengertian tersendiri mengenai satu dengan lainnya. 

Over the years we have been together we have reach an understanding about each other.

Dia dengan brewok, tato dan rokoknya.. sementara saya biarlah saya dengan ciri tomboy yang sudah jadi identitas saya. 

He is with his beard, tattoo and cigarette.. while I am better be left with my own tomboy identity.

"Jadi sekarang pangeran ganteng sudah datang buat jemput Cinderella" dia memeluk saya dan menggosokkan jenggotnya ke pipi saya dan bikin saya terkikik geli "Cinderella mau pulang?" 

"So now the handsome prince has come to pick up Cinderella" he hugged me and caressed my cheek with his beard that made me giggled "Does Cinderella want to go home?"

"Yuk" saya buru-buru mencopot selop itu, memasukkannya kembali ke pembungkus plastiknya dan dengan lega kembali memakai sepatu kets saya.

"Ok" I quickly took off those slippers, put them in the plastic wrapper and happily put on my sneakers.

Andre menatap saya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Andre looked at me as he shook his head.

"Apa?" saya meliriknya.

"What?" I glanced at him.

"Belum tengah malam dan Cinderella sudah copot selopnya?"

"It is not midnight yet and Cinderella has took off her slippers?"

Saya ngakak.

I bursted out my laugh.

"Kalau saya jatuh dan keseleo gimana yo?"

"How if I fell and sprained my ankle?"

"Kan ada pangeran ganteng" dia ikut tertawa "Tinggal dicium, langsung sembuh"

"Hey, you've got this handsome prince" he laughed "A kiss and it will be alright"

Ditariknya saya dan diciumnya saya.

He pulled me and kissed me.

Hmm..

*  *  *  *  *

Stereotipe#5 : Perempuan = Baik Hati

Stereotype#5 : Woman = Kind Hearted

Perempuan itu pastilah hatinya baik, lembut, welas asih.

Woman's heart must be kind, gentle, compassionate.

Kata siape?

Says who?

Beberapa bulan yang lalu..

Few months ago..

Tambalan gigi saya copot. Doohh.. sepanjang malam itu gigi yang bolong bikin saya susah tidur karena cenat cenut.

My tooth filling dislodged. Gosh.. the tooth made me couldn't sleep all night as it was painful.

Besok paginya mau tidak mau saya harus ke dokter gigi. Kalau saya datang pagi-pagi banget paling dua jam kemudian saya sudah balik ke kantor.

I had no choice than to go to the dentist. If I came very early I'd get back to the office about two hours later.

Minta ijin datang telat deh ke kantor.

Asked for permission to come late at work.

Respon yang saya terima.. oh.. sungguh amat sangat mengejutkan.

The respond I got.. oh.. so very shocking.

Seseorang menganggap saya bukan karyawan yang baik karena saya sering sakit..

Somebody thought I was not a good employee because I got sick often..

Saya bingung..

It confused me..

Dalam setahun bisa dihitung sama jari tangan deh berapa kali saya absen karena sakit.

It can be counted with fingers how many days I took sick leave in a year.

Katanya kalau saya seorang karyawan yang baik, saya harus mengganti hari absen saya karena sakit dengan hari libur saya dan harusnya saya minta ijin sakit di hari libur dong.

It was said that if I were a good employee, I should change my absent day with my days off and I should take leave sick on my days off.

Oh gitu ye?.. Saya tersinggung.

Oh is that so?.. It offended me.

Emang selama ini gue bohong-bohongan kalau sakit?

So do you think I was lying when I took sick absence?

Sekian tahun saya bekerja, sekian banyak pengorbanan saya, tidak pernah saya gembar gembor, tidak pernah saya pamer ke sana kemari.. dan karena fisik saya sempat mengalami kemunduran maka saya dianggap bukan karyawan yang baik??

Of all the years I worked, of all the sacrifices I made, I have never boasted, never showed it off.. and when my physic was having a problem I was considered not a good employee??

Saya kecewa.

It disappointed me.

Saya jawab dengan sopan tapi dengan mengemukakan hal-hal di atas secara gamblang.

I answered politely as I described the above things openly.

Hasilnya?

The result?

Saya diadukan ke perempuan lain dan perempuan ini mengadukan saya ke orang-orang lain.

She came to another woman and this woman filled a complain against me infront of other people.

Hasilnya?

The result?

Saya dipanggil dan diberitahu bahwa saya mendapat penilaian rendah. Saya diberi waktu enam bulan. Kalau saya tidak berubah, saya akan dipecat.

I was notified and informed that I was given bad score. I was given six months. If I don't change, I'll get fired.

Keji.

Vicious.

Saya bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bicara. 

I was not even given any chance to speak.

Dalam pengadilan kriminal pun seorang tersangka saja masih diberi kesempatan untuk membela diri, untuk bicara di depan juri dan hakim. Saya? Saya sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bicara dan menjelaskan perkaranya dari sudut saya.

www.pinterest.com

Even in the court of law a defendant is given a chance to defend him/herself, to speak before the jury and the judge. Me? I was absolutely given no chance to speak and explain the matter from my side.

Keji.

Vicious.

Bukankah orang bilang ada dua sisi mata uang?

Don't they say there are two sides of a coin?

Tapi di sini hal itu tidak berlaku.

But here, it has only one side.

Keji.

Vicious.

Lalu apa cuma sampai di situ saja?

Was it all?

Tidak. Selama beberapa waktu perempuan kedua karena merasa saya sedang dalam pengawasan dan karenanya tidak akan melawan, mengirimkan pesan-pesan yang berbau bullying.

Nope. For some time the second woman as she felt I was being watched closely by them and therefore I was powerless, sent bullying messages.

Keji.

Vicious.

Jangan ditanya gimana marah dan sakit hatinya saya.. mereka perempuan dan saya juga perempuan tapi coba lihat, perempuan memangsa perempuan.

Don't ask how angry and upset I am.. they are women and I am also a woman but just look how women took other woman as a prey.

*  *  *  *  *

Perempuan tidak seperti lelaki. Perempuan dianggap lemah. Tapi jangan tertipu. Banyak perempuan jauh lebih keji dari pada lelaki.

Woman is different with man. Woman is considered weak. But don't let this fooled you. Many women are more vicious than men.

Kadang saya ingin jadi lelaki.

Sometimes I wished I were a man.

Kalau saya laki-laki, saya akan hadapi banyak hal-hal dengan cara lelaki.

If I were a man, I would deal many stuff like a man.

Tapi pengalaman di atas itu berguna karena Tuhan yang mengetahui hati manusia membongkar isi hati banyak orang supaya saya tahu dan tidak tertipu dengan apa yang ditampilkan mereka dari luar.

www.thoughtco.com
However it was a very valuable experience because God who knows what's in a person's heart has revealed it to me so I knew and won't be deceived by what they appear themselves to me.

*  *  *  *  *

Bersambung ke Man, Woman and LGBT in between (3)

To be continued to Man, Woman and LGBT in between (3)

Thursday, June 8, 2017

Man, Woman and LGBT in between (1)

He is a man

Kira-kira dua minggu lalu Vincent masuk ke ruangan saya sama seperti yang selalu dilakukannya setiap hari Minggu.

About two weeks ago Vincent came to my room just as he usually do every Sunday.

Tapi kali ini ada yang beda. Saya bisa merasakannya.

But something was different. I could sense it.

Saya perhatikan mukanya. Ada memar kemerah-merahan di pipi dan dagunya. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

I studied his face. There were reddish bruishes on his cheek and chin. Something must have happened.

Saya tidak perlu menunggu lama karena dia sendiri kelihatan sekali kepingin menceritakan sesuatu.

I didn't have to wait as he himself clearly wanted to talk it out.

Dan dia pun bercerita bagaimana dia terlibat perkelahian fisik dengan seorang preman yang mau merampas tasnya.

And he told me how he got himself in a fight with a punk who wanted to steal his bag.

"Berantem beneran lu?" tanya saya tidak percaya.

"A real fight?" I asked in my disbelief.

Tapi saya harus percaya. Memar-memar merah yang saya lihat di pipi dan dagunya adalah saksi bisu dari perkelahian itu.

But I had to believe it. The reddish bruishes I saw on his cheek and chin were silent evidents of that fight.

Sementara dia menceritakan rekonstruksi peristiwa itu saya merasakan sesuatu mengisi hati saya.

As he described the details of that fight I felt something filled my heart.

Bangga. Saya bangga padanya. Dia berkelahi tanpa takut walau pun penyerangnya adalah seorang preman yang badannya jauh lebih tinggi, lebih besar dan orangnya juga lebih tua dari dia.

Proud. I'm proud of him. He fought fearlessly though his attacker was a taller, bigger and older punk.

Saya bayangkan kekagetan preman itu ketika Vincent tanpa ragu dan takut melawannya. Dia pasti tidak mengira. Dia pasti menganggap enteng karena dilihatnya Vincent cuma sendirian di angkot dan juga cuma anak remaja yang pasti gampang diintimidasi.

I imagined how shocked that punk must be when Vincent unhesitantly and fearlessly fought him back. He surely didn't expect it. He must have thought Vincent was an easy target since he was alone in angkot and just a teenager who would have been easily be intimidated.

Yang tidak diketahui preman itu adalah Vincent mungkin cuma anak remaja berusia 16 tahun tapi mentalnya jauh melebihi usianya.

What that punk didn't know is Vincent maybe just a 16 years old teenager but his mentality is above his age.

Sejak pertama kali dia masuk ke ruangan saya kira-kira 3 tahun yang lalu dia sudah bikin saya terheran-heran sekaligus kagum.

Since the first time he came to my room about 3 years ago he has amazed and also impressed me.

Berapa banyak sih anak umur 13 tahun yang sendirian bisa dengan langkah mantap masuk ke ruangan orang yang tidak terlalu dikenalnya, orang yang jauh lebih tua pula tapi dengan pedenya menghampiri orang itu, mengulurkan tangan, menyalami dan kemudian mengobrol dengan santainya seakan-akan sudah kenal selama bertahun-tahun.

How many 13 year olds do you think has the nerve to walk confindently into a person's room, a person whom he doesn't know too well and who is also much older than him but he approaches that person, shake and greet her and have a casual conversation with her as if they have known each other for years.

Jangankan anak umur 13 tahun, banyak yang sudah berusia 20 tahun saja masih cengar cengir malu, salah tingkah dan jaga jarak sama orang dewasa.

Let alone a 13 year old, a lot of 20 something still grin shyly, act awkward and keeping a distance toward adults.

Nah, ini ada seorang anak umur 13 tahun yang bisa dengan pedenya mengobrol dengan saya.. halah.. saya yakin saya pasti jauh lebih tua dari emaknya.. haha.. tapi faktanya adalah dia kagak pernah jiper sama saya!

Now there is this 13 year old who confidently talks to me.. I mean, I'm sure I'm much older than his mother.. haha.. that fact never intimidates him!

Sejak itu kami berteman.

We made friends ever since that.

Saya tidak pernah melihatnya sebagai anak remaja berusia 13 atau 16 tahun. Sikap dan pemikirannya jauh melebihi usianya. Dia bisa enak diajak diskusi. Dia tidak ragu mengemukakan pandangannya. Bisa menerima pendapat orang lain tanpa kehilangan pendapatnya sendiri.

I have never looked at him as a 13 or 16 year old teenager. His attitude and minds are beyond his age. It's fun to have discussion with him. He speaks out his mind unhesitantly. Yet he accepts other's opinion without losing his own ground.

Lalu hari Minggu itu dia menceritakan bagaimana dia berkelahi fisik dengan seorang preman. 

He got himself in a fight with a punk only a few days after this photo was taken

And then on that Sunday he told me how he got himself into a fight with a punk. 

Ketika anak-anak sebayanya mungkin akan mengkerut ketakutan, terkencing-kencing di celana atau kabur.. dia hajar preman itu dan tidak gentar sekali pun preman itu balas memukulnya.

When his contemporaries would shrink in fear, peed their pants or run away.. he punched that punk and didn't freak out though the punk punched him back.

Begitu itu yang namanya laki-laki.

That is what a man is.

*  *  *  *  *

Be a man

"Ke, ada orang yang mau dengar curhatan kita" demikian bunyi pesan whatsapp yang saya terima pagi itu.

Somebody willing to listen to us, Keke" that was the whatsapp message I received that morning.

Saya tahu apa maksudnya, tapi..

I knew what she meant, however..

"Buat apa?" balas saya "Sekarang percuma. Saya sudah tawar hati ke mereka. Mereka lambat bertindak. Bilang ke bapak..., si Keke sudah tawar hati ke mereka"

"What is it for?" I messaged her back "It's useless now. I've lost my trust on them. They were slow in taking action. So just tell Mr. ... Keke has lost her trust on them"

Setahun yang lalu kami melaporkan kejanggalan-kejanggalan, ketidakadilan dan ketidaberesan yang terjadi. Kami bahkan memberikan bukti.

Last year we reported the suspicious things, injustice and problems that have happened. We even gave proofs.

Kami berharap mereka bertindak.

We expected them to do something.

Kami minta mereka untuk membela dan menolong kami.

We asked them to defend and help us.

Kami menerima janji.

We were given words.

Janji kosong. Omong kosong saja semua itu.

Empty words. They were nothing but bullshit.

Mereka punya posisi dan wewenang yang memberikan kekuatan dan hak untuk bertindak..

They have the position and authority that given them power and right to take action..

Tapi mereka diam.

But they did nothing.

Karena mereka tidak bertindak, selama setahun ketidakadilan, keangkuhan, kejanggalan dan ketidakberesan semakin menjadi-jadi.

Since they took no action for a year the injustice, arrogance, suspicious things and problems became like wild fire.

Apa pun alasan dibalik diamnya mereka itu, di mata saya mereka seperti laki-laki muda, sehat dan gagah yang dikebiri.

Whatever the reason behind their silence, to me they were like young, healthy and tough man who got castrated.

Masih bisakah dia menyebut dirinya laki-laki sesudah dikebiri?

Can he still called himself a man after the castration?

www.quotehd.com

*  *  *  *  *

Make a boy into a man

"Jordan pengen ketemu elo lagi hari Minggu ini" kata teman saya.

"Jordan wants to meet you again this Sunday" said my friend.

Saya nyengir karena teringat pada anak laki-laki kecil berusia 4 tahun bernama Jordan yang seminggu sebelumnya datang ke kantor saya dan kemudian membuntuti saya kemana pun saya pergi.


I grinned as I remember a 4 year old boy named Jordan who a week earlier came to my office and then followed me around.

"Satu anak lagi yang kepincut sama kamu" Andre tertawa waktu saya menceritakan tentang anak itu dan menunjukkan foto kami.

"One more kid fell under your spell" Andre laughed when I told him about the boy and showed him our photo.

Saya nyengir. Entah kenapa saya kok disukai sama anak-anak kecil. Pastilah ini ada hubungannya dengan panggilan saya sebagai seorang guru. 


I grinned. I don't know why kids love me. It must be have a thing with my call as a teacher.

Saya sendiri belum punya anak.

I myself have not any kids yet.

Suatu hari nanti saya akan punya anak.

One day I shall have a child.

Anak laki-laki.

A son.

Tahun-tahun berlalu tapi keyakinan ini tidak pernah berubah.  

Years passed but this faith has never changed.

Tetap kuat walaupun banyak orang mengatakan bagaimana kalau hal itu tidak terjadi.

It remains strong though many people said how if it doesn't happen.

Saya hanya tahu apa yang saya tahu dalam hati saya.

I just know what I know in my heart.

Saya akan menjadikannya sebagai seorang laki-laki.

I will make him a man.

Menjadikan seorang anak laki-laki menjadi laki-laki memang tidak mudah.

It's not easy to make a boy into a man

Dunia sudah terbalik-balik hingga 'laki-laki' sekarang ini tidak lebih dari sekedar jenis kelamin.

The world has turn upside down these days that the word 'man' is nothing but a gender.

Secara fisik laki-laki sekarang banyak yang sudah bermutasi menjadi lebih halus, manis dan lembut. Dengan rambut lurus, panjang, kulit mulus, tangan yang halus.. mereka jauh lebih cantik dan jauh lebih gemulai dari saya.

A lot of man has physically mutated to become more softer, sweeter and gentler. With long straight hair, smooth skin, delicate hands.. they are prettier and more swaying than me.

Lalu dari mentalitas.. dengan alasan perempuan sudah setara dengan laki-laki karena emansipasi, karena era globalisasi dan abad milenium, banyak laki-laki menganggap perempuan sebagai tambang emas.

Mentally.. since it is said that women have become equal with men thanks to emancipation movement, globalisation era and millenium age, a lot of men think women as gold mine.

Laki-laki mencari perempuan yang lebih kuat, lebih mapan, lebih mandiri, lebih berharta dari dirinya.

Men find women who are stronger, stable, independent, wealthier than them.

Menjijikkan.

Disgusting.

Kalau ada apa-apa mereka bersembunyi di balik rok perempuan.

They hide under women's skirt shall anything happen.

Dulu laki-laki berkelahi satu lawan satu dianggap jantan, kesatria, terhormat.

In the old time a man having a one by one duel with another man was considered man thing, a gentleman thing, honorable.

Itu dulu. Sekarang bangga kalau berantem keroyokan. Satu orang dipukuli sama orang sekampung. Satu orang dikejar-kejar sama segerombolan massa.

That was then. Now it is a pride to have a mass fight. One person against pack of people. One man is chased by a mob.

Dulu lelaki yang suka mengadu dianggap pengecut.

In the past a man who told other people about things he should keep to himself was considered a coward.

Sekarang mengadu dianggap sebagai tindakan baik, membanggakan, berguna bagi bangsa, negara dan perusahaan. Tindakan mengadu dianggap menguntungkan secara psikologis dan keuangan karena dengan mengadukan orang lain, pelaku merasa dirinya dapat mengintimidasi orang tsb, menjadi lebih superior, mendapat penghargaan dari pihak yang menerima aduannya.

Now such action is considered good deed, something to be proud of, useful for the nation, country and company. The action is considered profitable both psychologically and financially because the doer feels himself superior, thus he can intimidate other people, earning reward from whoever person he came to.

Memalukan.

What a disgrace.

Sementara yang lain mengebiri kelaki-lakiannya ketika mereka menutup mata terhadap ketidakadilan.

While others castrated their manliness when they close their eyes to unfairness and injustice.

Menyedihkan.

Pathetic

www.pinterest.com

*  *  *  *  *

Saya prihatin dengan kondisi para laki-laki jaman sekarang. Ini bukan hanya laki-laki dari generasi muda tapi juga yang segenerasi dengan saya dan bahkan ada yang lebih senior lagi.

I am concerned to see how men are these days. It is not just the young generation but it is also men in my generation and even the seniors.

Ribuan tahun sudah berlalu sejak hari Tuhan menciptakan laki-laki.

Thousands of years have passed since God created man.

Sejak itu sudah terjadi terlalu banyak perubahan..

There are too many changes ever since that..

www.quotefancy.com

*  *  *  *  *

Bersambung ke Man, Woman and LGBT in between (2).

To be continued to Man, Woman and LGBT in between (2).