Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, April 30, 2011

Kasih yang Sejati / True Love

“Wanita panggilan” Kamis pagi (28/4) tak lama setelah saya sampai di sekolah tiba-tiba terdengar suara teteh tertawa.

“Siapa, teh?” tapi sebelum teteh sempat menjawab saya sudah mendengar suara yang tidak lagi asing. Yohana! Dia yang di sebut teteh dengan ‘wanita panggilan’ karena memang itulah julukan dan ledekan kami pada Yohana yang hanya muncul di sekolah kalau kepsek pergi dan karenanya meminta dia untuk menggantikan mengajar di kelas Playgroup (PG).

“Halo, Yo” saya langsung merasa hari ini jadi sedikit istimewa karena kehadiran mantan kamerad.

Yohana & daughter + Keke in PG classroom
Mengobrol deh kami berempat di kelas TK A selama hampir setengah jam. Wali kelas TK B khusus menggabungkan dirinya dengan kami karena tidak bisa dipungkiri kami semua senang dengan kehadiran Yohana di sekolah.

Yah, begitulah. Bertukar cerita, berita dan keluhan.

Seandainya saja kepsek adalah pribadi yang lebih banyak menyenangkan dan meringankan hati, suasana di sekolah ini sebetulnya menyenangkan. Maksudnya, kami yang rata-rata sudah bekerja di sini selama lebih dari 5 tahun memiliki hubungan kerja dan pertemanan yang terhitung sangat baik. Bahkan sangat kompak.

Sayangnya kepsek tidak bisa di tebak. Jadi setiap hari saya berangkat dari rumah ke sekolah dengan membawa pertanyaan siapakah yang akan saya temui dalam diri kepsek pada hari tsb. Malaikat atau setan?

Ya, setiap orang memang punya sisi gelap dan sisi terang; kelebihan dan kekurangan. Tapi bisa kita timbang mana yang lebih besar dan yang lebih menguasai diri seseorang atau diri sendiri.

Saya sendiri mengakui belakangan ini cuaca hati saya banyak dikuasai oleh setan. Setidaknya mungkin demikian menurut anak-anak itu.

“Ibu sekarang beda” Justin pernah mengatakan demikian.

“Ibu kok gitu sih sekarang?” kata Calvin baru-baru ini.

Pertanyaan itu sangat menohok hati saya. Ya, saya akui memang saya berubah. Sejak saya menjadi wali kelas TK A kesibukan saya bertambah. Saya tidak menganggapnya sebagai beban. Hanya saja hal itu memang betul membuat saya menjadi lebih tegang.

Memegang satu kelas selama 6 hari seminggu dengan 16 orang anak menyita banyak sekali waktu dan tenaga saya. Belum lagi ada les anak TK B 2 kali seminggu dan seminggu sekali harus mengajar bahasa Inggris di kelas TK B.

Tambahan lagi saya tidak mempunyai hari libur karena hari Minggu pun saya masih harus mengajar Sekolah Minggu dan mengajar les. Semua ini yang saya pikir membuat saya menjadi cepat tidak sabar dan mudah kesal. Saya berubah menjadi orang yang tidak saya sukai. Haduh, bagaimana caranya supaya keceriaan dan ketenangan saya yang dulu bisa kembali lagi?

Mungkin saya memerlukan suatu perubahan yang membuat saya menemui hal-hal baru.

Hari ini anak TK A saya sibukkan dengan kegiatan mewarnai gambar anak yang berdiri di bawah siraman hujan. Kali ini instruksi khusus untuk tidak mewarnai payungnya bisa di ingat oleh semua anak.



Sesudah itu mengerjakan maze anak yang memakai payung harus menuju tempat yang sedang hujan.


Beberapa anak membuat saya merasa seperti ingin melompat-lompat dan menjerit-jerit karena frustrasi melihat mereka mengulangi kesalahan yang sama terus menerus bahkan setelah saya memberi petunjuk yang dalam penilaian saya sudah sangat jelas dan tidak terburu-buru.

Sampai akhirnya saya yang betul-betul harus memegangi tangan anak ybs dan menuntunnya menggarisi jalan yang harus dilewati anak berpayung pada gambar itu menuju lokasi yang benar dengan krayon. Kalau tidak dengan cara begitu, bisa gila saya dibuatnya karena berkali-kali dia membuat kesalahan yang sama.

Ya, kalau hanya 2-3 anak yang harus ditangani sih tidak apa tapi ini ada 15 anak di kelas pada hari ini. 15 mahluk hidup yang memiliki 15 keanekaragamannya. Dan seperti yang saya tulis dalam blog saya beberapa hari lalu, kalau ada anak kecil maka rasanya 2 mata, 2 telinga, 2 tangan, 2 kaki, 10 jari dan 1 mulut kurang banyak. Hehe.

Tugas terakhir adalah menyusun angka yang hilang pada gambar jam. Wah, ini juga sempat membuat saya makin spanning karena ada beberapa anak yang tidak teliti padahal ada tugas-tugas berpola sama yang sudah sering dikerjakan seperti menebalkan huruf atau angka yang berwarna abu-abu. Tetap saja sesuatu yang rutin itu tidak melekat di benak anak.


 

Karena itu jangan heran kalau seorang anak memberi jawaban tidak tahu saat di tanya apa yang dikerjakannya setelah bangun tidur. Padahal yang terjadi dirumahnya setelah dia bangun tidur adalah hal yang rutin dan dia tidak melakukan semua itu dengan mata tertutup karena masih tidur atau sedang pingsan kan.

Hal ini membuktikan bahwa biarpun matanya terbuka lebar, seorang anak bisa ‘tidak hadir’ saat dia sedang melakukan aktivitas mandi, berganti pakaian, makan dll.

Tidak semua anak seperti itu. Tapi dari 16 anak di kelas saya, setidaknya setengahnya seperti itu. Dan umumnya anak lelaki. Karena itu kalau anda berjenis kelamin perempuan, berbahagialah anda tercipta sebagai perempuan karena walau di juluki mahluk lemah tapi sebetulnya di dalam kelemahan itu perempuan sebetulnya memiliki kekuatan dan kelebihan dari mereka yang dikatakan mahluk yang lebih perkasa.  

Btw, Stevanky, seorang murid di kelas saya, semester 2 ini semakin terpacu untuk menjadikan dirinya asisten saya di kelas. Terutama setelah Evelyn berhenti kerja.

Lucu juga rasanya melihatnya mondar-mandir di kelas memantau pekerjaan teman-temannya. Memberi petunjuk. Mengatakan ‘no no’ saat temannya melakukan kesalahan atau ‘pintar, bagus, betul, good’ saat temannya dapat mengerti petunjuknya atau mengerjakan tugasnya dengan benar.  Soalnya ini anak umur 5 tahun, bo!. Berapa banyak anak umur 5 tahun yang anda tahu bisa melakukan hal seperti itu? Saya saja baru menjumpainya saat ini dalam diri Stevanky.

Tapi perkaranya adalah seringkali dia menghalangi gerakan saya. Kalau di dalam kelas jangan membayangkan saya bisa duduk manis. Tidak. Saya bergerak kasak kusuk kesana kemari. Gerakan saya pun cepat karena harus memantau dan menolong anak yang mengalami kesulitan. Akibatnya berapa kali saya menabrak atau menginjak kaki Stevanky tanpa sengaja. Belum lagi saya sendiri nyaris hilang keseimbangan akibatnya.

Saya sudah memperingatkan Stevanky “Ibu guru lagi sibuk, Ky, kalau sudah begini aku bergerak cepat jadi kamu jangan menghalangi ibu. Jangan juga marah kalau keinjak, ke sikut atau ketabrak bu guru ya. Dan jangan tersinggung kalau bu guru menggonggongi kamu karena kamu menghalangi jalan ibu”.

Satu hal yang saya membuat saya heran, kagum dan juga terharu adalah mau seperti apa pun saya kepada mereka, anak-anak itu tetap menyayangi saya.

Kasih seorang anak adalah kasih yang tulus murni. Kasih sejati ada dalam diri mereka.

Dalam segala keterbatasan dan kekurangan saya, saya pun mengasihi mereka dengan segenap hati saya.

Sesudah anak-anak dipulangkan pada jam 10.30, ternyata Yohana membeli kue rangi. Kue yang setahu saya khas betawi ini sudah makin langka tapi di kompleks perumahan ini ada pedagang keliling yang menjajakannya. Maka berpestalah kami makan kue rangi sambil berfoto-foto.


___________________________________________________________________

“Our call girl” I heard school’s cleaning lady laughed not long after I arrived in school this Thursday morning (April 28th).

“Who?” but before she answered my question, I’ve heard a familiar voice. Yohana! ‘our call girl’ has become sort of our joke and tease for her because she came only after headmaster gave her a call to replace her whenever headmaster wasn’t able to teach in Playgroup (PG) class.

“Hello, Yo” I grinned at her and feeling something special today because we were having an former fellow teacher among us.

We chatted and joked around in my classroom. Exchanging news, stories and complaints. But no doubt that we were all happy to have her in school today.

If only headmaster is a character that brings light in school I’m certain the air in school would be filled with joy because we who have worked for more than 5 years in this kindergarten have built up quite a strong bond and good relationship.

Unfortunately headmaster is unpredictable. Everyday I leave home and go to school with a question hanging on my head of what angel would I meet in headmaster. Would it be the angel of God or the angel of devil?

Oh yes, so each of us have our light and dark sides. Good and bad sides. But we can measure which one is dominant.

I admit that my mood has been influenced by the angel of devil lately. At least that’s what some kids think.

“You’re different” said Justin sometime ago.

“Why is it you’re like this now?” asked Calvin not too long ago.

Their questions came like a big blow to me. Yes, I admit that I’m not the same person after I’m appointed to incharge in this class. I never see it as a burden. But it does make me tense.

It really takes lots of my time and energy to incharge in a class of 16 kids for 6 days a week. Not to mention to have to run B class tutoring twice a week and teach English in B class once a week.

Plus I don’t get any break from teaching. I’ve Sunday school and tutoring too every Sunday. All of this is what I think have changed me. The bad part is it turned me into a person that I myself dislike. Gosh, what should I do to have my joy and serenity back?

Maybe I need a change so new things will refresh me.

Well, I made the kids busy today with class activity of coloring the drawing of a kid standing in the rain under his raincoat and umbrella. My instruction for them not to color the umbrella have been followed by all the kids. Good.

After that they did maze of a girl who needs help finding her path to the right scene. She has her umbrella so she will go to a place where it is raining. 

Some kids made me felt I’d go jump and screaming out of frustration seeing them repeated same mistakes even after I gave slow and detailed explanation on how to do that maze.

At the end I had to hold those kids’s hands and drew the line with crayon the right path the girl in the maze should take to the right location. If I didn’t do this they drive me crazy by doing the same mistake over and over again.

The thing is I don’t have 2-3 kids in class. There were 15 kids in class today. 15 living being with 15 varieties. And as I’ve written in previous journal on this blog is when you deal with kids it feels that 2 eyes, 2 ears, 2 arms, 2 hands, 10 fingers, 2 feet and 1 mouth aren’t enough. Lol. 

The last task is to glue the missing number on the clock. This once again brought headache to me because some kids seemed haven’t remembered that certain task has become routine such as whenever they saw any letter or number in grey it means they have to bold it with their pencils.

Some kids live their routinities with wide open eyes but unable to take it to their memory as if they have their bath, getting dressed, meal time etc in unconscious state. That’s what make them give ‘I don’t know’ answer when asked what they do after they get up in the morning.  

Not all kids are like them and mostly are boys. So be glad to be born as female because though they say female is weak creature but we are not. We have things that make us superior than the male.

Anyway, Stevanky, one of the kid in my class, has become more keen to become my assistant in class. Especially after Evelyn resigned.

It is funny to see him move around from one classmate to another. Watching, giving direction and helping them doing their tasks. Saying ‘no no’ when they didn’t do it well or made mistake and said ‘good. Ok. Smart’ when they did it well. I mean, how many 5 year old do you know who does stuff like this?

The thing is I never sit quietly in class. I always move fast from one kid to another. And I found myself bump or step into Stevanky’s feet many times.

I’ve forewarned him though “I move around in high speed, Stevanky. So don’t take it personally if I accidentally bump into you or step on your feet or hit you with my elbow. You’ve to forgive me too if I bark at you to ask you to move over because you stand on my way. Ok”

It is amazed and touched me though to see the kids still love me no matter how bad I’d behave toward them.

Their love is definitely the true love. Pure and sincere.

In my limitations and weaknesses I love them too with all of my heart.

Anyway, after school Yohana bought ‘rangi’ cake. It’s one of Indonesian traditional cake made of flour, coconut and palm sugar. It has become rare to find as kids these days prefer to have western snack. But this cake remains as one of my favorite snacks. So we had ‘rangi’ party and took photos as well.

Friday, April 29, 2011

Dunia yang dinamis / Dynamic world

Rabu (27/4) pagi ketemu sama nyokapnya Brenda. Asyik. Bisa nebeng naik motornya sampai ke kompleks perumahan tempat sekolah berlokasi. Terasa banget ya bedanya tidak naik angkot. Jarak yang biasanya butuh waktu 15 menit kalau pakai angkot bisa di tempuh dengan hanya 5 menit! Padahal nyokapnya Brenda mengendarai motornya dengan kecepatan terhitung ‘egal-egol’. Hehe.

Yah, namanya juga angkot. Kejar setoran mulu. Ngetem dan jalan kayak siput kalau belum penuh. Tetangga saya sampai pernah karena kesalnya ngomong ‘orang lagi mandi saja ditungguin sama angkot’. Hehe.

The green vehicle in the left is called Angkot. It's the public transportation in Bogor as there's no bus serving in the town / Angkot Bogor
Yang menyebalkan dari supir angkot Bogor adalah tidak bisa membaca bahasa tubuh orang. Semua yang lagi berdiri di pinggir jalan diangggap lagi menunggu angkot. Jadi tidak peduli orang lagi mau menyeberang jalan atau lagi menunggu teman / jemputan, hm, semua di tawari naik angkot.

Saya berapa kali ngomel-ngomel karena lagi mau menyeberang jalan eh, datang angkot yang langsung dengan santainya berhenti di depan saya. Masa sih saya harus membawa karton besar bertulis ‘Tidak mau naik angkot. Lagi mau menyeberang jalan’??. Hehe.

Begitu deh sekilas cerita tentang angkotnya Bogor. Kota ini sudah berganti nama. Tidak lagi menjadi ‘Kota Hujan’ tapi ‘Kota Sejuta Angkot’. Hehe. Habis, angkotnya lebih banyak dari pada jumlah penumpangnya.

Bogor hujan setiap hari. Enak sih. Biang keringat saya hilang semua jadinya. Hehe.

Di sekolah paginya kepsek langsung masuk ke kelas dan seperti biasa tanpa minta ijin dulu ke saya. Hiks, betul-betul memang saya cuma numpang di sekolah ini. Sudah baca belum catatan saya hari Sabtu 2 minggu lalu tentang kedatangan orang-orang dari gereja di Jakarta yang sikapnya seakan-akan mereka yang punya sekolah dan saya yang jadi tamunya. Nah, kepsek sendiri saja suka bertingkah sama.

Tapi baguslah karena ini menjadi pengingat bagi saya bahwa sebesar apa pun kecintaan saya pada sekolah ini tetap kenyataannya adalah di sini bukan pelabuhan terakhir saya. Kapan pun Tuhan memerintahkan saya untuk pergi, saya akan pergi. Saya tidak berakar di sini. Saya memang hanya menumpang belajar di sini. Setelah saya cukup dipersiapkan, dibentuk, dididik dan dilatih, maka kapal lain akan menjemput saya dan berangkatlah saya mengarungi samudera lain yang lebih luas dan lebih dalam.

Itu penggambaran saya tentang perjalanan hidup. Hidup adalah perjalanan. Hidup adalah perubahan. Jangan berpikir segalanya statis. Semuanya dinamis. Semuanya pasti berubah.

Anak-anak itu misalnya. Selama setahun ini mereka dan saya terikat dalam kebersamaan yang seakan tidak ada akhirnya tapi sebentar lagi semua akan berubah. Mereka akan naik kelas ke TK B. Perubahan itu akan terjadi.

Ketika kita berada dalam suatu fase kehidupan segalanya terasa rutin, panjang dan tidak pernah ada akhirnya. Jadi perubahan tidak pernah terbayang. Sebetulnya tidak demikian. Jadi sebaiknya jangan memandang seseorang hanya terpaku dengan apa yang terlihat pada saat ini karena hari esok / bulan berikutnya / sekian tahun kemudian, orang itu sudah menjadi seorang yang berbeda, berada di tempat berbeda dan melakukan hal-hal yang berbeda.

Sementara ini saya menikmati hari-hari akhir saya bersama anak-anak di kelas TK A seolah-olah kami memiliki semua waktu yang ada di dunia ini. Seakan semua tidak akan berakhir. 

Waktu setengah jam habis oleh kepsek. Akibatnya saya terbirit-birit melakukan program kegiatan yang sudah saya susun untuk dilakukan di kelas pada hari ini. Duh.

Anak-anak berjalan di atas papan titian. Justin, Sekar dan Michelle jauh lebih bisa menjaga keseimbangan mereka sekarang. Bagus sekali. Perubahan yang bagus.



3 tugas inti adalah pertama menggunting, mengurutkan dan menempel 4 potongan gambar yang bercerita tentang 2 orang anak bermain bola saat cuaca cerah, mendung, lalu petir menyambar dan mereka berlari masuk ke rumah sampai akhirnya hujan turun.



Nico, Vivien, Echa, Kekey, Stevany dan Justin kesulitan menyusun gambar itu walau tingkat kesalahannya juga berbeda.

Wah, Kelvin malah lebih parah. Kok gambarnya cuma ada 3 potong?? Kemana yang 1 lagi? Terpaksalah saya harus mengaduk-aduk tempat sampah karena pasti ikut terbuang. Tuh, betul kan.

Tugas ke dua adalah mencetak memakai spons dan cat air. Sponsnya yaitu sabut untuk cuci piring yang di potong-potong.




Dasar anak. Ada beberapa yang entah takut kotor atau geli atau jijik tampak ragu memegang spons itu.

Terakhir adalah menulis dan menebalkan huruf j. Lalu gambar jambu saja yang di warnai. Tapi heh, masih juga ada yang tidak menyimak penjelasan saya. Belum lagi ada yang kok belum selesai menulis huruf j tapi sudah dikumpulkan?



Kepsek pergi lagi hari ini. Bagus. Bisa pulang cepat. Tidak usah nongkrongin sekolah sampai jam 12 siang biarpun anak-anak sudah pulang semua dan kerjaan sudah kelar.
___________________________________________________________________

I met Brenda’s mother this Wednesday (April 27th) morning who gave me a ride to the housing complex where school is located. It took only 5 minutes instead the 15 minutes by Bogor public transportation car. And Brenda’s mother drove her motorcycle slow.

It’s because this public transportation would stall time to get more passenger. They won’t leave before it gets lots of passenger. An upset neighbor of mine once said it would even wait anyone who’s still in the shower. Lol.

What’s most annoying for me is the drivers seem unable to read body language because they would stop or pullover when they see anyone stand in the sidewalk without seeing if the person behaves that they would actually cross the road or just waiting for a friend / a ride to come.

I grumble few times because angkot stop right infront of me when I was going to cross the road. Man, do I need to bring a sign that say ‘going to cross the road’ because they don’t know the difference on somebody’s body language of that waiting for an angkot & that of going to cross the road??

So that’s a glimpse about public transportation in the town where I live since 1998. The town has been dubbed as Rainy Town but since the number of angkot is growing bigger than the population I think the town should be dubbed The Town of a Million Angkot.

It’s been raining a lot here. But that’s nice as it gets rid the itchy spots on the skin of my back and neck.

In school the headmaster once again came into my classroom this morning and without saying anything to me she just took control of the class. Sigh, once again I being reminded that I am only a visitor in this school.

Have you read my journal about the people from church in Jakarta who came to school on Saturday 2 weeks ago who behaved as if they own this school? Headmaster’s own behavior is no different than them.

But it’s good since it becomes a reminder that I don’t belong here despite my love for this school. But anytime God wants me out of here, I’ll have to go. This is not my last harbor. I don’t root here. I’m just here temporarily for a purpose. Once I’ve well taught, learned a lot, being formed and trained I know God will take me somewhere else. I will sail in a wider and deeper ocean.

That’s how I picture life. Life is a journey. Nothing is static even when it looks static. The fact is life is very dynamic. Everything and everyone change.

The kids for example. They seem to be stuck with me for a year and it seems it has no end but it will end soon. They will go to different class. Change will come eventually.

When we’re at a phase of life it looks like it has no end. It wouldn’t change. But it’s not. So don’t see anyone as he or she is today. The same person will be a different person, doing different things or be in different place tomorrow or next month or next year.

At the moment I am enjoying my last days with the kids in my class as if we had all the time in the world. As if things will be the same forever.

Headmaster took about half hour of the morning session so I had to do the things I’ve programmed to do on today’s morning session in a hurry. Sigh…

I asked the kids to walk on the footbridge. Justin, Sekar and Michelle are doing better on keeping their balance. A good progress. A good change.

3 main tasks started with cut, sort and glue 4 pictures of 2 boys playing soccer when it is sunny, cloudy, thunder forces them to get in the house and rain falls.

Nico, Vivien, Echa, Kekey, Stevany and Justin were making mistakes when they sort the pictures though in different level of mistake of course.

Kelvin in the other hand had only 3 pieces of the 4 pictures. Where’s the other one? I had to dig the trash can to find it.

Second task is to make stamps out of sponge and water color. The sponge is the one use to wash the dishes. Cut it into small pieces.

I don’t know whether it was because they didn’t want to get their hands dirty or the sponge tickled their fingers or they got disgusted by it, some kids looked hesitated to touch it. Kids…

The last task is to write the letter j and color the guava (jambu). But some kids color the clock too and one even gave me his book before he fill in the whole box with j.

Glad headmaster left school early again today so I could leave early too and didn’t have to wait till noon though all the kids have gone home & all work is done.

Hidup adalah sebuah perjalanan / Life is a journey

Kalau mengikuti catatan-catatan saya di blog ini akan terlihat bagaimana berwarna-warninya hidup seseorang. Berganti-ganti kisah lucu, sedih, menjengkelkan & membahagiakan. Setiap catatan berhias antara curahan hati yang gembira & keluhan. Hehe.

Saya tidak tahu kesan apa yang anda dapatkan tentang diri saya setelah membaca atau setia mengikuti blog ini. Saya cuma menulis apa yang ada dalam pikiran & perasaan saya serta tentang pengalaman saya setiap harinya menjalani kehidupan pekerjaan di sekolah.

Hari Selasa ini (26/4) syukur sejuta syukur teteh sudah masuk. Saya bukan ingin merutuki tempat di mana saya bekerja & belajar selama 6 tahun ini tapi di sini benar-benar saya merasakan seperti apa bekerja di tempat yang serba terbatas dalam segala hal. Sebut saja mulai dari dana, tenaga kerja, fasilitas & prasarana.

Tahun 1997-98 saya pernah bekerja di perusahaan asing yang jumlah karyawannya hanya 3 orang yaitu atasan saya, saya & supir. Jadi dalam keseharian di kantor saya menjalani tugas TKS juga (Tenaga Kerja Serabutan) tapi itu tidak pernah sampai mengharuskan saya menyapu & mengepel lantai 2 kali sehari karena saya memegang kas kantor yang membuat saya tidak ragu mengambil dana secukupnya untuk mengupahi / memberi tip pada orang untuk mengerjakan sesuatu yang saya rasa tidak sanggup untuk saya kerjakan. Selain itu kantor kami terletak di gedung bertingkat di pusat kota Jakarta. Sewa ruangan sudah termasuk pada pelayanan pembersihan kantor oleh pihak kebersihan & perawatan gedung.

Kalaupun saya melakukan juga beberapa tugas pembersihan maka hal itu tidak terasa terlalu menekan karena jumlah upah yang saya terima masuk hitungan jutaan.

Tapi di sini… haduh, mak! Sudah pekerjaannya berat, tanggung jawabnya besar, upahnya minim, wah… pokoknya betul-betul harus tahan banting & siap mental kalau mau memilih bekerja sebagai guru. Kalau tidak punya panggilan hati, jiwa idealis & ingin mengabdi, saya sarankan sebaiknya jangan coba-coba menjadi guru. Anda bisa tersiksa lahir & batin nantinya. Anda toh tidak mau memperpendek umur karena banyak stress kan? Hehe.

Saya sendiri tidak mengatakan bahwa sekolah ini adalah pelabuhan saya yang terakhir. Oh, tidak. Ini hanya tempat persinggahan sementara. Tempat di mana saya belajar, di didik, di tempa & di bentuk tidak hanya sebagai guru tapi juga dalam karakter, mentalitas & rohani. Tempat ini mempersiapkan saya untuk mengarungi samudera kehidupan yang lebih luas & dalam.

Hari ini kondisi fisik & jiwa saya sudah lebih baik. Istirahat & doa adalah obat yang sampai saat ini selalu terbukti manjur untuk diri saya.

Lagi-lagi saya bersyukur hari ini tidak terjadi hal-hal yang meresahkan pikiran & hati saya. Anak-anak tidak menyulitkan. Tugas-tugas berjalan dengan cukup lancar. Puji syukur pada Tuhan karenanya.

Jadi sekalipun guru gambar kami kembali absen hari ini tapi hal itu tidak merisaukan hati saya. Beliau meninggalkan gambar untuk anak-anak warnai & saya pun sudah membekali diri dengan kegiatan cadangan seandainya pak guru tidak bisa mengajar. Hm, sepertinya memang harus selalu siap dengan kegiatan cadangan karena pak guru kita yang satu ini sepertinya agak terlalu sering absen akhir-akhir ini.
Syukur lagi kepsek & wali kelas TK B pergi menghadiri open house dari taman bunga / taman apalah, saya juga kurang jelas. Lokasinya ada di dekat Gadog, Puncak. Jadi mereka berangkat sekitar jam 10.40. Bagus. Hehe. Dalam kesunyian sekolah saya bisa lebih berkonsentrasi mengisi absensi anak-anak, menulisi catatan di buku bahasa Inggris anak TK B & menulisi soal di buku anak les TK B yang masuk dalam rombongan saya. 

Sebetulnya pekerjaan belum selesai semuanya tapi mumpung kucingnya tidak ada maka saya bisa pulang lebih awal. Lumayanlah. Saya bisa mampir di warnet untuk mengejar ketinggalan saya memasukkan jurnal ke blog ini, mengunduh foto di akun Facebook saya & mengecek email.

Nah, begitulah catatan perjalanan kehidupan saya pada hari ini. Bagaimana dengan perjalanan hidup anda pada hari ini?

Adakah anda membuat catatan harian? Tidak merugikan untuk membuat catatan harian karena setelah lewat sekian waktu, anda bisa membacanya lagi & melihat hal-hal apa saja yang terjadi di masa lalu, seperti apa keadaan anda pada waktu itu & bagaimana Tuhan melakukan banyak hal baik pada diri anda / keluarga anda.

Catatan harian akan menjadi semacam prasasti pribadi dari perjalanan hidup seseorang.
_________________________________________________________________

If you follow my blog you can see how colorful a person’s life is. There are funny stories, sad stories & upsetting stories. Each journal has been painted with expression of light heart & burdened heart.

I don’t know what impression you’ve got on me after you read the journals in this blog. What I know is I am just writing what I’ve on mind, what I feel & what I experience at work.

Well anyway, so glad school’s cleaning lady is in today (Tuesday, April 26th). I don’t mean to cuss on the place where I’ve work for 6 years but this is the first time I’ve ever work in a place that has so many limitation. You name it. Fund, human resources, facilities & infrastructure.

In between 1997-98 I worked in a multinational company that had only 3 employees; me, my boss & the driver. So I did the whole office work, not just the paper work. However,  I’ve never had to sweep & mop the floor twice a day because I kept office funds that enabled me to pay or tip somebody to do the work I knew I couldn’t do. Beside that the office was in a building on the prestige central business in central Jakarta. The rent was include cleaning service by building’s management.

Even if I did some cleaning work it didn't become a matter as my salary was paid in millions of Rupiah at that time.

But here, in this kindergarten.. oh, man! The work is hard, the responsibility is big & the wage is minimum. You’ve got to be tough & mentally prepared if you want to work as teacher. If you don’t have the call, idealism & want to serve the community I suggest don’t even try to take teaching as a job. You’d get torchure physically & mentally. What’s the point to make you live short because of having lots of stress? Lol.

I am doing a whole lot better mentally & physically today. Get enough rest & prayer are my best cure.

& thank God I’ve got no additional burden. Things went smooth. They kids didn’t give me any hard time. The absence of our drawing teacher didn’t even bother me. I’ve prepared back up stuff as class activity in case he doesn’t come, well, I guess I should always keep one because he’s been absent quite often lately, & he left drawing for the kids to color.  

I’m glad that headmaster & B class teacher left school at around 10.40 am to attend an open house of this botanical park. I could concentrate doing my work in the nice tranquility.

& I also could leave school early. I needed to go online as I am a bit behind on making blog entry, downloading photos to my facebook & checking emails.

So this is my journal today. What about your day today? Do you keep your own journal? You’ve got nothing to lose to keep a journal / diary because after some time you can read it & see the things that have happened in the past, how you were when you went through phases of life & how God was there with you.

Diary / journal is sort of a personal inscription of one’s life journey.

Thursday, April 28, 2011

Pencobaan & Kemenangan / Trying time & Victory

Senin (25/4) penuh dengan pencobaan bagi saya. Pagi harinya ayah saya minta saya mengambil uang sejuta dari tabungan karena besok akan masuk rumah sakit. Hernia yang sudah di ada sejak 2 tahun lalu belakangan ini semakin memburuk sampai membuat tidak dapat buang air besar.

Lalu saya sampai di sekolah dan teteh tidak masuk yang berarti kami harus kerja bakti lagi.

Haduh, mana kondisi fisik saya yang belum sepenuhnya pulih dari pilek. Bahkan sejak 2 hari lalu pilek mulai sembuh tapi berlanjut menjadi batuk. Sudah 2 malam saya baru bisa tidur setelah punggung di sanggah dengan 2 bantal. Kalau tidak begitu bisa setiap 5 menit saya terbangun karena batuk.

Jadi tidak bisalah saya ceritakan dengan kata-kata bagaimana perasaan hati dan badan saya hari ini.

Letupan-letupan kekesalan, kegelisahan, kemarahan & kelelahan ada tercetus juga dalam gerak gerik dan perkataan saya seharian ini di sekolah. Tentu saja. Serapi dan sejago apa pun seseorang menyimpan kesusahan yang sedang dialami atau dirasakannya pasti ada juga yang terlepas keluar.

Syukurlah 3 orang anak tidak masuk di kelas saya dan 13 yang hadir tidak membuat ulah yang bisa menambah kesesakan hati saya. Tapi di tengah-tengah amburadulnya suasana hati dan pikiran saya ada terselip kebahagiaan juga saat mengetahui bahwa Clarissa menjadi juara III dari lomba mewarnai hari Kartini di kecamatan untuk kelompok kelas TK A sementara Irene dan Cleymens menjadi juara II dan harapan 1 untuk lomba yang sama tapi di kelompok TK B. Membanggakan.

Kegiatan di kelas bisa di lihat dari foto-foto terlampir. Maaf, cerita tidak terlalu panjang hari ini karena saya betul-betul sedang tidak mood untuk menulis.

Tema minggu ini adalah Gejala Alam (Pagi, siang, sore, hujan, gempa bumi, pelangi dst)

Anak-anak menebalkan huruf a dan mewarnai gambar 2 orang anak di tugas awal.



Di susul menebalkan & menulis angka 6.


Lalu terakhir melipat kertas lipat menjadi bentuk kemeja yang kemudian digambari dan diwarnai rok atau celana pendek setelah di tempel di buku gambar.



Saya pulang dengan lega tapi sebagian dari hati saya tidak ingin pulang ke rumah karena selama diluar rumah pikiran saya teralih dari hal yang sedang terjadi. Kembali ke rumah membuat saya kembali teringat pada apa yang harus kami hadapi dan lalui.

Ah, saya sudah menghadapi berbagai macam badai selama hampir 40 tahun dalam masa hidup saya di bumi ini dan cuma Tuhan yang tahu apa yang ada dalam hati saya. Yang saya selalu saya lakukan dalam saat-saat pencobaan adalah membatasi pemikiran saya. Lalui dan jalani ini saja lalu lihat pasti ada kemenangan dan jalan keluar. Kalau tidak begitu, buat apa ada Tuhan.

Setiap kali ada saat-saat pencobaan pasti selalu ada jalan keluar yang Tuhan berikan dan semuanya berakhir dengan kemenangan. Perkara hernia ini sudah harus diselesaikan sekarang.
__________________________________________________________________

Monday (April 25th) somehow became a trying day for me. In the morning my father told me that his hernia has become too much for him to bear that he’ll go to see the doctor today and it probably needs surgery to fix the problem. It has become a problem in the past 2 years but it has gone worst lately that it made him unable to poop. So he asked me to take some money from the bank incase he needs to check in to the hospital today.

Then I got in school and the cleaning lady taken a day off because she got sick. Sigh.. this made us had to do the cleaning work by ourselves.

Worst is my physical condition hasn’t completely recovered from flu and I’ve been having cough in the past 2 days as I spent 2 nights sleeping with 2 pillows supporting my back or otherwise cough would wake me up every 5 minutes.

So I can’t put it into words how my mind and my body feel today.

Eruption of anxieties, anger and fatigue shown on my behavior today. Something unavoidable. No matter how neatly you hide your feelings they still can come to the surface once in a while.

I’m glad that 3 kids were absent and the 13 kids in class didn’t give me any hard times today. Definitely don’t need additional burden to an already troubled mind and heart. However in between my restlessness came a good news that cheered me a bit when I knew that Clarissa won the 3rd place in coloring competition that our school participated last Thursday, April 21st. While Irene and Cleymens got 2nd & runner up place at the same competition but for different category.

Class activities can be seen in the photos. I’m sorry that I don’t write long because I really don’t have the mood to even make an entry today.

Teaching theme this week is about Nature (morning, afternoon, rain, rainbow, earthquake etc).

The kids wrote the letter a and colored the two kids on the picture.

Folded the paper into the shape of shirt, glued it on the drawing book, the boys then should draw shorts while the girls drew skirt and colored them. 

I’m so relief to be able to go home but part of me didn’t want to go home because when I was busy in school my mind didn’t think about dad’s hernia. Going back home means I’m faced with the things that we have to deal & go through.

I’ve been hit with so many trying times in my nearly 40 years of living on earth and only God knows what I’ve had on mind. What I always do in hardship is to limit my mind. Don’t want to think much. Just go through it. Get done with it. There’s always solution, help and way out or otherwise what is God for?

Hardship always ends in victory as God gives wayout. This hernia thing has been shadowing us for too long that it needs to be ended now.

Pancake

Ini masih lanjutan kejadian yang saya alami pada hari Kamis (21/4). Setelah pagi sibuk dengan acara lomba di kecamatan, siangnya saya mengalami kesibukan lainnya yang membuat hari ini menjadi sangat berwarna.

Tidak biasanya saya memasukkan hal-hal yang terjadi di luar sekolah ke dalam jurnal di blog ini karena saya memang mengkhususkan penulisan tentang pengalaman saya selama mengajar setiap hari di sekolah.

Di luar sekolah saya juga mengajar les. Tapi hanya pengalaman mengajar di sekolah yang saya buatkan jurnal untuk blog ini.

Tapi pengalaman saya dengan murid les yang satu ini terhitung unik sehingga saya ingin membuat jurnal khusus mengenainya dalam blog ini.

Nah, bagi mereka yang mengenal saya dalam kehidupan nyata atau yang rutin membaca blog ini pasti sudah mengetahui bahwa selain mengajar di TK, saya juga mengajar les membaca & les bahasa Inggris. Urusan mengajar les mau tidak mau saya lakukan untuk mencukupkan pendapatan karena kalau penghasilan yang saya terima dari TK sesuai dengan standard UMR maka pasti saya tidak akan terlalu tertarik untuk nyambi pekerjaan sampingan di luar jam sekolah.

Nah, Evans adalah lulusan TK di mana saya mengajar. Saya lupa tahun berapa. Tapi sekarang anak itu sudah kelas 4 SD. Mungkin dia lulusan tahun 2007. Saya sendiri bekerja sebagai guru di TK itu sejak tahun 2005. Jadi Evans sudah menjadi murid saya sejak dia masih TK.

Nah, 2 hari lalu (jadwal les bahasa Inggrisnya setiap Selasa-Kamis jam 4-5 sore) dia sudah ramai mencecar saya dengan pertanyaan tentang bagaimana membuat pancake. Kebetulan pelajarannya sampai di bab mengenai urusan dapur & makanan-minuman.

Karena melihat dia sangat ingin tahu tentang pancake itulah yang membuat saya sampai membongkar simpanan buku-buku resep nyokap & selesai pelajaran kami bersama-sama mencari resep pancake di buku-buku itu. Terpaksa harus mencari contekan dari buku karena sudah lama sekali saya tidak membuat pancake. Sudah lupa saya ukuran bahan-bahannya.

“Ayo bu, kita buat pancake” katanya begitu kami sudah menemukan resepnya “aku yang bawa telur, mentega, meses & terigunya. Ibu yang sediakan air, susu, garam & alat-alat masaknya ya”.

Saya sempat tertawa melihat antusiasmenya tapi mengangguk setuju saja dengan keinginannya untuk membuat pancake setelah les selesai hari ini.

Saya tidak menduga Evans betul-betul serius dengan keinginannya itu. Saya memang berjaga-jaga dengan membeli susu bubuk instant & susu kental manis coklat dalam sachet sepulang dari kecamatan siang tadi. Tapi tidak mengira Evans masih berpegang teguh untuk menjalankan rencana membuat pancake.

Begitu melihat dia mengeluarkan kantong plastik berisi bahan-bahan yang sudah disepakati akan dibawanya barulah saya tersadar betapa seriusnya anak ini. Terus terang saja, selama ini tidak pernah saya mendapati anak berusia 10 tahun yang serius ingin masak kue. Salut saya.
Getting the ingredients ready / Siapin bahan-bahannya dulu
Dulu pernah juga saya membuat kegiatan memasak dengan seorang murid les saya. Tapi ide & pelaksanaannya datang murni dari saya. Dia hanya mengikut saja. Kali ini beda. Idenya datang dari si murid. Jadi biarpun badan saya masih terasa babak belur karena capeknya belum hilang sepenuhnya di tambah karena pilek tapi semangat Evans segera menular pada diri saya.
Keke & Evans / Adding the melted butter in the flour - Masuk mentega leleh ke tepung
Beda benar rasanya memasak sesuatu dengan seseorang yang menunjukkan antusias demikian besar & kali ini saya setengah yang mengajarinya. Biasanya saya yang di ajari memasak oleh ayah saya. Hehe. Eh, jangan heran dulu. Di rumah saya yang jago masak bukan cewe-cewenya tapi justru cowonya. Asyik kan.

Sore ini pun Evans sempat mendapat sedikit bimbingan dari ayah saya tentang bagaimana cara menggoreng pancake.
My father gave Evans quick tip on how to fry the pancake / Bokap kasih tahu gimana caranya menggoreng pancake
This is how you scoop the pancake / Begini mengangkatnya dari wajan
“Evans punya bakat dalam bidang memasak” kata ayah saya.

Benar. Anak ini tidak kagok berada di dapur. Dia cepat mengerti pengarahan yang diberikan oleh kami & dalam waktu singkat berhasil mempraktekkannya. Mukanya berseri saat dia melihat hasil masakannya walaupun kakinya pegal karena harus berdiri lama, tangannya pegal karena harus memegang wajan & kepanasan pula.
Put some butter / Taruh sedikit mentega
Stir the dough / Aduk dulu
Put two & half spoons of the dough on the frying pan / Tuang 2 1/2 sendok adonan ke wajan
Spread it / Biar adonan melebar
Ready to flip it / Siap membalik pancake
I got it ok, didn't I? / Ok kan hasilnya
Senang hati saya melihat kebahagiaan, kepuasan & kebanggaan bersinar di muka Evans. Seluruh hasil pancake buatannya di bawa pulang setelah di beri isian susu kental manis coklat & taburan meses. Saya, doggie & ayah saya hanya mencicip sedikit. Ibu saya malah sama sekali tidak kebagian. Hehe. Tapi tidak apalah. Kami rela kok.
My mom showed Evans how to fold the stuffed pancake / Nyokap nunjukin cara melipat pancake yang sudah di isi
stuffed it with chocolote rice & chocolate milk
I can fold it / Aku bisa melipat pancake
“Ada 6 gulung” Evans menghitung tumpukan pancake dalam wadah styrofoam itu “cukup untuk semua” dia pun mengabsen anggota penghuni rumahnya mulai dari orang tuanya, 2 kakaknya sampai ke pembantunya. Hehe. Semua dapat pancake.

Lama setelah dia pulang, saya masih terkenang-kenang pada Evans & pancakenya. Alangkah menyenangkannya untuk mendapati bakat dalam diri seseorang, seperti juga tentunya menemukan bakat-bakat dalam diri sendiri.

Saya berlatar pendidikan sarjana muda manajemen perbankan tapi pengalaman kerja di bank hanya 3 bulan, selebihnya selama hampir 10 tahun saya malang melintang di dunia bisnis sebagai tenaga administrasi & sekretaris. Lalu 6 tahun ini menjadi guru TK & guru les.

Menyukai bahasa asing tapi tidak pernah menduga akan menghasilkan uang dari bakat & minat yang satu ini. Tidak terbayang saya akan mengajar les bahasa Inggris. Tapi begitulah kenyataan yang terjadi selama 6 tahun ini.

Senang mengarang tapi tidak pernah membayangkan akan menulis blog. Tapi itulah yang saya lakukan sejak September 2010.

Selalu bergairah setiap kali memegang kamera & memotret tapi baru sekitar sebulan ini saya menyadari bahwa saya punya bakat dalam bidang fotografi. Saya harap bakat yang satu ini bisa semakin berkembang & satu hari nanti mungkin bukan lagi menjadi sekedar bakat.

Hanya tinggal sebulan lagi & umur saya akan genap menjadi 40. Dalam 6 tahun terakhir ini ada hal-hal yang tadinya tidak saya duga ada dalam diri saya yang bermunculan ke permukaan. Hmm, masih ada lagi tidak ya teman-temannya yang lain yang sekarang ini masih tersembunyi di dalam diri saya & sedang menunggu giliran untuk satu persatu tergali keluar.

Tidak mengapalah menjadi orang yang serba terlambat berkembang karena di saat yang lain mulai menurun atau menjadi layu, saya justru sedang naik ke puncak & bersinar terang. Satu keuntungan besar bahwa hal itu terjadi saat saya berada di usia yang matang.
__________________________________________________________________

This is an extention on Thursday’s journal (April 21st). It is not what I usually do though to make journal about the things happened outside school. This blog meant to publish my journals on the things happen in school.

But I make an exception for this one because this afternoon’s pancake making with one of my tutoring student has left each of us a great deal of impression that I just wanted to record it both in pictures & in a special journal published on this blog.

Some of you who knows me in real life or have been reading my blog must have known that beside teaching in Kindergarten from Monday to Saturday at 8 am to 10.30 am, I also tutor English for the elementary kids. I tutor to make ends meet. If my income from teaching kindergarten is enough or at least as the same amount as it is settled by the government on the minimum regional wage of Rp.1.100.000, I’d definitely not keen on giving tutoring after school.

So Evans probably graduated from the kindergarten where I teach in 2007. I’ve worked there since 2005 so I’ve become his teacher since kindergarten. He is in 4th grade now.

2 days ago when he came to my house to have his English tutoring (his tutoring schedule is Tuesday & Thursday. 4 – 5 pm), he eagerly questioned me about how to make pancake. It’s just happen that his lesson in school is about the things in the kitchen & beverages.

He made me looked through my mom’s cook books to find pancake recipe because I haven’t made it in a long time so I’ve forgot the amount / measurement of each ingredient.

“Let’s make it then” he said after we looked through some pancakes recipe “I bring the butter, flour, eggs & chocolate rice. You provide the water, salt, milk & frying pan”

I laughed at that Tuesday’s afternoon upon seeing his enthusiasm but not until he took out a plastic bag contained of those things after we done with our tutoring today, did I realize that he was serious about the whole stuff. I’m glad I’ve bought 2 sachets of milk powder & a sachet of condensed chocolate milk on the way home from attending the competition at district office this morning.

I did have cooking experience with my tutoring student about 5-6 years ago but the idea came from me. The boy just followed through. This time it was different. It was Evan’s idea & though I was exhausted for not completely have a rest after got home from the district office & for still having flu but I soon found his enthusiasm & energy contagious.

It feels so different to cook with someone who shows interest & it’s so neat that this time I was the one who taught somebody how to cook when usually it works the other way when I’m the one who’s being taught how to cook by my dad. Oh yes, in my house the chef is my dad & not the ladies. Neat, isn’t it?

This afternoon Evans got a little quick direction from the chef about how to fry the pancake which he quickly understood.

“Evans has a talent for cooking” said my dad.

Indeed. He feel at ease in the kitchen & in just a short time he could fry the pancake himself. He enjoyed it though his feet were killing him for having to stand for nearly half hour infront of the stove, his hands stiff for having to hold the frying pan & it was hot from the heat of the stove. But despite all those stuff, his face beamed with happiness, proud & contentment when he could fry the pancake, he could flip it & each of the 8 pancakes came out in good shape.

He brought home 6 of them which he has stuffed with condensed chocolate milk & chocolate rice. He ate one. Dad, doggie & I shared the shredded first try out which didn’t come out good & there wasn’t one left for mom. But we all didn’t mind because we wanted him to bring his self cooked pancake, his first experience on making it, home so his parents, brother & sister including his maid could have a taste of it. Yes, Evans made everyone in his family could get a pancake.

Long after he has gone home I still think of him & his pancakes. It’s so wonderful to discover somebody’s talent. As fun as discovering my own, of course.

I’ve a degree in banking management but spent only 3 months working in a bank. The next 10 years were spent working in business field as administrator & secretary. There are also 6 years working as kindergarten teacher & tutoring teacher.

I’ve a passion for foreign languages but never thought someday I’d make money out of it. The fact that I’ve tutored English in the past 6 years.

Writing is another passion but never thought someday I’d become a blogger. Having a blog. Writing journals published in a blog. But that’s what have been happening since September 2010.

Taking pictures has become a hobby but in the past month did I realize that I’ve actually another passion for photography. A skill I hope to develop & improve in time & by practice.

I will turn 40 in a less than a month. Unexpected things have emerged in the past 6 years. Things that I didn’t expect to find in myself. But the journey is also about discovering myself & I’m glad it happens as I am riping. I think it benefits me to be a late boomer so when others have reached the peak & drying, I am still ascending to the top.

I wonder if there are still many of things hidden in me. Waiting in time to be discovered.

It’s been a long journey but it’s worth it.