Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, September 28, 2015

Mind Your Own Business

“Saya paling sebal kalau ketemu orang yang permintaan pertemanannya baru saya terima dan dia langsung nanya-nanya punya anak berapa, tinggalnya dimana, kerjanya dimana..”

“I just dislike it when somebody whom I just accepted his/her friend request and that person asked me questions such as how many kids do I have, where do I live, where do I work..”

Itu status seorang teman facebook saya.

That was my facebook friend’s status.

Saya kira masalahnya terletak pada pola pikir mayoritas orang Indonesia tentang keramahan. Bagaimana pun juga Indonesia di kenal dengan keramahan orang-orangnya.

I think the problem lies on most Indonesian’s mindset about hospitality. After all, Indonesia is well known for the people’s friendlieness.

Tambahan lagi orang Indonesia itu rasa kekeluargaannya sangat kuat jadi ya dikombinasikan dengan keramahan tadi membuat kalimat pembuka percakapan modelnya seperti ini “Anaknya sudah berapa? Sudah menikah? Tinggal dimana?”

Furthermore, Indonesian have strong family bond so combine it with their hospitality make most conversation opening line would be like this “How many children do you have? Are you married? Where do you live?”

Jarang ada yang berpikir bahwa orang yang ditanya belum tentu senang ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan demikian.

They rarely thinks such questions would make somebody feels annoyed.

Ini contoh dari pengalaman saya; ada seorang teman facebook yang setiap kali saya nge-like atau mengomentari statusnya, dia akan merespon dengan mengirimkan pesan ucapan terima kasih disertai dengan pertanyaan “Apa kabar? Kapan menikah?”

Here’s taken from my own experience; I have a facebook friend who, after I liked or commented his status, he responded by sent me a message to thank me but also added with these questions “How are you? When will you get married?”

Pertanyaan apa kabarnya sih masih masuk akal tapi pertanyaan yang selalu diulang ‘kapan nikah’ bikin saya lama-lama jadi heran dan kesal. Ngapain sih lu nanya-nanya? Urusan amat, emang apa hubungannya gue sudah nikah atau kagak sama elu?..

image: www.yq.co.nz

The how are you question is acceptable but the same question of ‘when will you get married’ finally made me wonder and also annoyed. Why keep asking me that question? Fuck off, it has nothing to do with you whether I am married or not.

Sekali saya pernah blak-blakan bilang ke dia kenapa selalu nanya begitu dan bahwa itu tidak ada urusannya dengan dia. Sesudahnya dia memang tidak lagi bertanya tapi kemudian terulang lagi. Jadi deh sejak itu saya tidak pernah lagi nge-like atau mengomentari status-statusnya.

I once told him bluntly why he kept asking that question and how it has nothing to do with him. He did stop asking after that but then it happened again. So, eversince then I stopped liking or commenting his statuses.

Sudah sukur saya tidak bertindak drastis dengan menendangnya keluar dari daftar teman saya dan memblokirnya tapi ya patut disayangkan bahwa gara-gara dia tidak bisa membedakan mana pertanyaan yang netral dan mana yang melanggar batas privasi orang lain, akhirnya dia saya masukkan dalam kategori teman yang saya cuekin.


It’s a good thing that I didn’t take drastic action by kicking him out of my friendlist but it’s such a shame that just because he can’t make a difference which question is neutral with ones that violating people’s privacy have made him ended up in my list of friend whom I ignore.

So, beberapa waktu lalu saya mengetahui bahwa ada orang yang di belakang punggung saya menyebarkan berita tentang hubungan saya dengan pacar saya.

Some time ago I found out that a guy has spread the news about my relationship with my boyfriend and he did this behind my back.

Hal ini betul-betul bikin saya jengkel dan tersinggung.

It really upset and offend me.

Yang bikin saya kesal dan tersinggung adalah karena dia mengambil kesimpulan tanpa mengkonfirmasi secara pribadi kepada saya atau kepada pacar saya. Dan dengan seenaknya dia menyebarkan berita itu kemana-mana.

The thing that upset and offend me is because he made a conclusion and spread this conclusion around without privately confirmed it to me or to my boyfriend.

Perlu diketahui dan tolong diingat bahwa tidak semua orang senang kalau hubungannya dijadikan headline kemana-mana. Ada orang-orang tertentu yang memilih untuk diam dan bertindak hati-hati ketika mereka baru memulai suatu hubungan.

Let it be known and please put into your consideration that not all people are please when their relationship is made as headline. Some people choose to be discreet when they just start a relationship.

Ada beberapa alasan kenapa saya memilih untuk tidak mempublikasikan hubungan saya dan pacar saya.

There are some reasons why I choose not to go public about my relationship with my boyfriend.

Pertama adalah karena orang tua saya tidak memberi dukungan ketika saya memberitahu mereka tentang pacar saya sehingga saya memutuskan untuk menyembunyikan hubungan kami. 

First is because my parents are not supportive when I told them about my boyfriend so I decided to be completely quiet about our relationship.

Kedua adalah karena proses saya putus dengan mantan pacar saya terhitung sulit. Dia menolak untuk menerima dan mengakui bahwa saya sudah minta putus dari dia.

Second is because it took quite a painful process to breakup with my former boyfriend. He refuses to accept and admit that I have asked for a breakup.

Selain itu saya tahu mantan pacar saya cemburuan dan posesif, sementara pacar saya orangnya tegas, keras dan bisa jadi emosional. Gawat kan kalau dua lelaki ini bertemu dan ribut gara-gara memperebutkan atau mempertahankan saya.

Besides, I know that my former boyfriend is somebody who gets jealous easily and a possessive too while my boyfriend is firm, tough and can get emotional. It is not good if these two men met and got into a quarrel about keeping me as a girlfriend.

Saya berharap waktu akan mendinginkan dan mendamaikan hati mantan pacar saya sehingga ketika pada akhirnya dia mengetahui tentang identitas pacar saya, dia sudah bisa menerimanya.

I was hoping time would cool and calm my former boyfriend’s heart so when he finally knows my boyfriend’s identity, he can accept it.

Ketiga adalah karena saya juga perlu waktu untuk menyelidiki isi hati saya. Sungguh-sungguhkah saya kali ini dalam menjalani suatu hubungan? Maukah saya menjalani komitmen? Seberapa besar dan dalam cinta saya untuk pacar saya? Sanggupkah saya menjadi pendampingnya seumur hidup? Maukah saya menanggung segala resiko dan konsekuensi dari pilihan saya? Bagaimana saya bisa menjadi pasangan yang dapat mengisi dan melengkapi untuk diri pacar saya dan menjadikan dia sebagai seorang yang dapat mengisi serta melengkapi diri saya sementara belum lama ini hati saya sempat ciut ketika melihat kepribadian kami demikian bertolakbelakang.

Third is because I also needed the time to search my own heart. Am I really serious about this relationship? Will I make the commitment? How big and deep is my love for my boyfriend? Will I able to be his lifetime partner? Am I willing to take all the risk and consequences of my choice? How can I be his completing partner and make him completes me while not too long ago I freaked out when I saw how contrast our personalities are.

Jadi ketika anda mengetahui atau mengendus adanya hubungan istimewa di antara orang yang anda kenal tapi mereka tidak bicara apa pun tentang hal itu, hormatilah diamnya mereka itu dan hargailah hal itu sebagai bagian dari privasi mereka.


So when you find out or sense there is some special relationship going on between the people whom you know but they say nothing about it, respect their silence and take it as part of their privacy.

Kalau mereka adalah orang-orang yang dekat dengan anda dan anda sangat gembira serta bersemangat karenanya, bicaralah secara pribadi pada mereka untuk meminta konfirmasi, untuk menyatakan kegembiraan serta dukungan anda dan juga coba cari kepastian apakah hubungan mereka boleh dipublikasikan atau mereka memilih untuk merahasiakannya.

If it involves the people who are close to you and you are so happy and excited about it, talk privately with them to get the confirmation, to let them know of your joy and support on their relationship and to make sure if it is okay with them to make it known publicly or they choose to keep it private.

Tidak selalu saya tersinggung atau kesal ketika orang melanggar privasi saya, apalagi kalau saya tahu hal itu dilakukannya tanpa sengaja, tanpa berniat untuk membuat saya jadi susah atau ketika dia menyadari perbuatannya telah menyakiti hati saya dan dia segera minta maaf.

It is not always offend or upset me when somebody violates my privacy, especially when I knew it was done unintentionally, not meant to bring any trouble for me or when the person apologized right away after he/she realized I was hurt.

Tapi karena tidak ada permintaan maaf dari orang itu, saya pun mengeraskan hati dan mengambil tindakan-tindakan yang tidak pernah saya sesali.

But since I never get any apologize from that guy, I have no remorse that I have done some things to make things even.

Nah, supaya jangan sampai hubungan kerja atau kekawanan dengan orang lain jadi tegang atau malah jadi rusak gara-gara melanggar privasi, ada hal-hal yang perlu diingat;

So to prevent work relationship or friendship become tense or ruined only because of violating one’s privacy, pay attention to these stuff;

ð  Ketok pintu sebelum masuk ke kamar seseorang dan tanya apa boleh masuk.

ð  Knock the door before you enter somebody’s room or ask if it is okay for you to enter it.

ð  Jangan sembarangan memindahkan, mengambil atau bahkan menyentuh barang yang ada di rumah atau kamar seseorang.

ð  Don’t just move, take or even touch something in somebody’s house or room.

ð  'Kapan menikah’ dan ‘Kapan punya anak’ masuk dalam teritori privasi yang peka.

ð  'When are you going to get married’ and ‘When are you going to have children’ are in sensitive area of privacy.

ð  Agama, orientasi seksual, kondisi fisik, penyakit juga harus dihormati sebagai bagian dari privasi seseorang.

ð  Keligion, sexual orientation, physical condition, illnesses have also be respected as parts of somebody’s privacy.

ð  Masa lalu atau problem seseorang.

ð  Somebody’s past or problem.

ð  Hubungan pribadi seseorang.

ð  Somebody’s personal relationship.

ð  Keluarga, perceraian, kehilangan anak atau tanggal/tahun lahir seseorang.

ð  Somebody’s family, divorce, lost of a child or birthdate.

Jangan sembarangan bertanya, berkomentar atau menasihati orang untuk hal-hal yang saya tuliskan di atas itu. Apalagi kalau kita tidak dekat dengan orang itu. Niat kita mungkin baik tapi orang lain bisa menganggap kita lancang mencampuri urusan orang.


Don’t ask questions, commenting or advising somebody on the above stuff. Especially if we are not close with that person. Perhaps well meant but it could be perceived as not knowing to mind one’s own business.

Setiap orang punya pengertian dan batasan yang berbeda mengenai privasi. Jadi lebih baik berhati-hati.

Each one of us has different understanding and limit about privacy. So it is better to be cautious about it.

Friday, September 18, 2015

5 Years, 62.325 Views, 658 Posts

18 September 2010 - 18 September 2015

Selamat ulang tahun, blog saya tersayang, www.kekeyohanes@blogspot.com


Happy birthday, my dearest blog, www.kekeyohanes@blogspot.com

Lima tahun.

Five years.

Lima tahun lalu saya mulai belajar membuat blog. Saya belajar membuat dan mendesain templatenya, dari yang bentuknya masih amat sangat sederhana sampai akhirnya jadi lumayan cantik seperti sekarang.

Five years ago I started learning how to make blog. I learned to make and design the template by myself, from the most simple one to the present not-too-bad appearance.

Selama lima tahun ini saya belajar untuk menulis dengan lebih terstruktur.

In these five years I learned to write structured writings.

Bagi saya mencari ide untuk dijadikan suatu tulisan bukan hal yang sulit. Hal-hal yang saya lihat atau yang saya alami dalam satu hari saja bisa memberikan sedikitnya sepuluh ide. Tapi saking banyaknya, justru jadi bikin pusing memilih mana yang mau saya jadikan tulisan.

For me it is not difficult to find the idea to be made into a writing.  The things I saw or experienced in one day can give at least ten ideas. But too much ideas give me headache when it comes to choose which one should I write.

Beberapa tahun lalu saya masih memakai cara manual yaitu dengan membuat catatan di kertas tapi sebetulnya saya tidak terlalu suka dengan cara itu.


Few years ago I worked manually by drafting it on paper but I actually never really like it.

Jadi saya menemukan cara lain; saya menuliskan draftnya dalam otak saya ketika saya berada dalam kendaraan saat pergi atau pulang kerja.

So I found another way; I write the draft on my brain when I am commuting to and from work.

Lalu membuat tulisan terstruktur itu juga perlu latihan.

It needs practice to make structured writing.

Awalnya saya menulis tentang suatu topik tapi kemudian alurnya bisa melompat-lompat ke topik lain sampai akhirnya saya sendiri bingung “Ke, elu sebetulnya mau nulis tentang apa sih? kok jadi ngelantur kemana-mana ni tulisan”.. ada beberapa post yang seperti itu dan sengaja tidak saya hapus untuk menjadi dokumentasi bagaimana proses saya belajar menjadi penulis.

At first I wrote about one specific topic but later I realized I have jumped into another topic that at the end it puzzled even myself “Keke, what are you trying to write? Where is this writing going to?”.. some posts bear witness to this and I keep them as they show my writing learning process.

Bakat saja tidak cukup. Latihan menyempurnakannya.

Talent is not enough. Practice makes it perfect.

Selama lima tahun juga saya melatih kemampuan berbahasa Inggris saya karena blog ini kan dua bahasa. Karena walau pun di sekolah dulu nilai pelajaran bahasa Inggris selalu yang paling tinggi dan dari tahun 2005 saya nyambi kerja sebagai guru les bahasa Inggris tapi kalau saya jarang menulis atau ngomong dalam bahasa itu, otak saya jadi lamban ketika disuruh untuk mencari kata atau menyusun suatu kalimat dalam bahasa Inggris.

For five years too I practice my English as this blog is bilingual. Because eventhough I had highest score in English and I tutor English since 2005 but if I don’t write or speak in that language regularly it makes my brain works slow when it has to find one English word or sentence.

Tujuan lain menulis blog dalam dua bahasa adalah supaya mereka yang bukan orang Indonesia bisa ikut membaca. Saya punya banyak teman orang asing, mantan-mantan pacar saya pun juga lebih banyak orang asing. Jadi jangankan blog, saya menulis status di facebook cuma dalam bahasa Indonesia pun sudah di protes sama mereka “Keke, kamu nulis status apa sih?” karena itu status di facebook pun harus saya tulis dalam dua bahasa.

Another reason to write bilingual blog is so foreigner can read it too. I have many foreigner as friends and my ex-boyfriends are mostly foreigner. So let alone the blog, they protested “Keke, what are you writing about?” when I wrote facebook status in Indonesian language and therefore I have to write bilingual facebook status.

Seorang teman saya pernah ‘menuduh’ saya memakai google translate.. widih, itu berarti saking canggihnya Inggris gue.. hehe.. tapi sori ye bray, semua bahasa Inggris dalam blog ini adalah hasil otak saya. Buka kamus cuma kalau sudah mentok. Dulu setiap kali mau membuat tulisan untuk blog ini, ada dua kamus yang saya pakai; Indonesia-Inggris dan kamus Merriam Webster jaman jebot warisan dari ibu saya. Tapi mungkin selama setahun terakhir ini saya membiasakan diri untuk tidak lagi memakai kamus.

A friend was once ‘accused’ me of using google translate.. wow, so my English must be so impressive, isn’t it?.. lol.. but sorry to disappoint you, dude, all English in this blog purely came from my brain. Dictionary is the last option. There were times when I had to have two dictionaries; Indonesian-English and the old Merriam Webster dictionary my mother inherited me. But for the past year I tried not to use dictionary anymore.

Saya menerima respon berbeda. Ada yang memuji ‘keberanian’ saya menulis blog dalam bahasa Inggris, ada yang mengatakan blog ini jadi unik tapi ada juga yang mengatakan saya sok Inggris, sok pamer, tidak mencintai bahasa sendiri.

I have got various responds. There are those who compliment my ‘nerve’ to write bilingual blog, others said it makes this blog unique but there are few who said I am snobbish, I am showing off, I don’t love my own language.

Yah, orang bebas berkomentar. Saya senang kalau ada yang memuji dan memberikan semangat. Saya tarik napas dalam-dalam dan menghitung sampai sepuluh kalau ada yang berkomentar miring *sabar.. sabar*..

Well, people can say what they want. I am happy to get their praise and support. I take deep breath and count to ten when I meet negative comments *take it easy, girl*..

Lima tahun.. setiap postingan menyimpan cerita.

Five years.. every post tells a story.

“Suatu hari nanti ada keturunan saya yang akan menulis banyak hal” baru kira-kira setahun lalu ayah saya membuka rahasia kata-kata almarhum ayahnya jauh sebelum saya lahir.


One day there shall be my descendant who is going to write many things” it was about a year ago when my father told me what his late father’s told him long before I was born.

Tidak seorang pun anggota dari keluarga orang tua saya yang menjadi penulis.

No member of my parents’s family ever become a writer.

Keluarga dari pihak ayah saya adalah pedagang, lebih suka mengurusi bisnis, mengejar uang. Setahu saya cuma beberapa dari sepupu saya yang kutu buku seperti saya.

The family from my father’s side is trader, they would rather do business, profit minded. Only few of my cousins are bookworm like myself.

Keluarga ibu saya tipe akademis. Mendiang ayah dari ibu saya adalah kepala sekolah. Mereka bukan pedagang atau pebisnis.

My mother’s family are the academic type. My mother’s late father was school headmaster. They are not trader or business people.

Tapi orang tua saya sama-sama kutubuku. Saya tumbuh dengan pemikiran bahwa buku lebih penting dari pada penampilan. Di rumah lemari dan meja lebih penuh sesak dengan buku dari pada dengan pakaian.

But both of my parents are bookworm. I grew up thinking books are more important than appearance. The cabinets and tables are stuffed more with books than clothes.

Entah karena senang membaca atau karena ibu saya mewariskan bakat sastranya (dia punya koleksi buku-buku berisi puisi tulisan dari berbagai sastrawan), jadilah saya mulai menulis begitu saya bisa membaca.


I don’t know is reading or is it my mother passes me her passion in literature (she has poetry books collection from various poets), I started writing right after I could read.

Saya menulis ketika saya gembira, saat saya sedih, marah, optimis, pesimis.. menulis menjadi semacam terapi, menjadi cara untuk menenangkan diri, kemudian menjadi waktu untuk diri sendiri dan menciptakan suatu tempat dimana saya bisa sepenuhnya menjadi diri sendiri, bebas dari keinginan, harapan atau tuntutan kehidupan serta manusia.

I write when I am happy, when I am sad, optimist, pessimist.. it becomes sort of therapy, a way to calm myself down, to have my ‘me time’ and creating a place where I can be completely myself, free of life’s and people’s wishes, expectation or demand.

Entah apa kata almarhum kakek saya kalau dia masih hidup dan mengetahui bahwa kata-katanya sekian puluh tahun lalu telah menjadi kenyataan.

I wonder what my late grandfather would say if he were still alive and knew the words he spoke many many years ago has come true.

Yang pasti, memiliki pasangan seorang penulis berarti harus bisa mengerti dan menerima kalau pasanganmu itu kelihatan seperti sedang bengong (besar kemungkinan dia sedang mendapatkan ide untuk di tulis), ketika dia duduk berjam-jam di depan komputer dan tidak ingin diganggu atau ketika kamu terbangun tengah malam dan mendapati pasanganmu belum tidur karena belum selesai menyusun tulisannya.


One thing for sure, having a writer as a partner means you have to understand and accept when he/she looks like having an absent mind (more likely he/she is just came up with an idea), when he/she sits infronts of the computer for hours or when you wake up in the middle of the night and find your partner still working on his/her writing.

Dalam pengalaman saya pacaran, belum pernah saya pacaran dengan sesama penulis.. jadi pacar saya yang dulu atau yang sekarang kadang mendapati diri saya aneh.

In my life I have never had a writer as a boyfriend so my exes or my present boyfriend sometimes found me sort of a weirdo.

Pacar saya menganggap saya terlalu banyak mikir. Kadang dia tidak sabar karena dia seorang yang praktis, cepat bertindak dan berpikir sementara saya mengambil waktu lebih lama untuk memberi kesempatan bagi otak saya untuk bisa mengerti suatu perkara atau sikon lalu menganalisa ini itu sebelum bisa menghasilkan suatu reaksi atau keputusan.

My boyfriend thinks I think too much. Sometimes he gets impatience because he is a practical person who thinks and takes action fast while I take longer time to give my brain a chance to understand the matter or situation better and analyse this and that before I can came up with a respond or decision.

Ketika dia menanyakan apa saya mencintainya, saya sulit menjawabnya karena saya memang tidak pandai bicara. Atau ketika kami sedang berdua, dia akan menatap saya dan bertanya apa yang sedang saya pikirkan? Dan lagi-lagi saya tidak bisa menjawab karena lidah saya tidak pandai merangkai kata.

When he asked do I love him, I found it hard to answer as I am not a good speaker. Or when we were together, he would ask what did I have on mind? Once again I couldn’t answer that because I am not good in speaking the words.

Sampai suatu hari dia membaca sebuah postingan saya di blog ini yang isinya kebetulan tentang apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang dirinya dan tentang kami. Dia amat sangat surprise! Dia begitu gembira, terharu dan bangga sampai dia langsung mengirimkan sms pada saya untuk menyatakannya.

Until one day he read a post in this blog which was about what I thought and felt about him and about us. He was so surprise! He was so happy, moved and proud that he texted me to let me know about it.

Saya bicara lebih baik lewat tulisan-tulisan saya.

                                                     lachicacenicero.blogspot.com
 I speak it better through my writings.


Wednesday, September 16, 2015

Between You and I

Kami tidak bertengkar.

We didn’t fight.

Kami sedang mengobrol ketika tiba-tiba percakapan kami masuk ke suatu topik tertentu.

We were having a conversation when it turned into one specific subject.

Topik yang saya benci. Topik yang saya harap tidak pernah kami percakapkan. Tapi di sisi lain percakapan itu membuat kami akhirnya lebih membuka mata kami pada perbedaan-perbedaan dalam kepribadian kami.

The subject that I hated. The subject that I wished would never got into our conversation but in other side that talk was an eye opener for us about the differences in our personality.

Selama dua hari yang ada dalam hati dan pikiran saya adalah marah, bingung, sedih dan frustrasi.

For two days all I had in my heart and mind were anger, confusion, sadness and frustration.

Permintaan maaf dan pernyataan bahwa dia masih menyayangi saya dan saya sangat berharga baginya tidak cukup untuk menentramkan hati karena saya naluri saya mengatakan saya perlu mencari akar permasalahannya dan menemukan jalan keluarnya.

Apology and his statement that he loves me and I am precious to him were not enough to ease my heart as my instinct told me that I needed to find the bottom of the problem and work on it.

Pembicaraan saya lewat whatsapp dengan seorang teman lama tanpa terduga membantu saya menemukan jawaban yang saya cari.

The talk I had through whatsapp messages with an old friend has unexpectedly given me the answer I was looking for.

Kepribadian kami berbeda.

We have different personalities.

Topik pembicaraan boleh berganti. Masalah bisa berbeda. Situasi dan kondisi juga berganti dan berbeda. Tapi reaksi saya dan dia pada dasarnya akan selalu sama karena hal itu ditentukan oleh tipe kepribadian kami masing-masing.

The topic of conversation may change. Problem maybe different. The situation and condition may also change and different. But each of us will have same reaction as it is determined by the types of our personality.

Membutuhkan waktu beberapa menit sebelum saya teringat pada sebuah buku yang dulu pernah sangat membantu saya untuk memahami murid-murid saya ketika saya bekerja sebagai guru TK.

It took few minutes to remind me to a book that was once help me to understand my students when I worked as kindergarten teacher.

Siapa duga buku itu akhirnya juga menolong saya untuk memahami tipe kepribadian saya dan pacar saya.

Who would guess the book came as a big help for me to understand the type of my personality and my boyfriend.

Choleric vs Phlegmatic

Orang bertipe kepribadian koleris adalah orang yang keras, tegas, penuh enerji, punya keyakinan diri yang kuat, pantang menyerah, penuh inisiatif, mandiri, berbakat menjadi pemimpin, cepat dalam bertindak dan berpikir tapi juga seorang yang sangat menuntut. Jabaran lengkapnya ada dalam daftar dibawah ini;


A choleris is a tough, firm, energetic, has strong self confidence, never giving up, full of initiative, has leadership skill, quick in taking action and in thinking but also a very demanding person. Detail can be seen in the above list.

Seperti itulah pacar saya.

That is how my boyfriend is.

Dan itulah hal-hal yang membuat saya mengagumi dan menjadi tertarik padanya.

And those are the things that make me admire and later became attracted to him.

Dari dulu saya mencari dan membutuhkan sosok laki-laki yang tegas, kokoh, bisa diandalkan, yang bisa melindungi, menjadi pemimpin dan bisa membimbing saya.

I have always seek and need a tough, firm, reliable man who can protect, lead and guide me.

Kehidupan telah membentuk saya menjadi seorang yang mandiri dan tegar tapi ada sisi-sisi dalam diri saya yang tetap tidak bisa hilang; saya terlalu sensitif dan itu membuat saya gampang parno, gampang stress, gampang depresi.

Life has formed me into an independent and strong person but there is one part in me that remains the same and that is me being too sensitive and it makes me get anxieties easily, also to fall easily into stress and depression.

Sepanjang hidup saya berjuang melawan sisi gelap dalam diri saya itu. Kadang saya menang tapi lebih sering saya kalah dan perjuangan untuk bangkit lagi membutuhkan waktu yang panjang serta proses yang sulit.

All of my life I am in battle with that dark side within me. Sometimes I win but mostly I lost the battle and the struggle to stand again takes a long time and difficult process.

Karena itu saya membutuhkan seorang yang jauh lebih tegar, tegas dan kuat dari saya tapi penuh dengan kasih, kelembutan, kesabaran dan pengertian.

That is why I need somebody who is tougher, firmer and stronger than me but has lot of love, gentleness, patience and understanding.

Saya bukan orang yang lemah tapi ketika saya sedang parno, saya membutuhkan seseorang yang mampu menarik saya keluar, yang memegangi saya kuat-kuat supaya saya jangan tenggelam dalam segala kecemasan, ketakutan dan kegelisahan serta menolong saya supaya saya bisa kembali berdiri tegak.

I am not a weak person but when I am having anxieties attack, I need somebody who can pull me out, who hold me tight so I won’t drown in my worries, fear and stress and helping me so I can stand again.

Saya menemukan potensi ini dalam diri pacar saya tapi karena dia belum sepenuhnya mengenal diri saya, tanpa dia sadari dan tanpa di sengaja hal-hal dalam dirinya yang seharusnya bisa menolong saya malah jadi memukul saya.

I found this in my partner but since he has not completely known me, the things in him that supposed to help me had unintentionally turned against me.

Nah, berbeda dengan Koleris, orang dengan tipe kepribadian Phlegmatis adalah orang yang tidak mendesak, tidak suka memerintah, pemalu, tidak mau menonjolkan diri, tidak suka dengan konflik serta pertentangan, yang lebih senang memberikan dukungan, melayani, mengalah, tertutup, ingin menyenangkan orang lain, sulit mengatakan tidak, tidak menuntut, sabar, rendah hati, punya rasa simpati dan empati yang besar untuk orang lain.


So, far different with Choleric, Phlegmatic is somebody who is not pushy, not bossy, shy, stay out of the spotlight, dislike conflict and disagreement, supportive, caregiver, give in, reserved, wants to please other people, hard to say no, not demanding, patient, low profile, has big sympathy and empathy for others.

Seperti itulah saya.

That is me.

Kelihatanlah bagaimana kontrasnya perbedaan pribadi kami berdua.

It clearly shows the contrast in our personality.

Sebetulnya hal itu tidak jadi masalah. Kami bisa menempatkan diri dengan baik.

It is actually not become a problem. We can get along well.

Masalah timbul ketika dia menuntut saya untuk menjadi seperti yang dia inginkan, untuk mengikuti kemauan dan caranya tanpa mengukur atau menyadari bahwa saya bukanlah dirinya. Apa yang tepat untuk dirinya belum tentu tepat untuk diri saya, apa yang terbukti berhasil ketika diterapkan pada dirinya belum tentu memberikan hasil yang sama ketika hal itu dipraktekkan kepada saya.

It became a problem when he demanded me to be what he wanted, to follow his will and his ways without measuring it or realized that I am not him. What is right for him doesn’t make it right for me as well, what works for him doesn’t mean will do the same when it is applied on me.

Saya tahu apa niatnya baik, dia tidak ingin menyusahkan saya, dia malah ingin menolong saya dan saya mengakui hal-hal yang dikatakannya adalah benar tapi caranya tidak tepat dan tidak cocok untuk diterapkan pada orang dengan tipe pribadi seperti saya.

I knew he meant well, he didn’t mean to give me trouble, instead, he wanted to help me and I admit the things he said were right but his way was improper and surely unfitted to be applied to someone with my kind of personality.

Disinilah timbul konflik karena saya merasa dipojokkan, saya merasa dia tidak bisa mengerti saya dan tidak menerima diri saya apa adanya.

This is when conflict aroused because I felt cornered, I felt he didn’t understand me and unwilling to accept me the way I am.

Akibatnya dua hari saya stress memikirkan bagaimana cara mengatasi gejolak emosi saya dan bagaimana mengatasi masalah ini.

As the result I spent two days having stress thinking how to calm myself down and to find solution for this problem.

Dalam kekacauan pikiran dan ketidakstabilan emosi, saya sempat mengatakan saya tidak mau meneruskan hubungan kami.

In a complete mess and unstable emotion and mind, I told him I didn’t want to continue our relationship.

Bukan karena saya benar-benar ingin putus.

I didn’t really want to break up with him.

Hal itu lebih dikarenakan saya merasa tidak tahu bagaimana harus menghadapi pasangan saya kalau sekiranya di kemudian hari kami menghadapi suatu perkara dan dia kembali memberikan reaksi yang sama, apa lalu saya harus kembali menjadi marah, bingung, sakit hati dan sedih? Apa diam selama dua hari atau permintaan maaf akan membuat segalanya kembali menjadi baik?

It was mostly because I didn’t know how to deal with my partner if something shall come up in the future and he gives same reaction, would it anger, confuse, offended and sad again? Would two days in silence or apology suppose to make everything okay again?

Saya tidak mau meneruskan hubungan kami kalau saya tidak menemukan cara yang bisa saya pakai kalau di kemudian hari saya kembali harus berhadapan dengan sifat penuntutnya.

I didn’t want to continue our relationship if I didn’t find something that I can use when I bump into his demanding character in the future.

Syukurlah saya menemukan caranya. Komunikasi.

Good thing I found the best way to handle it. Communication.

Saya bersyukur juga pasangan saya memiliki kemampuan untuk mau mengakui dan menerima input, kritikan dan saran, mau mengakui kesalahannya dan mau mengubah dirinya. Saya amat menghargainya.

I am grateful that my partner has the ability to admit and accept input, critic and suggestion, willing to admit his fault and willing to change. I really appreciate it.

Di antara kami berdua ada dua kepribadian yang amat berbeda tapi kami belajar untuk saling mengenal satu dengan lainnya supaya kepribadian itu bisa saling mengisi dan melengkapi.

There are two different personalities between us but we learn to know each other so those personalities can complete each other.

Monday, September 14, 2015

Never Let You Go

Beberapa minggu lalu teman saya bercerita tentang masalah yang dihadapinya dengan suaminya yang membuat selama seminggu dia tidak mau kembali ke rumah mereka.

Few weeks ago my friend told me about the problem she had with her husband that has made her left their house for a week.

“Untung kita damai-damai saja ya selama ini” saya ingat saya mengucapkan ini pada pacar saya ketika kami membicarakan mereka.

“Good thing that we are doing okay all this time” I remember I said that to my boyfriend when we talked about them.

Terlalu cepat rupanya saya ngomong begitu karena beberapa hari kemudian badai pertama datang.


Obviously it was too premature for me to say it because few days after that the first storm hit us.

Kurang dari sebulan kemudian datang badai kedua. Lebih besar dari yang pertama.

Less than a month later the second storm struck. It was bigger than the first one.

Karena kalau badai yang pertama bikin saya mendiamkan dia selama kira-kira 8 jam, yang kedua ini baru reda 48 jam kemudian. Komunikasi tetap ada tapi secara tertulis. Selama itu hanya sekali kami bicara di telpon dan itu karena urusan pekerjaan.

The first storm got me into silent mode for about 8 hours, the second one ceased 48 hours later. There was communication but it was non verbal. We talked just once, it was on the phone and it was about work.

Waduh, pikir saya, ini badai kok datang justru setelah saya mengeluarkan perkataan ‘untung ya kita damai-damai saja ya selama ini’.. kalau tahu bakal jadi begini, saya tidak akan ngomong gitu deh.. *pusing*

Geez, I thought to myself, these storms came after I said “Good thing that we are doing okay all this time”.. if only I knew it would be like this, I wouldn’t say those word.. *dizzy*

Pakabar lo? Gue liat di fb, lo lagi jungkir balik..

How are you doing? I saw your facebook , you’re in a mess..

Pesan whatsapp itu saya terima dari teman lama saya, Henny, di hari ketika emosi saya sedang berada di puncak.

That whatsapp message was sent by my old friend, Henny, on the day when my emotion reached its peak.

Henny dan saya sudah kenal dari tahun 1998 ketika kami kerja sekantor. Komunikasi kami putus sambung setelah saya keluar dari kantor itu tahun 2001 dan beberapa tahun kemudian dia menikah lalu pindah ke Amerika. Komunikasi kami baru benar-benar terjalin lagi mulai bulan Oktober tahun lalu.

Henny and I have known each other since 1998 when we worked in the same office. Our communication was on and off after I resigned in 2001 and she got married and moved to America few years after that. Last year the line of communication was open once again, in October.

Kenape lo? Lo baek-baek aja?

What’s wrong with you? Are you ok?

Saya menceritakan garis besarnya saja apa yang terjadi antara saya dan pacar saya.

I just told her the general picture of what have happened between me and my boyfriend.

Semua pasangan beda karakter n kepribadian, kalo sama mah anak kembar dong.

Every couple has different characters and personality, if everything is same then it would make them twins.

Saya tersenyum membaca responnya.. khas Henny; cuek, spontan dan selalu kedengaran lucu sekalipun dia tidak sedang bercanda.

I smiled when I read her reply.. that’s Henny; easy going, spontaneous and with the sting sense of humor without her trying to be funny.

Klu kagak ada slek dikit-dikit n konslet, ga normal tu, apalagi lo orang kan baru jadian.

It wouldn’t be normal if you have no quarrel, especially this is new for .

Perlu waktu sebelon ahirnya 2 orang bisa terima satu sama lainnya.

It takes time, gradually and eventually before 2 people can accept one another.

Saya kembali tersenyum karena teringat pada masa lalu kami. Kalau sudah hari Jumat, kami dan beberapa teman sekantor nongkrong di cafe, minum, dansa.. pulang subuh buat mandi, ganti baju dan balik lagi ke kantor kalau hari Sabtu kami kebagian jadwal kerja. Pada masa-masa itu kebijaksanaan jauh dari otak kami.

It made me smile again when I remember our past. We and some of our colleagues from work went to cafes on Friday, we drunk, danced.. got back at dawn only to shower, changed clothes and got back to the office if we had work shift on Saturday. That was the time when wisdom had no place in our brain.

Makanya sabarlah..

So lightened up..

Lo pikir kayak gue n laki gue adem ayem aja..

You think things stay just cool between me and my hubby..

Bukan berarti tiap habis berantem, putus, bisa berapa kali kawin cerai gue kalo kayak gitu.

It is not like that everytime we fought, we ended up broke up, how many times would you think I would get a divorce if that were the case.

Nah, kali itu saya benar-benar tertawa sendiri membaca komentarnya. Henny yang beberapa tahun lebih muda dari saya, yang lebih sinting dari saya ketika kami masih sama-sama muda dulu, teman saya keluyuran dan beberapa kali kami berdua bergantian saling menjaga dan merawat ketika yang satu sedang pingsan karena mabok.. coba lihat tuh, sekarang dia sedang menasehati saya.. hehe..


There, I just couldn’t help myself not to laugh when I read her message. Henny who is few years younger than me, who was crazier than me when we were young, my hang out buddy and how we took turn looking after one another when one of us passed out for having too much drink.. now look at her, she was giving her advice to me.. lol..

Konsletnya jangan sering dong.

Don’t get mad often, y’know.

Apalagi kalo ntar sudah merit.

Especially when you’re married.

Harus ada komunikasi, kalo laki gue bilang, ngobrol panjang.

Should have communication, my hubby called it long talk.

Sifat lo mesti bisa jalan sama sifat doi lo.

Your characters should go along with your boyfriend’s characters.

Kalo ga kuat, bisa kayak dodol nanti rumah tangga lo.

If it’s not strong, your marriage won’t be solid.

Henny bertemu dengan suaminya ketika kami masih kerja di kantor itu. Setahun pacaran, menikah dan dibawa pindah oleh suaminya, yang orang Indonesia juga tapi sudah lama tinggal di Amerika, ke negeri itu, mereka punya satu anak. Mereka sudah menikah selama hampir 11 tahun.


Henny met her husband when we were working in that office. After a year of courtship, they got married and her husband, who is an Indonesian but has spent many years in America, brought her to that country, they have one daughter. They have been married for 11 years.

Makanya jangan cepet mutusin bubar, kan lo orang masih proses adaptasi.

So don’t say it’s over too fast, you two are still adapting with each other.

Sudah dua hari hati dan pikiran saya berantakan. Dua hari kurang tidur. Dua hari muncul di kantor dengan mata bengkak karena kebanyakan menangis. Dua hari gelisah. Dua hari tersiksa batin.

It has been two days that my heart and my mind were in a mess. Two days of having lack of sleep. Two days came to office with swollen eyes for crying too much. Two days of having anxieties. Two days of having restless soul.

Saya membutuhkan nasihat. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya terlalu kacau untuk dapat berpikir dengan akal waras saya.

I needed advice. I didn’t know what to do. I was too messed up to think with my common sense.

Umur dan pengalaman mendewasakan serta merubah saya dan Henny. Kegilaan masa muda sudah tinggal kenangan. Tapi Henny memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan saya. Dia seorang istri dan ibu, tinggal di negeri yang bukan negerinya. Tanpa berkesan menekan atau menggurui, dia bicara dari pengalamannya.

Age and experience have matured and changed Henny and I. The youth madness has become nothing but a memory. But she has things that I don’t have. She is a wife and a mother, living in a foreign country. She talks out of her experience without giving pressure or pretend to know it all.

Yang dikatakan Henny benar. Saya dan pacar saya masih dalam taraf saling mengenali, kami harus belajar untuk bisa saling menerima dan memahami satu dengan lainnya.

Henny is right. My boyfriend and I have to learn to know, to accept and understand each other. 

Saya terbiasa dengan hubungan jarak jauh selama 8 tahun dengan Andre. Kami jarang bertengkar karena jarang ketemu. Selain itu, Andre yang jauh lebih tua dari saya punya sifat lebih tenang, lembut dan mengalah ke saya. Dia juga punya pengalaman hidup bersama dengan mantan pacarnya selama 10 tahun sehingga wajarlah kalau dia lebih tahu bagaimana caranya menghadapi perempuan.

I have been used with my eight years long distance relationship with Andre. We had less fights because we didn’t meet often. Besides, Andre who is older than me has a calmer character, gentle and was a giver to me. He also had the experience living with his former girlfriend for 10 years so it is understandably he knows how to handle a woman.

Tapi kami putus dan saya memulai hubungan baru dengan orang lain.

But we broke up and I start seeing someone else.

Dan segala sesuatunya dengan hubungan saya yang sebelumnya.

And everything is different with my previous relationship.

Kalau saya dan pacar saya saling mencintai dan tidak ingin saling melepaskan, berarti kami harus mencari cara untuk mengatasi segala perbedaan di antara kami.

If my boyfriend and I love each other and won’t let go, then we have to make it work, to find way so our differences won’t break us.

Komunikasi, kesabaran, kelemahlembutan, rasa saling percaya dan kasih menjadi poin-poin penting untuk mempertahankan suatu hubungan.

Communication, patience, gentleness, trust and love are essential points to maintain a relation.