Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, February 5, 2011

Kue Keranjang / Chinese Cake


Wah, pagi-pagi dapat kue keranjang dari mamanya Ferent (Ferent, yang suka saya panggil ‘Fey’ itu anak Playgroup (PG) yang tinggalnya bertetangga sama Justin).

Siangnya dapat satu kue keranjang lagi dari tantenya Kelvin. Wow, makasih banyak ya. Saya kegirangan sementara Evelyn kebingungan. Tidak tahu bagaimana harus mengolah kue itu.

Ya, di makan begitu saja juga bisa, kata saya ke dia, bisa di goreng dengan tepung kayak pisang goreng atau yang paling saya suka kalau di makan dengan parutan kelapa. Mm, itu yang paling top markotop.

Selasa (1 Februari) ini ada beberapa anak TK A yang sudah minta ijin tidak masuk ke saya karena mau merayakan Imlek. Jadi bikin ngiri deh.

Dulu waktu almarhum nenek saya dari pihak bokap masih hidup, beliau yang selalu setia merayakan Imlek padahal beliau 100% melayu asli Sunda. Almarhum suaminya yang 100% Cina. Tapi bahkan setelah pisah dari almarhum suaminya, nenek saya tetap memelihara kebiasaan merayakan Imlek sampai beliau meninggal 9 tahun yang lalu.

Ayah saya walaupun besar dalam 2 budaya; Cina & Sunda, tidak terlalu fanatik dengan kebiasaan tata adat kecinaannya. Apalagi setelah menikah dengan ibu saya yang 100% melayu asli Manado membuat bokap semakin tidak terlalu terikat dengan kebudayaan nenek moyang dari pihak ayahnya. Selain itu kami juga sudah menganut agama Kristen sehingga tidak mungkinlah kami beribadah sebagai orang Kristen tapi masih juga mempercayai kepercayaan nenek moyang yang tidak sejalan dengan iman kekristenan.

Dalam bersosialisasi kita bertemu dengan berbagai macam manusia yang memiliki latar belakang berbeda. Saya menganggap hal ini memperkaya & mewarnai kehidupan.

Sekolah kami adalah contoh nyata dari berbagai macam manusia. Campur. Persis gado-gado. Segala macam suku dan keturunan ada. Dan setidaknya ada 3 agama; Kristen, Katholik & Budha. Bahkan dulu pernah ada murid kami yang beragama Islam.

Kalaupun ada gesekan atau konflik yang terjadi, itu tidak pernah dikarenakan oleh perbedaan kesukuan, keyakinan atau keturunan. Konflik anak-anak terjadi oleh karena sebab-sebab yang sama dengan yang di alami anak-anak pada umumnya di mana saja. Sementara konflik pada orang dewasa lebih dikarenakan alasan-alasan pribadi atau karena perbedaan pada sifat & pembawaannya.

Selama hampir 6 tahun saya bekerja di taman kanak-kanak (TK) ini saya selalu mengaitkan sekolah ini dengan kekristenan. Orang yang hendak mencari sekolah kami pun umumnya menyebut ‘TK Kristen’. Hingga saya lumayan kaget juga waktu mendengar cerita ayah saya bahwa pada waktu dia pertama kali hendak menemui saya di sekolah, bokap yang belum pernah ke sekolah memutuskan untuk naik becak. Nah, pada tukang becak disebutkannyalah nama TK tempat saya bekerja ini & tukang becaknya dengan santai berkata ‘oh, sekolahan cina ya, pak’. Mmm, rasanya dari tahun ke tahun perbandingan murid keturunan Cina dengan yang melayu sama saja tuh. Bahkan tidak jarang jumlah mereka lebih sedikit. Tapi ya selama itu tidak mengganggu siapa pun maka hiduplah dalam damai satu dengan lainnya.
_________________________________________________________________

Wow, Ferent’s mom gave me Chinese cake this Tuesday (February 1st) morning. Ferent is a student in Playgroup class (Ferent whom I nicknamed ‘Fey’ is Justin’s neighbor. FYI, Justin is a kid in my class).

Got another Chinese cake from Kelvin’s aunt. Thanks a lot guys! I was so happy to get those cakes while Evelyn got headache thinking what would she do with them.

You can eat it plain or you can have it fried with flour, egg, water & salt dough, I told her, but my favourite is it’s served with steamed scrapped coconut. Mmm, yum yum yummy!

Chinese cake is a medium size round brown sticky cake that only appears during Chinese New Year & it’s the feast coming in 2 days. I’m so sorry I don’t have any photo or picture of it so I can’t upload it here. & I don’t know if in other countries they have it in exactly the same appearance or taste as they have it here.

Some kids in my class have also asking for permission not to attend school in Friday & Saturday because they will celebrate Chinese new year. Oh, I’m so envy that.

When my late grandmother (my dad’s mom) was alive she was the one who faithfully preserved her former late husband’s Chinese culture & tradition even after they separated. She kept preserving that tradition until she died about 9 years ago. Funny thing is she wasn’t even Chinese. She’s 100% Indonesian. It was her late husband who was the Chinese.

My dad who brought up in 2 cultures; Indonesian & Chinese no longer keen to preserve his ancestor’s Chinese tradition & culture after he married my mom who is 100% Indonesian & also because we’ve become Christians. We can’t combine Christianity faith with ancestor’s beliefs. They just don’t go a long.

We meet so many people with different backgrounds everyday. We mingle with them. We can’t live without them. So I think it’s enriching our lives. It’s wonderful to have such colorful live.

The kindergarten where I’ve worked for nearly 6 years is one set of example of living in diversity because our students come from different ethnic groups & some are Christians, the others are catholic & there are also Buddhist among them. Few years ago we even had a Moslem student.

The conflicts never involved ethnicity or belief. It’s always regular conflict that kids usually have among themselves while the adult’s conflict is more because of characters.

I prefer to refer this school as a ‘Christian School’ & people who try to locate us generally refer it too. So I was quite surprise to hear my dad’s story when he came to visit me in school for the first time. He didn’t know where it was so he took pedicab. He named the school’s name to the pedicab driver whom casually said ‘oh, the Chinese school’. Mmm, I think year after year our Chinese students are nearly balance with the number of our indigenous students. Sometimes even less. But well, as long as it’s not bothered nobody then live in peace with one another.

No comments:

Post a Comment