Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, April 21, 2011

Manusia / Man


“Ayo berdiri dengan satu kaki” kata saya pada anak-anak setelah kami selesai ibadah pada hari Sabtu ini (16/4) “Jangan berpegang pada teman dong. Kan kita lagi belajar menjaga keseimbangan”
Dan kegiatan awal ini berkembang menjadi menirukan pesawat terbang. Berputar-putarlah kami. Lalu menunduk seakan terbang rendah. Berjinjit saat menirukan terbang tinggi. Satu kegiatan bisa mencakup beberapa indikator.

Di kegiatan inti anak-anak menarik garis untuk menghubungkan benda dengan bayangannya. Wah, ternyata ada yang tidak tahu harus diapakan karena setelah menulis tanggal langsung buku paket itu diberikan kepada saya.
Lha, gimana ini kok belum dikerjakan? tanya saya antara geli, bingung & kesal. Nah, yang begini ini yang bisa bikin bu guru jadi bertanduk. Hehe. Ya habis, tadi waktu diterangkan lagi ngapain kok jadi bisa tidak tahu bagaimana mengerjakan tugas.

Lalu anak-anak mewarnai tiga ekor zebra.
Hari ini ada acara makan bersama. Tapi karena terlalu gerabak gerubuk akhirnya saya tidak bisa memotret mereka sedang makan bersama. Yaaaa…

Menunya nasi & sop dengan wortel, kentang, baso & sosis. Yang terpenting adalah.. kuahnya banyak. Maklum, ini makanan untuk anak-anak. Kalau terlalu kering kasihan mereka kan. Nah, masih ada kerupuk & jeruk.Hmm. Asyik.Bikin lapar.

“Tidak bawa nasi, bu” kata Justin. Eh, gimana sih? Kemarin tidak kasih tahu mama kalau hari ini ada makan bersama di sekolah? Saya sedikit spanning jadinya. Ya, sudah. Tunggu dulu di situ. Nanti ibu guru ambilkan nasi.

Tahukah apa yang kemudian terjadi, saudara-saudara? Setelah selesai makan baru ketahuan kalau ternyata di tas Justin ada tempat makan yang berisi nasi! Buset dah ni anak! Ngerjain bu guru kalau begini ceritanya.

“Pin, anak lu baru ngomong bawa nasi setelah habis nasi dari sekolah” setengah bercanda, setengah menggerutu saya ‘mengadu’ ke mamanya Justin.

“Eh, gimana sih, Tin” emaknya ikut heran campur geli & kesal “kan tadi sudah di kasih tahu nasinya ada di dalam tas”

& bagaimana reaksi Justin? Tenang saja seakan tanpa dosa sama sekali. Haduh! Duh! Tidak tahu atau pura-pura tidak tahu nih kalau tanduk di kepala ibu guru & emaknya mulai nongol. Hehe.

Salah saya juga sih karena percaya saja pada omongannya.Harusnya saya periksa tasnya.Tapi yah, itu membuktikan bahwa kita tidak bisa mempercayai seluruh omongan anak-anak.

Nah, hari Sabtu selalu lebih ramai dari hari-hari lainnya karena umumnya orang tua murid bisa datang ke sekolah untuk menjemput anaknya. & dari sekian banyak muka yang saya lihat ada satu yang tidak terduga yaitu mamanya Stevany yang duduk di antara emak-emak anak murid TK A. Sedang asyik mengobrol. Bergegas saya menghampirinya. Apa kabar, bu? sapa saya. Kira-kira sebulan mungkin dia tidak muncul di sekolah setelah melahirkan. Wah, senangnya bisa ketemu lagi. 

Saya kira saya bisa bersantai di kelas setelah anak-anak pulang. Tapi saya diberitahu teteh & wali kelas TK B bahwa ibadah serta les musik yang biasanya diadakan jam 2 siang hari ini dimajukan ke jam 11!

Terbirit-biritlah teteh, saya & wali kelas TK B merapikan & membersihkan kelas. Ya, itu juga ala kadarnya saja. Tapi bukan hal itu yang membuat kesal saya.

Yang menjadi ‘duri’ di mata saya hari ini adalah sikap orang-orang dari gereja yang datang. Mereka menyelenggarakan ibadah untuk emak-emak & juga memberikan les musik & bahasa Inggris gratis pada anak-anak. Saya tidak menentang kegiatannya karena menurut saya itu baik sekali. Yang menjengkelkan hati saya adalah kegiatan les mengambil tempat di kelas saya & hari ini untuk pertama kalinya saya bertemu dengan mereka yang menjadi pengajarnya.

Nah, kebetulan saya sedang berada di toilet saat mereka datang. Jadi sewaktu saya kembali ke kelas, mereka sudah berada di dalam. Tapi tidak ada seorang pun yang menegur saya. Cuma melirik saja saat saya masuk. Tapi tidak ada yang bersuara. Tidak ada yang mengangguk / tersenyum.

Gilanya adalah ada 2 orang ibu (yang lebih tua dalam umur) yang selalu datang & sudah mengenal saya tapi kalau tidak saya yang lebih dulu menegur, mereka diam saja. Duduk seperti melekat di atas kursi.

Bukannya saya gila hormat tapi coy, mereka masuk ke ‘kandang’ saya! Sebegitu susahnyakah untuk berbasa-basi kepada ‘yang empunya rumah’?.

Saya pikir tanpa saya harus memperkenalkan diri pun mereka harus sudah bisa menduga siapa saya karena setidaknya ada lima kali saya keluar masuk ruang kelas itu untuk membawa buku anak-anak, tas, payung, menukar sandal dengan sepatu & beberapa barang lainnya. Kalau bukan guru dari kelas yang mereka pakai itu, siapa dong yang bisa sebebasnya keluar masuk membawa berbagai properti itu??

Sudah begitu saat saya masuk ke kelas TK B untuk mengembalikan buku-buku bahasa Inggris anak TK B, kaget betul saya karena di lantai tergeletak supir yang mengemudikan mobil gereja yang mengantarkan orang-orang itu. Sedang apa dia di lantai? Tidur!


Wah, pikir saya, luar biasa betul orang-orang ini.Jadi serasa saya yang tamu di sekolah ini & mereka yang jadi pemilik sekolah. Ck ck ck ck…

Saya jadi ingat pengalaman saya sewaktu pertama kali menghadiri sekolah minggu di gereja. Saat itu saya tidak tahu siapa ‘tuan rumahnya’ jadi sejak dari awal memunculkan diri di ruangan tempat ibadah sekolah minggu dilangsungkan, saya sudah ber-SKSD (Sok Kenal, Sok Dekat) dengan cara ber-selamat pagi, ber-hai-hai & halo-halo sampai meminta ijin ‘boleh ya ikutan hadir di sini’. Saya tidak menunggu di tegur / di sapa lebih dulu oleh yang ‘punya kandang’. Sekalipun agak kagok karena masuk ke tempat yang masih terasa asing tapi saya memaksakan diri untuk beramah tamah karena toh itu untuk kepentingan saya juga.


Yah, manusia… berbagai macam bentuk & modelnya.Kalau sudah seperti ini yang saya lihat adalah individunya. Bukan apa yang diwakilinya.

Karena entah kita adalah tukang batu atau presiden, seorang anak atau orang tua, anak muda atau lansia, cepat atau lambat aslinya diri kita sebagai manusia akan terlihat.

Ini bukan mengenai profesi, status, gelar, busana, etnis, bahkan juga bukan mengenai keyakinan kita tapi yang terlihat adalah bagaimana diri kita sebagai manusia.
_________________________________________________________________

 Standing on one foot has became our first activity this morning (Sat, April 16th). Trying to keep balance without hold on to friends. This moved to us pretending as a flying aeroplane. We tiptoed when flew up high & we bowed low when we flew down.

After that I asked the kids to draw lines when they match a drawing to its shadow. It turned out that some kids didn’t know how to do it because they handed me their books after they wrote the date. Making me puzzled seeing it undone. It could make all the horn on my head stick out high because I’ve given them instructions on how to do the task I’m giving them so howcome they didn’t do anything? Didn’t you listen to me when I explained how to do this task? Geez…

Colored the zebra became their last task.

We had once a month meal time today. The menu is rice with soup that contains of chicken, sausage, meatballs, carrot, potato & stringbean. There are chips made of flour & fish that is fried. The fruit is orange. Hmm. Looks yummy. Making me feel hungry.

“Justin, where is your lunch box?” I asked the boy who just sat & stared at his friends who already eating their meal. He said he didn’t bring his rice as I’ve told them to bring to school yesterday “didn’t you tell your mom about it?”. He shook his head.

It was just after he finished his meal that he showed me his lunch box which contained some rice in it! Justin! Arrrrgggghhh! But my mistake is I trusted what he said & didn’t look into his bag. Kids will be kids. It proves that you can’t 100% rely on whatever they are telling you.

Saturday has always more crowded with parents picking up their kids. But I saw one particular face that I haven’t seen in probably a month. It was Stevany’s mother. It was good to see her. She has been absent from school after gave birth to her second daughter.

Now, I thought I could relax after school. But I was informed that the people from the church who usually come every Saturday at 2 pm would come at 11 am today.

It made me, the cleaning lady & B class teacher frantically cleaned our classes. Not entirely because there wasn’t enough time to do it properly.

But it wasn’t what upset me. What became a ‘thorn’ to me is the way they behaved.

I was in the toilet when they came so when I returned to my class they were already inside the room. To my surprise is nobody greeted me. No hi. No hello. Not even a wave if talking was too hard to do. Perhaps all of those 4 people in my classroom were having toothache because no one made a sound. They saw me walked in & took my things out but I saw they just stole a quick glance at me.

The senior ladies among them who already knew me surprisingly didn’t say a thing to me if it wasn’t me who greeted them first.

I don’t mean to picture myself as a person who seeks for respect but man, they entered my ‘habitat’. They were in my domain! How hard could it be to, for the sake of good manner, say a simple hi to me?!

Later on I went to B classroom to return the B class kids’ English books. I was surprise to find the driver who drove those people, laid on the floor. Sleeping.

Whoa!, I thought to myself, some people did we had today indeed. They made me felt as if it were me the guest in school & they were the owner of this school.

I remember my experience when I attend Sunday school for the first time in my present church. At that time I didn’t know the Sunday school’s teachers there so when I entered the room I applied a friendly attitude toward anyone who were there by saying ‘hello, hi, good morning’ to even asked ‘could I join in’.

I didn’t wait to be greeted by them. I made the initiative though I felt a bit awkward to be in an unfamiliar place. I forced myself to act friendly. After all, it would benefit me too.

So it’s all about man. People. It’s the individual & not what the individual represents.

Therefore, it’s not about our profession, status, clothes, academic degree, ethnicity, not even our belief or religion. Whether we are blacksmith or president, somebody’s child or a parent, young or old, the point is sooner or later our true color will appear before other people’s eyes. 

No comments:

Post a Comment