Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, April 29, 2011

Dunia yang dinamis / Dynamic world

Rabu (27/4) pagi ketemu sama nyokapnya Brenda. Asyik. Bisa nebeng naik motornya sampai ke kompleks perumahan tempat sekolah berlokasi. Terasa banget ya bedanya tidak naik angkot. Jarak yang biasanya butuh waktu 15 menit kalau pakai angkot bisa di tempuh dengan hanya 5 menit! Padahal nyokapnya Brenda mengendarai motornya dengan kecepatan terhitung ‘egal-egol’. Hehe.

Yah, namanya juga angkot. Kejar setoran mulu. Ngetem dan jalan kayak siput kalau belum penuh. Tetangga saya sampai pernah karena kesalnya ngomong ‘orang lagi mandi saja ditungguin sama angkot’. Hehe.

The green vehicle in the left is called Angkot. It's the public transportation in Bogor as there's no bus serving in the town / Angkot Bogor
Yang menyebalkan dari supir angkot Bogor adalah tidak bisa membaca bahasa tubuh orang. Semua yang lagi berdiri di pinggir jalan diangggap lagi menunggu angkot. Jadi tidak peduli orang lagi mau menyeberang jalan atau lagi menunggu teman / jemputan, hm, semua di tawari naik angkot.

Saya berapa kali ngomel-ngomel karena lagi mau menyeberang jalan eh, datang angkot yang langsung dengan santainya berhenti di depan saya. Masa sih saya harus membawa karton besar bertulis ‘Tidak mau naik angkot. Lagi mau menyeberang jalan’??. Hehe.

Begitu deh sekilas cerita tentang angkotnya Bogor. Kota ini sudah berganti nama. Tidak lagi menjadi ‘Kota Hujan’ tapi ‘Kota Sejuta Angkot’. Hehe. Habis, angkotnya lebih banyak dari pada jumlah penumpangnya.

Bogor hujan setiap hari. Enak sih. Biang keringat saya hilang semua jadinya. Hehe.

Di sekolah paginya kepsek langsung masuk ke kelas dan seperti biasa tanpa minta ijin dulu ke saya. Hiks, betul-betul memang saya cuma numpang di sekolah ini. Sudah baca belum catatan saya hari Sabtu 2 minggu lalu tentang kedatangan orang-orang dari gereja di Jakarta yang sikapnya seakan-akan mereka yang punya sekolah dan saya yang jadi tamunya. Nah, kepsek sendiri saja suka bertingkah sama.

Tapi baguslah karena ini menjadi pengingat bagi saya bahwa sebesar apa pun kecintaan saya pada sekolah ini tetap kenyataannya adalah di sini bukan pelabuhan terakhir saya. Kapan pun Tuhan memerintahkan saya untuk pergi, saya akan pergi. Saya tidak berakar di sini. Saya memang hanya menumpang belajar di sini. Setelah saya cukup dipersiapkan, dibentuk, dididik dan dilatih, maka kapal lain akan menjemput saya dan berangkatlah saya mengarungi samudera lain yang lebih luas dan lebih dalam.

Itu penggambaran saya tentang perjalanan hidup. Hidup adalah perjalanan. Hidup adalah perubahan. Jangan berpikir segalanya statis. Semuanya dinamis. Semuanya pasti berubah.

Anak-anak itu misalnya. Selama setahun ini mereka dan saya terikat dalam kebersamaan yang seakan tidak ada akhirnya tapi sebentar lagi semua akan berubah. Mereka akan naik kelas ke TK B. Perubahan itu akan terjadi.

Ketika kita berada dalam suatu fase kehidupan segalanya terasa rutin, panjang dan tidak pernah ada akhirnya. Jadi perubahan tidak pernah terbayang. Sebetulnya tidak demikian. Jadi sebaiknya jangan memandang seseorang hanya terpaku dengan apa yang terlihat pada saat ini karena hari esok / bulan berikutnya / sekian tahun kemudian, orang itu sudah menjadi seorang yang berbeda, berada di tempat berbeda dan melakukan hal-hal yang berbeda.

Sementara ini saya menikmati hari-hari akhir saya bersama anak-anak di kelas TK A seolah-olah kami memiliki semua waktu yang ada di dunia ini. Seakan semua tidak akan berakhir. 

Waktu setengah jam habis oleh kepsek. Akibatnya saya terbirit-birit melakukan program kegiatan yang sudah saya susun untuk dilakukan di kelas pada hari ini. Duh.

Anak-anak berjalan di atas papan titian. Justin, Sekar dan Michelle jauh lebih bisa menjaga keseimbangan mereka sekarang. Bagus sekali. Perubahan yang bagus.



3 tugas inti adalah pertama menggunting, mengurutkan dan menempel 4 potongan gambar yang bercerita tentang 2 orang anak bermain bola saat cuaca cerah, mendung, lalu petir menyambar dan mereka berlari masuk ke rumah sampai akhirnya hujan turun.



Nico, Vivien, Echa, Kekey, Stevany dan Justin kesulitan menyusun gambar itu walau tingkat kesalahannya juga berbeda.

Wah, Kelvin malah lebih parah. Kok gambarnya cuma ada 3 potong?? Kemana yang 1 lagi? Terpaksalah saya harus mengaduk-aduk tempat sampah karena pasti ikut terbuang. Tuh, betul kan.

Tugas ke dua adalah mencetak memakai spons dan cat air. Sponsnya yaitu sabut untuk cuci piring yang di potong-potong.




Dasar anak. Ada beberapa yang entah takut kotor atau geli atau jijik tampak ragu memegang spons itu.

Terakhir adalah menulis dan menebalkan huruf j. Lalu gambar jambu saja yang di warnai. Tapi heh, masih juga ada yang tidak menyimak penjelasan saya. Belum lagi ada yang kok belum selesai menulis huruf j tapi sudah dikumpulkan?



Kepsek pergi lagi hari ini. Bagus. Bisa pulang cepat. Tidak usah nongkrongin sekolah sampai jam 12 siang biarpun anak-anak sudah pulang semua dan kerjaan sudah kelar.
___________________________________________________________________

I met Brenda’s mother this Wednesday (April 27th) morning who gave me a ride to the housing complex where school is located. It took only 5 minutes instead the 15 minutes by Bogor public transportation car. And Brenda’s mother drove her motorcycle slow.

It’s because this public transportation would stall time to get more passenger. They won’t leave before it gets lots of passenger. An upset neighbor of mine once said it would even wait anyone who’s still in the shower. Lol.

What’s most annoying for me is the drivers seem unable to read body language because they would stop or pullover when they see anyone stand in the sidewalk without seeing if the person behaves that they would actually cross the road or just waiting for a friend / a ride to come.

I grumble few times because angkot stop right infront of me when I was going to cross the road. Man, do I need to bring a sign that say ‘going to cross the road’ because they don’t know the difference on somebody’s body language of that waiting for an angkot & that of going to cross the road??

So that’s a glimpse about public transportation in the town where I live since 1998. The town has been dubbed as Rainy Town but since the number of angkot is growing bigger than the population I think the town should be dubbed The Town of a Million Angkot.

It’s been raining a lot here. But that’s nice as it gets rid the itchy spots on the skin of my back and neck.

In school the headmaster once again came into my classroom this morning and without saying anything to me she just took control of the class. Sigh, once again I being reminded that I am only a visitor in this school.

Have you read my journal about the people from church in Jakarta who came to school on Saturday 2 weeks ago who behaved as if they own this school? Headmaster’s own behavior is no different than them.

But it’s good since it becomes a reminder that I don’t belong here despite my love for this school. But anytime God wants me out of here, I’ll have to go. This is not my last harbor. I don’t root here. I’m just here temporarily for a purpose. Once I’ve well taught, learned a lot, being formed and trained I know God will take me somewhere else. I will sail in a wider and deeper ocean.

That’s how I picture life. Life is a journey. Nothing is static even when it looks static. The fact is life is very dynamic. Everything and everyone change.

The kids for example. They seem to be stuck with me for a year and it seems it has no end but it will end soon. They will go to different class. Change will come eventually.

When we’re at a phase of life it looks like it has no end. It wouldn’t change. But it’s not. So don’t see anyone as he or she is today. The same person will be a different person, doing different things or be in different place tomorrow or next month or next year.

At the moment I am enjoying my last days with the kids in my class as if we had all the time in the world. As if things will be the same forever.

Headmaster took about half hour of the morning session so I had to do the things I’ve programmed to do on today’s morning session in a hurry. Sigh…

I asked the kids to walk on the footbridge. Justin, Sekar and Michelle are doing better on keeping their balance. A good progress. A good change.

3 main tasks started with cut, sort and glue 4 pictures of 2 boys playing soccer when it is sunny, cloudy, thunder forces them to get in the house and rain falls.

Nico, Vivien, Echa, Kekey, Stevany and Justin were making mistakes when they sort the pictures though in different level of mistake of course.

Kelvin in the other hand had only 3 pieces of the 4 pictures. Where’s the other one? I had to dig the trash can to find it.

Second task is to make stamps out of sponge and water color. The sponge is the one use to wash the dishes. Cut it into small pieces.

I don’t know whether it was because they didn’t want to get their hands dirty or the sponge tickled their fingers or they got disgusted by it, some kids looked hesitated to touch it. Kids…

The last task is to write the letter j and color the guava (jambu). But some kids color the clock too and one even gave me his book before he fill in the whole box with j.

Glad headmaster left school early again today so I could leave early too and didn’t have to wait till noon though all the kids have gone home & all work is done.

No comments:

Post a Comment