Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, June 3, 2011

Stays In The Heart

Tidak seperti biasanya hari Selasa (31/5) ini saya tidak mengadakan latihan apa pun di kelas. 

Hari ini jadwalnya pak guru menggambar datang ke sekolah kami untuk memberi pelajaran menggambar / mewarnai. Jadwalnya adalah jam 8.15 beliau mengajar di kelas Playgroup (PG) dan jam 9 sampai 10 di kelas saya.





Saya hanya tidak ingin di tengah latihan tiba-tiba kepsek mengambil alih semuanya seperti yang dilakukannya hari Sabtu lalu. Hal tsb masih tetap dilakukannya bahkan setelah melihat dan mendengar tentang keberatan saya.

Buktinya kemarin masih juga beliau masuk ke kelas saya dan selama sekitar 30 menit mengajar di kelas saya tanpa permisi dulu.

Dari sini saya melihat bahwa agaknya hal ini bagi kepsek menjadi seperti suatu dorongan hati yang sulit untuk dapat dikendalikannya walau diketahuinya benar-benar bahwa yang dilakukannya itu (saya harap dengan niat dan tujuan yang baik) dengan caranya membuat pihak lain merasa keberatan dan bahkan tidak senang.

Mungkin seperti seorang perokok yang tetap merokok walau mengetahui benar-benar bahwa merokok adalah hal yang tidak sehat dan bisa merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain.

Jadi ya sulit mengharapkan seorang perokok untuk berhenti merokok. Sama seperti sulit mengharapkan kepsek untuk berhenti tidak mencampuri urusan kelas yang bukan tanggung jawab dan wewenangnya. Kecuali kalau terjadi sesuatu yang betul-betul membuatnya jera untuk tidak lagi melakukan hal itu.

Hari ini saya bersenang-senang sajalah mengajar seperti biasanya. Saya telah memutuskan untuk tidak mengadakan pertunjukan drama dan hanya tarian serta sajak. 

Saya ingin menghindari diri dari ketegangan yang tidak perlu kalau saya harus berhadapan (lagi) dengan cara kepsek ‘memberikan bimbingan’ atas latihan-latihan kami atau reaksinya terhadap cara saya menyusun dan menjalankan drama itu bila ternyata tidak sesuai dengan keinginan, selera dan penilaiannya yang membuatnya merasa memiliki pembenaran untuk mengambil alih segala kegiatan itu dari saya.

Saya tidak keberatan menerima masukan saran, nasihat, bantuan dan kritik dari siapa pun tapi janganlah masuk menyerobot untuk kemudian menyingkirkan saya seakan cara, ide dan metode saya sebegitu tidak layaknya sampai bahkan saya tidak diperkenankan untuk berada di dalam kelas saya sendiri seperti yang terjadi hari Sabtu lalu. 

Hal seperti itu saja sudah terasa tidak enak. Masih pula harus saya menghadapi orang tua murid kelas Playgroup. Aduh, apa pula yang ada dalam benak pikiran mereka saat melihat saya ‘terusir’ dari kelas saya sendiri?.

Mengingat juga saya sedang menjalani hari-hari akhir saya di sekolah ini maka saya tidak ingin mengotori ingatan saya dengan kejengkelan karena harus bersitegang dengan kepsek soal urusan acara yang saya susun bagi anak-anak di kelas saya untuk mengisi acara perpisahan tanggal 25 Juni nanti.

Karena itu saya tenang-tenang saja di kelas dan mulai mengajari anak-anak untuk mengikuti berbagai macam komando dari macam ‘pegang kepala’, ‘mana jari 3’, ‘jalan di tempat’, ‘jadi patung’, sampai bernyanyi. Karena saya menjadikannya seperti permainan maka anak-anak itu mengikutinya dengan penuh semangat dan suasana kelas menjadi menyenangkan.

Lalu saya membuat titik di papan tulis dan pada mereka apa yang bisa kita gambar dari sebuah titik. Senang betul saya saat mereka berganti-ganti menjawab ‘mata’, ‘jam’, ‘poros roda’, ‘kancing’


Memang kadang harus saya pancing dengan membuat gambar ‘bunga’, ‘kupu-kupu’ tapi dari sana mereka mendapat ide bahwa sebuah titik juga bisa menjadi gambar ‘capung’, ‘laba-laba’ dan ‘boneka salju’.

Ide membuat gambar apa dari sebuah titik saya dapatkan dari psikotest yang saya ikuti beberapa waktu lalu sebagai bagian dari serangkaian persyaratan dalam penerimaan karyawan yang ditentukan oleh gereja.

“Bu, belum periksa kuku” cetus Kekey tiba-tiba saat saya menyuruh mereka mengambil krayon.

“Iya, bu” Stevanky mengiyakan.

Belum periksa kuku? Saya mengerutkan kening. Sudah rutin untuk mengadakan pemeriksaan kuku setiap hari senin. Tapi kemarin kan sudah.

Toh anak-anak tetap bersikeras meminta saya melakukan pemeriksaan kuku. Tersentuh sekaligus geli juga hati saya saat menyadari bahwa bagi mereka pemeriksaan kuku yang sah adalah yang dilakukan oleh saya. Yang kemarin itu dilakukan oleh kepsek.

Hal ini membuat saya menyadari satu hal penting. Boleh saja kepsek mencoba mendaulat kelas saya atau memboikot saya tapi yang ada di dalam hati anak-anak itu adalah saya. Sudah menempel kuat di sana. Tidak ada seorang pun yang bisa mencabut saya dari hati mereka. Mungkin agak sedikit terdengar konyol tapi kesadaran ini menimbulkan sedikit rasa puas dalam hati saya. Haha! Bagus!

Di tengah pelajaran menggambar & mewarnai tiba-tiba…

“Ayo, bu, saya potret” wah wah wah, guru gambar mendadak sudah memegang kamera saya dan langsung… jepret! Kaget juga saya dan agak merasa kagok karena saya merasa lebih nyaman memotret dari pada di potret. Lagi pula kan saya tukang potretnya. Karena itu foto saya jarang mejeng di blog.


Saya sendiri sedang mematri kenangan berharga melalui foto-foto yang saya buat. Bersyukurlah saya kepada orang tua murid yang tergerak hatinya untuk memberikan kamera digital ini. Lucunya pada waktu hal itu terjadi kami berdua sama-sama tidak tahu kalau dalam waktu beberapa bulan kemudian saya akan mendapat kepastian bahwa saya tidak akan mengajar lagi di sekolah ini.

Berkat kamera digital itu saya memiliki rekaman sekian ratus foto anak-anak. Dokumentasi tsb nilainya sangat berharga bagi saya. 
___________________________________________________________________________

I didn’t run any rehearsal today (Tuesday, May 31st) because there’s drawing class at 8.15 to 9 am in Playgroup class and I just didn’t want headmaster come into my class as she felt she could leave her class under the charge of drawing teacher.

I just didn’t want her to interfere or worst, she’d kick me out of my own class like what she did last Saturday. I didn’t want to take those risks. At least not today.

I am having the last days of as this school’s teacher so I don’t want to spoil the memory with any unnecessary arguments with headmaster. I just want to have my last days in peace. That’s one main reason why I decided to exclude the play & the kids will just have dance and poetry reading for the closing school year event on Saturday, June 25th.

Headmaster still came to my class yesterday. Despite all of my objectiveness and protest. She just feels justified to do that. It is why I feel she can’t control this impulsiveness like a smoker who can’t resist the temptation of smoking though of the clear danger of nicotine.

Perhaps only one huge or fatal incident that might teaches her a lesson hard enough to make her stop stepping on other person’s feet.

So I ran the class calmly. I gained the kids on a game of listen and do the teacher’s command. I lined them up and asked them to touch their heads, dance, show one finger, march, sing, stand still like a statue and so on. They liked this game. 

“You haven’t seen our finger nails” said Kekey out of the blue when I asked the kids to take their crayons.

“That’s right” backed Stevanky.

They always have their finger nails checked by me every Monday. But how could they say I haven’t done it? Headmaster has done it yesterday when she took control over the class… suddenly I realized it. For the kids it is not yet done if it is not checked by me!

Headmaster could try to get rid of me from my own class but she can’t never get rid me off the kids’s hearts. I am stuck hard in their heart. This might sound a little childish but this knowledge somehow makes me so pleased. Haha!

In the meantime, in the middle of drawing lesson…

“Let me take your photo” said drawing teacher to me with my camera on his hand. Oh oh! I smiled awkwardly because I don’t really like to be photographed. Hey, after all, I am the photographer. It is why you don’t get to see my photos in this blog.

The photos I took of the kids are my way of sticking them hard in my memory and in my heart. It is all thanks to a parent of my kid in class who was moved to give me her digital camera. Funny things is none of us at that time realize that in a matter of only few months later I’d find out that I won’t be working as teacher in this school.

Thanks to that digital camera I have hundreds of the kids’s photos. Precious documentation. 

No comments:

Post a Comment