Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, June 30, 2011

Perpisahan / Farewell Party

Muka cemberut teteh berkibar dari sejak saya tiba di sekolah sampai acara perpisahan berlangsung Sabtu (25/6) ini. Maklumlah, dia yang harus menghadapi kepsek dari jam 5.30 pagi dan seorang Dalai Lama pun bisa kehilangan kesabaran kalau terlalu lama harus berurusan dengan kepsek kami. Hehe. Begitulah setidaknya gambaran yang bisa saya berikan. Ah? Anda tidak tahu siapa Dalai Lama? Waduh. Sungguh terlalu. Itu tuh pemimpin spiritual bangsa Tibet.

Hari ini saya datang dengan tekad tidak mau merusak hari terakhir saya di sekolah ini dengan merasa jengkel apalagi marah hanya karena hal apa pun. Jadi saya melakukan apa yang harus saya kerjakan tanpa banyak bicara atau berpikir.

Tidak lama setelah Wali kelas TK B sampai di sekolah, doi mendatangi saya dengan laporan kalau raport belum diserahkannya kepada kepsek untuk ditandatangani kemarin

The student's report book / Contoh buku raport anak-anak
Dari hari Kamis raport anak-anak di kelas saya sudah saya bawa ke sekolah tapi wali kelas TK B mau supaya raport itu diajukan ke kepsek untuk ditandatangani bersama-sama dengan raport anak kelas TK B. Tidak jadi masalah bagi saya.

Bahkan ketika kemarin dia mengatakan supaya nanti siang saja raport itu diajukan kepada kepsek karena ada satu raport muridnya yang belum selesai ditulisnya, saya tidak mempermasalahkannya. Saya memang tidak kembali lagi ke sekolah setelah kami berdua pulang dari mengambil uang di bank kemarin jadi saya percaya saja bahwa dia akan mengajukan raport itu kepada kepsek setelah dia sampai di sekolah. Ternyata tidak. 

Ah, saya tidak mau membuang enerji untuk menjadi kesal pada siapa pun karena hal ini.

Kepsek ngambek dan menolak untuk menandatangani raport? Ah, tidak masalah. Raport itu sudah rapi saya tulis dan tandatangani sehingga bisa saya bagikan kepada orang tua anak-anak saya. Sekali lagi, saya tidak akan membuat hal apa pun merusak kenangan saya akan hari terakhir saya sebagai guru di sekolah ini.

Saya berbicara, tertawa, bercanda, menyanyi dan bahkan menari selama 6 jam saya berada di sekolah hari ini. Acara berlangsung ramai. Semua datang. Lengkap.




Saya menjalankan apa pun yang diminta atau diperintahkan untuk saya lakukan.

Saya harus menjadi MC sementara saya sebetulnya sudah ditentukan untuk berada di balik layar? Tidak jadi soal.

Saya masih menerima cemberutan dan gerutuan kepsek? Tidak masuk ke hati saya.

Kotak makanan dari Hokben kurang 16. Tidak masalah. Bisa di lacak lagi.


Seperti ada tembok tebal yang saya bangun mengelilingi hati dan pikiran saya sehingga ulah setan lewat manusia mana pun sepertinya tidak mampu menembusnya. Bahkan perasaan dan emosi negatif saya pun tidak bisa menembusnya. Dan tahukah anda?

Satu demi satu dari perkara yang ingin mengulik-ulik tegangan tinggi pada akhirnya ada jalan keluarnya. Teteh tidak lagi cemberut begitu terpisah dari kepsek selama acara perpisahan berlangsung. Apalagi setelah dia sibuk mendandani anak-anak di kelas playgroup sebelum mereka naik ke panggung.


Raport akhirnya ditandatangani juga oleh kepsek. Tugas menjadi MC bisa saya lakukan dan kemudian saya bisa melarikan diri ke belakang layar untuk mengatur anak-anak sebelum mereka naik ke panggung. Kemudian 16 kotak makanan dari Hokben terlacak juga karena ternyata ada 8 anak yang tidak tercatat telah mengambil kotak bagian mereka (2 kotak untuk 1 anak + 1 ortu).

Hari ini adalah hari perpisahan untuk saya juga jadi yang saya lakukan adalah menikmati setiap momennya.

Saya gembira melihat anak-anak saya berusaha tampil sebaik mungkin di atas panggung. Masih ada kekurangan tapi semua tetap berjalan lumayan lancar dan yang penting tidak ada yang ngambek atau tidak masuk. Serta tentunya semua enjoy walau saya sempat was-was karena penonton tertawa riuh saat melihat anak-anak lelaki menari penuh semangat. Bukan apa-apa. Saya takut konsentrasi & mood anak-anak itu jadi terganggu. Eh, tapi ternyata tidak. Penuh percaya diri mereka menari di atas panggung. Hehe. Saya bangga benar dengan mereka.



Lain yang terjadi pada anak laki-laki, lain pula yang terjadi pada anak perempuannya. Sesaat setelah mereka berdiri di panggung dan sedang menunggu lagu Soleram di putar oleh wali kelas TK B yang hari ini bertugas menjadi DJ (Disk Jockey), tiba-tiba saya lihat Kim dan Echa saling berpandangan lalu keduanya sama-sama menatap saya dan berbisik “Bu, Vany mana?”.

Astaga! Saya baru ngeh kalau Stevany yang seharusnya berdiri di antara Kim dan Echa tidak berada di sana. Kok bisa? Diruang kelas playgroup tadi saya sudah mengatur barisan mereka demikian rapi dan Stevany sudah ada dibelakang Echa dan didepan Kim. Kenapa begitu di panggung bisa-bisanya dia tidak ada??

Panik dan bingung membuat saya buru-buru berlari ke kelas playgroup. Weleh, ternyata yang bersangkutan sedang dengan tenangnya melihat-lihat mainan di loker didalam kelas itu! Ampun!

Sampai detik ini pun saya masih belum mengerti bagaimana kok dia bisa tidak merasa tertinggal karena di ruangan itu sudah tidak ada lagi teman-temannya. Anak-anak lelaki berada diluar dan hanya tinggal kira-kira 3 anak TK B di dalam ruangan itu. Jadi bisa dikatakan ruangan itu agak kosong dan sepi. Dasar anak. Bisa tidak sadar lingkungan. Cepat-cepatlah saya geret dia keluar dan menyelipkannya ke barisannya. Syukurlah mereka belum mulai menari.


Kemudian mereka tampil lagi untuk menyanyi 'My Eyes, My Ears, My Nose, My Mouth' dan Kekey serta Stevany mengucapkan sajak 'Pak Pos'. Betul-betul membanggakan hati saya melihat mereka tampil di panggung. Lumayan lancarlah.


Diluar dan didalam ruangan para ortu duduk manis sampai di saat anak-anak mereka naik ke panggung. Wah, saat itu langsung semua jadi juru potret amatiran deh. Hehe. 



Bergantian anak playgroup dan TK B naik ke panggung. 
Playgroup class kids / Anak playgroup



Tembok tebal yang saya bangun mengelilingi hati saya pada hari ini baru terasa bergoyang kencang saat saya masuk ke kelas saya setelah ruangan itu rapi dan dibersihkan. Acara sudah selesai. Semua sudah pulang kecuali kami.

Suasana sepi. Kesunyian itu membuat ngilu di hati saya saat berdiri menatap ruangan yang menjadi ruang kerja saya selama setahun ini di sekolah di mana saya sudah bekerja selama 6 tahun. Ada banyak kenangan pahit dan manis di sini. Saya hanya tidak mengira bahwa pada akhirnya saya betul-betul meninggalkannya.

Tembok di hati saya hampir runtuh saat saya bersalaman, berciuman dan berpelukan dengan wali kelas TK B dan teteh sebelum kami pulang.

Wajar, kata Evelyn (mantan asisten saya sebelum dia berhenti bulan Maret karena akan melahirkan) dalam smsnya sorenya. Mereka sudah menjadi teman seperjuangan. Lebih dari sekedar rekan kerja. Mereka adalah teman senasib saat menghadapi kepsek. Hehe.
Evelyn far left / Evelyn di kiri, anak TK A & Keke
Tapi memang benar. Dan itu rupanya yang membuat air mata saya betul-betul hampir runtuh saat kami mengucapkan selamat berpisah. Syukurlah di detik-detik terakhir saya masih bisa menahannya. Saya bukanlah orang yang mudah menangis dan saya tidak ingin mereka melihat saya menangis.

Yah, satu fase dalam dalam hidup saya sudah berakhir. Fase berikutnya sudah menanti di depan saya. Tentunya saya bersyukur, gembira dan lega. Tapi kenapa berat betul rasanya hati saya.

Air mata itu baru runtuh bagai air bah di malam hari setelah saya berada sendiri di kamar. Tidak ada yang bisa mengerti kebahagiaan, kesedihan, kelegaan, kecemasan, harapan, rasa kehilangan dan ketakutan yang saya rasakan menjadi satu saat itu.

Tetap tegar dan tegaklah kamu, kata saya kepada diri saya sendiri, kamu sudah melalui begitu banyak badai dan berjalan melalui tebing curam serta gurun pasir. 
________________________________________________________________

The upset & tense face of the cleaning lady greeted me this Saturday (June 25th) but I was determined not to let anything ruined my last day in school. Not this particular day. But it is, however, understandable if the cleaning lady looked that upset. I think even Dalai Lama from Tibet would lost his temper if he had to deal with our headmaster. Lol.

I felt as if I built a thick wall around my heart. My own feelings couldn’t penetrate it. Let alone any thing evil tried to throw at me today. Nothing would upset me. I smiled, joked, laughed, talked, chatted, sang and danced for 6 hours as if nothing really bothered me at all. I did what I was asked without giving too much thought about it.

Once she got in school, B class teacher came to me to let me know that she hasn’t given the kid’s report books to headmaster to be signed. I’ve brought my kids’s report books to school since Thursday but B class teacher asked me to give them to headmaster along with her kids’s report books in Friday.

On Friday morning she told me she hasn’t completed one report book so she would give all the report books to headmaster in the afternoon. I didn’t return to school later that afternoon after we got back from the bank so I thought she has handed them to headmaster once she got in school. She didn’t.

Would it upset me? Nah. Nope. Not at all. Why? Because I have set my mind that I wouldn’t sweat myself over any stuff that might happen in school today.

Headmaster got upset about the report books and refused to sign it? Didn’t matter. I’ve neatly filled every single of the book & have signed it. I’d give it to my kids’s parents with or without headmaster signature.

I was told to be the MC when it has been decided that I’d stay back stage to make the kids ready before they perform on stage. No problem.

The lunch box was 16 short? I didn’t want even this to discourage me. I’d trace it down.

Do you know what? Every situation proven to be given solution by God. Headmaster somehow finally signed the kid’s raport books. I still could manage to be the MC and checked the kids out before they went on stage. The 16 boxes were found because it actually has been taken by 8 kids (every kid got 2 boxes. One for the kid and one for the kid’s parent). We just forgot to note their names on the list of the kids who have taken their boxes.

The thick wall I built around my heart to protect myself from anything that tried to upset me started to shake when I entered my classroom after everyone has gone home and it has been cleaned. I stood there alone. It was so quiet. There I was in a room that has become my work place for a year in a school that I have worked for 6 years. So many things have happened here. Bitter sweet memories flooded my mind. It’s hard to believe that I really am leaving it.

The thick wall nearly broken down when I shook hands, hugged and kissed B class teacher and the cleaning lady.

Perfectly normal, said Evelyn (my former assistant in class until she resigned in March due to her pregnancy). They have become my friends, buddies, allies. Not just fellow workers. They have become comrades in arms on facing and coping with headmaster. Well, yeah, so they did. It is why I hardly kept my tears from flowing down when I said goodbye to them. I’m glad I didn’t cry. It has never been easy for me to shed tears and I didn’t want to do so today.

My tears flooding out in the evening when I was all alone in my room at home. I knew a phase in my life has over and another phase is awaiting infront of me. I am happy, glad, full with hope and optimism but why did it feel so hard to let go?

No one can understand how I feel. Be strong, be tough, I told myself, you  have walked through so many hurricanes and desserts, you will get through this.

No comments:

Post a Comment