Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, June 20, 2011

Demam?? / Catching Fever??


Di tengah-tengah aktivitas kelas Sabtu (18/6) pagi ini tiba-tiba saya baru tersadar kepala saya terasa sakit sekali.

Jam baru menunjukkan pukul 9.30 dan anak-anak sedang sibuk mengerjakan tugas pertama (memberi tanda ceklis pada anak yang tidak marah pada temannya) dan tugas ke dua (menghitung banyaknya pisang serta menempel angka yang tepat pada kotak yang tersedia).





Kesibukan mereka membuat saya bisa duduk tenang. Saat itulah saya merasakan sakit kepala yang amat sangat dan kaget karena kulit di dahi saya terasa ngilu pada waktu saya menyentuhnya untuk memijatnya.

Wah. Wah. Saya kenal betul tanda-tanda ini. Betul juga. Dahi dan leher saya terasa panas. Saya langsung tegang. Waduh. Jangan dong. Masa sih tiba-tiba bisa jadi demam begini? Saya tidak sedang pilek, batuk atau merasa tenggorokan (amandel) meradang.

Tapi mungkin juga badan sudah memberi isyarat sejak pagi ini saat saya dalam perjalanan ke sekolah. Angin terasa seperti es di kulit saya dan seluruh sendi serta otot saya ngilu. Bahkan tumit saya pun terasa sakit saat dipakai menapak.

Setelah umur bertambah, anehnya saya malah jarang sakit. Jadi sekalinya sakit betul-betul terasa sekali tidak enaknya. Mana lagi ini demam.

Tuhan, tolong saya. Demikian doa saya dalam hati. Kuatkan saya karena ini tepat di tengah-tengah kesibukan mengajar. Anak-anak sementara itu ada yang sudah mulai mengerjakan tugas ke tiga (mewarnai gambar pelangi) dan tugas ke empat (mewarnai gambar kupu-kupu).


Belum lagi hari ini ada acara makan bersama. Acara ini diselenggarakan sebulan sekali. Yang memasak selalu ibu-ibu dari anak TK B. Sekolah memberi uang Rp.120.000 untuk satu jenis lauk, buah dan kerupuk. Kalau dana itu kurang ya ditambah sendiri dari kocek pribadi pihak yang mendapat giliran memasak.

Menu hari ini adalah sop yang isinya wortel, makaroni, baso, sosis dan daging serta tetelan. Anak-anak membawa nasi putihnya sendiri. Hm, enak. Pantas kemudian anak-anak semangat makannya. Buahnya pisang. Lalu ada kerupuk ikan.



Tuhan mendengar doa saya karena sambil memijat-mijat dahi dan kepala itu tiba-tiba terasa saya berkeringat. Otomatis turunlah suhu badan saya. Jadi sakit kepala pun berkurang. Saya bisa beraktivitas tanpa harus terlalu merasa tidak sehat.

Setelah anak-anak pulang saya duduk di kelas menghadapi tumpukan buku-buku mereka dan merasakan demam serta sakit kepala itu kembali. Alamak. Mana di kelas saya ada mamanya Jojo yang datang untuk membayar uang pendaftaran adiknya Jojo, Erin, yang masuk Playgroup di tahun ajaran baru ini.

Entah karena beliau orangnya senang mengobrol atau karena terlalu kangen dengan kami maka obrolannya panjang betul. Kok ya ga pulang-pulang sih?, pikir saya. Senyum saya rasanya lama-lama jadi hambar karena badan makin tidak enak dan perut mulai keroncongan. Hehe. Mau ngusir kok ga enak. Ga di usir kok ya betah amat sih ngobrolnya. Hehe.

Sehabis makan bekal (itu juga yang bisa ditelan rasanya tidak bisa lebih dari 5 sendok) badan terasa lebih enak. Setidaknya saya jadi sedikit berkeringat. Demam turun. Sakit kepala berkurang.

Tapi jam sekitar jam 11.30 terasa lagi demam itu kembali. Wah. Mana kepsek minta kami mengeluarkan meja kursi & barang-barang lainnya dari dalam kelas Playgroup yang akan diperbaiki lantainya.

Saya harus hati-hati saat mengangkat meja menuruni anak tangga di depan kelas playgroup karena pijakan kaki saya rasanya kurang mantap. Aduh, Tuhan, tolong aku supaya jangan hilang keseimbangan dan nyungsep jatuh, doa saya. Lha, ya ga seru dong kalau saya jatuh ngusruk. Hehe.

“Ke, kamu sms anak TK A dan B saja. Kasih tahu Senin libur. Ini kerjaan sampai hari Senin soalnya” kata kepsek tiba-tiba. Wah, mau rasanya saya melompat dan mencium Tuhan. Terima kasih, Tuhan! Saya terbebas dari keharusan menggotong-gotong meja kursi.

Saya pun duduk di depan pintu kelas TK B dan mulai mengirimi sms memakai hp kepsek.

Semua kelar sekitar jam satu. Wali kelas TK B (satu-satunya yang tahu kalau saya sedang demam) berbaik hati mengantarkan saya sampai setengah jalan dengan motornya. Lalu saya melanjutkan perjalanan, yang anehnya, masih kuat dengan berjalan kaki di tengah panas terik dalam keadaan setengah demam dan sakit kepala.

Tapi sampai di kompleks tempat saya tinggal, saya nyerah. Tidak kuat saya jalan kaki ke rumah. Jadi saya naik becak.

“Lho, Ke? Tumben naik becak. Kamu ga apa-apa?” bonyok (bokap nyokap) langsung merasa ada yang tidak beres saat melihat saya turun dari becak karena saya selalu berjalan kaki dalam keadaan cuaca terang / hujan. Jadi kalau sampai saya naik becak pasti ada yang tidak beres.

Sore jam 5 saya diantar bokap pergi ke dokter. Bokap tidak mau ambil resiko karena demam saya muncul tiba-tiba tanpa ada gejala pilek, batuk atau radang tenggorokan. Penyakit jaman sekarang lumayan sadis sih. Jadi lebih baik berjaga-jaga.

“Kalau 2 hari masih demam, kamu periksa darah di lab ya” kata dokter yang sudah menjadi dokter kami sejak kami pindah ke Bogor 13 tahun lalu “Saya kasih surat pengantar untuk cek demam berdarah dan tifus”.

Ih, amit-amit! Mudah-mudahan tidak sampai perlu periksa darah. Harus keluar uang berapa lagi saya? Ini saja kocek saya sudah berkurang 100 ribu hanya untuk ongkos dokter, obat antibiotik, obat penurun demam dan vitamin B kompleks.

Pulangnya mendung. Macet pula. Wah, tidak ada angkot. Lama-lama pusing saya melihat kendaraan dan orang hilir mudik. Lemas. Tidak kuat saya berdiri. Jadi duduklah saya di teras depan toko yang sudah tutup. Setengah merasa putus asa memikirkan bagaimana kami bisa pulang karena jalanan mampet membuat angkot-angkot tidak bisa masuk ke jalur menuju tempat tinggal kami.

Eh, belum juga jadi hangat itu lantai saya duduki tiba-tiba datanglah angkot dari arah berlawanan yang berputar arah. Tidak mau ke pusat kota karena melihat jalur di depan sudah mampet total. Puji syukur banget, Tuhan! Terima kasih mengirimkan angkot untuk kami pulang.

Sampai di kompleks, eh, hujan. Biar pun bawa payung tapi terlalu deras hujannya. Becak sudah tidak ada. Yang ada cuma ojek. Tapi gila saja kalau demam-demam begini saya naik ojek menembus angin dan hujan. Mana yang namanya ojek motor, tidak ada yang jalan pelan biar pun sudah di kasih tahu supaya jangan ngebut.

Jadilah saya dan bokap berteduh dulu di depan Indomart. 2-3 menit kemudian hujan mereda dan bahkan berhenti. Berjalanlah kami pulang pelan-pelan. Saya harus dipegangi bokap karena kalau tidak saya bisa jalan zigzag karena badan terasa oleng sekali. Hehe. Bener-bener deh.

Satu perjalanan yang panjang hari ini. Saya baru betul-betul bisa menarik napas lega setelah kami sampai di rumah.
__________________________________________________________________

It was just 9.30 am when I suddenly realized I had bad headache. In the meantime the kids were busy with the first task (mark the circle below the kid who doesn’t get upset to his friend) and second task (counting the bananas & stick the right number) this Saturday (June 18th).

Oh no, can’t be. Don’t let this be fever. But the skin on my forehead hurt when I touched it as I wanted to rub it to ease up the headache. The skin on my neck also felt warm. I knew it too well. It can’t be wrong. I somehow have caught up fever.

My body has actually alarmed me when I felt this morning’s wind as cold as ice on my skin and my muscles, ankles & even heels were in pain. I didn’t realize it then it was an early sign of fever.

Please, God, don’t let this came now, I prayed quietly as the kids moved to the third task (coloring the rainbow) and the fourth task (coloring the butterflies). God answered my prayer by making me sweating which of course lowered my body temperature and eased up the headache.

I am so grateful as I could do my work without had to feel unwell. There were plenty things to do. After the kids done with their tasks, it was meal time (not snack time). We have meal time once a month where mothers of B class students chosed in pair to cook meal for the kids. School gives Rp.120.000 (about US$12) to provide one dish, fruit & cracker for the kids & the teachers.

Today’s menu is soup that contains carrot, macaroni, sausage and some beef, fish crackers & bananas. The kids bring their own rice.

After school the fever and headache returned. At that time Jojo’s mother came to pay for Jojo’s sister’s registration fee as she is enrolled as new student for the  2011-2012 school year.

Now I don’t know whether she is a chatty person or she missed us so much but one thing for sure she couldn’t stop talking. At the same time I felt my smile fading as I felt unwell and hungry. Lol. Oh, when would she leave? It would be rude to ask her to leave but it seemed unbearable to have her stay either. Lol.

After I had lunch (once she left) I was sweating and this cooled down my body. But it returned at around 11.45 am. I only revealed this to B class teacher.

Then we were asked by headmaster to move the desks, chairs & other stuff out from playgroup class as its floor was being repaired. Oh boy. I carefully watched my step because my body lost its balance ability that I was afraid I’d trip out of losing my balance and fell.

Please, God, help me, I prayed again. Suddenly…

“You better text the parents of your kids and B class kids to inform them that there will be no school on Monday as this work may not done today and have to continue until Monday” said headmaster.

I felt I’d jump and kiss God out of my relief to be freed from the duty to move the things out of playgroup class and could sit in B class, texting the kids’s parents.

All work done at around 1 pm. B class teacher drove me half way and I went on foot to the place where I usually wait to get the car home. It was hot, dry & sunny that I amazed I could have the strength and will to walk. But once I’ve got at my housing complex, I couldn’t walk home. I had no strength. So I took becak / pedicab.

My parents soon realized something must be wrong once they saw me got off becak. I usually walk home whether in hot sunny day or rainy day.

My father insisted to take me to the doctor. A fever without flu, cough or tonsillitis might be an indication of something serious and he wouldn’t take any chance.

“If you still have the fever in 2 days, I give you this letter to take to the laboratory to have your blood check for dengue fever or thypus” the doctor whom have become our doctor for 13 years wrote that letter.

Certainly not. I don’t want to get more money out of my pocket. It’s already cost me Rp.100.000 (US$10) to pay her, antibiotic, fever medicine and vitamin.

It was cloudy. The traffic was completely stuck. How would we go home if there was no car? Tired of standing and started to have dizzy out of seeing so many cars, motorcycle and people made me went to sit on the terrace of a nearby closed store.

God, please help us get home, I whispered half in desperation. Guess what? A car pulled over. It was the car to our housing complex. I am still very amazed to how fast God answered my prayer.

It rained when we got at our housing complex. Though we brought umbrellas but the rain was too big for us to walk through it so we took shelter at the terrace of Indomart. 2-3 minutes later the rain ceased & even stopped allowing us to walk home.

My father hold my hand or otherwise I’d walk in zigzag because I felt dizzy. I sigh in relief once we’ve reached home. Home at last! Thank you, God! It’s been really a long day.

No comments:

Post a Comment