Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Tuesday, June 7, 2011

Ngantuuuukk / Sleeeeepy

Waduh, mata saya sudah berat saat menuliskan jurnal hari Senin (6/6) ini. Tadi siang saya memaksa diri tidak tidur karena mengingat saya harus mencicil menulis raport anak-anak, lalu pekerjaan rutin memindahkan foto dari kamera ke komputer dan flash disk, serta menulis jurnal blog.

Perpisahan merangkap penutupan tahun ajaran 2010-2011 dan bagi rapot akan dilakukan pada Sabtu (25/6). Memang masih jauh tapi lebih baik dicicil dari sekarang itu rapot karena saya masih harus memindahkan catatan di raport anak-anak ke dalam buku induk dan buku SKH semester 2 juga belum saya rapihkan.

Pekerjaan yang tidak rumit. Bahkan cukup menyenangkan. Tapi menyita waktu itu yang membuat guru umumnya jadi senang menunda-nunda sampai didetik-detik terakhir. Berhubung saya tidak suka kerja terbirit-birit dan mengingat saya tidak punya waktu untuk mengerjakannya di waktu mendatang karena saya tidak berada lagi di sekolah ini tahun ajaran mendatang.

Aduh, saya ngantuk banget. Jadi jurnal hari ini singkat dan padat saja ya. Idenya sih banyak yang ada di kepala tapi mata ini yang lagi tidak mau di ajak kompromi. Ini juga sudah jam jam 9.45 malam saat saya mengetik materi jurnal ini.

Upacara lagi. Matahari bersinar cerah pagi tadi. Calvin, anak TK B, langsung girang saat saya berdiri di tempat saya sebagai Pembina Upacara karena dengan demikian tubuh saya memblokir sinar matahari. ‘Asyik, bu guru. Tidak silau lagi’, bisiknya sambil nyengir pada saya. Hehe. Susah payah saya menyembunyikan senyum. Ya, masa sih Pembina Upacaranya cengar cengir didepan sini?

Tapi agaknya tadi pagi banyak cobaan yang membuat saya susah menyembunyikan senyum. Bagaimana tidak? Di awal menyanyikan lagu Indonesia Raya, Noel dengan pedenya (dengan suara lumayan lantang) bernyanyi ‘Indonesia Raya…’ tepat di saat saya dan yang lainnya menyanyi “Indonesia, tanah airku..”. Langsung saja kening saya berkerut dan saya sedikit menggelengkan kepala ke arah anak itu. Eh, dia malah nyengir lebar. Begitu lucu sampai saya nyaris ikut tersenyum.

Kemudian Anggi, anak TK B, yang bertugas sebagai Dirijen nyaris membuat saya tertawa karena mendengar dia mengatakan “Mari teman-teman, kita menyanyikan lagu Dari Sabang Ke Merauke”. Nah lu?? Kok kayaknya bukan begitu deh judul lagunya, Nggi.

Teteh yang berdiri di belakang anak-anak sampai menunduk-nunduk menahan tawa. Mamanya Noel dan Dea malah sudah saling berpandangan untuk kemudian tertawa. Sompret dah ah. Semakin susah saya menahan tawa. Sampai kaku ni pipi rasanya. Hehe.

Kepsek bersikap normal. Ini sudah 3 hari seperti itu. Wah. Betul-betul luar biasa hasil doa orang tua saya. Mereka memang berdoa supaya kepsek tidak jadi alat setan untuk mendukacitakan hati saya dengan berbagai ulah / kata-katanya.

Senangnya bisa bekerja tidak dengan hati yang tegang. Keceriaan saya bahkan sudah hampir kembali seperti semula. Walau bukan berarti saya melepaskan kewaspadaan saya.

Saya menjaga diri untuk tidak seakrab sebelumnya dengan kepsek. Mau tidak mau saya jadi sedikit menjaga jarak. Saya juga tidak sekali pun menyinggung-nyinggung soal pengunduran diri saya di depan beliau. Saya harus tetap waspada. Betul memang Tuhan melindungi saya tapi saya tidak mau ada serangan mendadak di saat saya lengah. Mau tidak mau saya harus seperti itu. Saya juga tidak suka tapi yah, bagaimana lagi…

Ampun, mata saya makin berat nih dan kasur serta teman-temannya yang ada di belakang saya sudah dari tadi memanggil-manggil saya ‘Keke, tidur yuk..’. Hehe. Maunya sih begitu tapi kalau ini tidak diketik sekarang maka besok saya tidak bisa meng-uploadnya ke blog. Perkara orang membaca mengikuti urutan / tidak, itu tergantung seleran mereka tapi yang pasti sebagai penulis dan pemilik blog saya harus disiplin.

Kupret! Mana ada nyamuk lagi! Baru saja dia terbang mendenging dekat telinga saya. Banyak betul ya ‘cobaan’nya malam ini. Hehe. 

Ha, apa ya yang tadi mau saya tulis? Oh ya, kegiatan awal di kelas adalah mengulangi huruf vokal dan konsonan. Sebagian besar sih sudah hafal 26 huruf itu. Wajar saja kalau masih ada yang belum lancar.

Kemudian anak-anak menggunting 4 sedotan dengan warna biru, pink, hijau dan kuning dengan ukuran sedang atau kecil karena nantinya akan dironce menjadi kalung, gelang dan cincin.



Saya pikir kegiatan ini kurang menarik tapi agaknya ini menurut pemikiran orang dewasa. Anak-anak melakukannya dengan penuh semangat dan gembira. Bahkan kami tertawa-tawa karena sedotan itu melompat saat di gunting. Pokoknya seru deh.


Haduh apa lagi ya? Otak saya mulai buntu. Saya harus lihat foto supaya ingat runtutan kronologis kejadian di kelas tadi pagi.

Menebalkan dan menulis angka 8. Gambar tangan dan boneka salju diwarnai.


Mengerjakan soal tambah-tambahan dengan 1 menjadi tugas berikutnya. Saya sudah mengajari mereka pengurangan dan hari ini mulai penambahan. Tapi saya membatasi pengurangan dan penambahan itu hanya sampai dengan 5. Yang penting mereka sudah tahu konsepnya.


“Tulis angka 8, Justin” saya terheran-heran menatap bocah itu yang tampak kebingungan memeras otaknya mencari bentuk angka 8. Ini merupakan penemuan baru bagi saya karena sebelum mengerjakan soal penambahan, anak-anak menebalkan dan menulis angka 8 sebegitu banyak. Lha, apa anak-anak tertentu mengerjakannya tanpa mengetahui apa yang sedang dikerjakannya itu? Kalau melihat reaksi Justin, rasanya sih demikian.

Jadi kini bukan hanya Kelvin yang harus memelototi papan tulis yang saya tulisi dengan angka 1 sampai 10 untuk menemukan angka yang harus ditulisnya. Justin juga. 

Di jam makan bekal…

“Bu, saya tidak bawa makanan” lapor Stevanky tiba-tiba. Wah. Gimana nih orang rumah? Kok bisa sampai lupa.

“Nak, nak, kalian bagi-bagi bekal dong ke Fanky. Dia tidak bawa bekal makanan” saya langsung memasang pengumuman. Ini memang selalu saya lakukan setiap kali ada yang lupa membawa bekal makanan untuk melatih mereka saling berempati, memperhatikan dan menolong.

Detik berikutnya saya mendapati pemandangan yang membuat saya senang tapi juga mendapat hal-hal yang bisa saya jadikan pelajaran.

Teman-teman Stevanky spontan mendatanginya. Masing-masing menyisihkan bekalnya sampai akhirnya Stevanky harus menolak karena dia menerima terlalu banyak makanan dari teman-temannya itu.

Saya menekuri pemandangan di depan mata saya itu. Stevanky adalah anak yang pendiam tapi berinisiatif untuk menjadi asisten saya di kelas tanpa saya minta. Saya pernah bercerita bagaimana saya beberapa kali menabraknya saat saya sibuk kasak kusuk antara berpindah-pindah dari satu anak ke anak lainnya untuk mengawasi atau menolong mereka. Tepat pada saat itu Stevanky juga sedang sibuk kasak kusuk membagikan buku ke teman, mengawasi & menolong teman-temannya.

Di luar itu Stevanky bukanlah anak yang gemar mengobrol atau melucu sehingga aneh juga melihat bagaimana teman-temannya begitu cepat meresponi permintaan saya untuk membagi bekal mereka padanya.

Sebelumnya sudah beberapa kali ada anak yang lupa membawa bekal dan setiap kali itu pula saya akan meminta anak-anak yang lain untuk mau membagi bekal mereka ke anak tsb. Tapi saya memperhatikan tidak semua akan tergerak untuk melakukan hal itu. Jadi aneh juga melihat bagaimana anak yang saya nilai pendiam ternyata bisa memberi kesan baik di mata teman-temannya.

Pulang sekolah wali kelas TK B menemui saya "Ke, boleh pake kelas kamu buat latihan nari ya?". Ok aja kok bu. Jadi 4 orang anak TK B pun berlatih menari Jaranan di dalam kelas saya.



Aih, mulut saya sudah menguap entah berapa kali macam buaya saja. Hehe. Masih harus pula menerjemahkan isi jurnal ini.  Mudah-mudahan saja otak saya masih sanggup bekerja karena biasanya kalau saya sedang capek, marah, tidak sehat atau ngantuk, kemampuan bahasa Inggris saya ikut terpengaruh.

Prakk! Nah, baru saja saya berhasil menepok nyamuk yang tadi terbang mendenging dekat telinga saya. Mudah-mudahan tidak ada lagi temannya yang lain yang berkeliaran di kamar ini.

Aduh, sudah ya. Saya betul-betul mau tidur sekarang. Dahhh!!
________________________________________________________________________

I’m so sleepy when I type this journal. It’s 9.45 pm when I start to write today’s journal (Monday, June 6th). I didn’t nap because I thought I’d rather use my nap time to write the kids’s report books. The due date is Saturday, June 25th for the report books to be given to the parents but I thought I’d not do it all at once to make it less stressfull.

Part of the reason I decided to write 3 reports every afternoon or evening is because I also have to copy them to student’s book & there’s daily teaching report book that needed to write. Not to mention my regular journal writing and copying the photos to the computer and flash disk (USB).

This Monday’s flag ceremony seemed to bring many temptation to make me laugh. I was the Chief of Ceremony so I should put my ‘Chief of Ceremony’ face. But how hard it was. The first one is Calvin who looked so happy when I stood infront of him as my body blocked the sun so it didn’t blind his eyes.

After that Noel sang very confidently and quite loud our national antheme. The problem is he sang the wrong part of it. I signaled him to shut up & he grinned broadly that made me nearly smiled to him.

The last is Anggi who misspelled the song’s title. It was just a tiny mistake but it changed the meaning of the whole sentence. The cleaning lady bowed her head down to hide her laugh. Noel’s mother along with Dea’s mother looked with that puzzled look at each other before they too laugh quietly. I saw all that and it really tickled me.

Headmaster has been acting normal in the past 3 days. I’m so relief and glad my parents prayer made headmaster does not behave or say hurtful things so she does not troubled me.

It feels so good to work with light feelings. I even have my joy back. But I’m still on guard. I think I should despite the fact that God has protect me against any evil working through headmaster attitude or words. I just don’t want to be caught off guard. That is why I deliberately keep a distance with headmaster. I don’t like it but what choice do I have?
Ah man, I’m so sleepy and the bed along with the pillows have been calling me “Keke, come on. Come to bed”. Lol. I think I’m making this journal short.

Darn! A mosquito just flew near my ear. Great. It’s quite a challenge for me to type today’s journal.

I started class activites by refreshing the kids’s memory with alphabets. Most of them can remember those 26 letters well. It’s understandable to have few who haven’t able to memorize all of the letters.

After that I gave the kids 4 straws with 4 colors (pink, blue, green and yellow). They should cut it to make it necklace, bracelet and ring. I didn’t know this would bring such excitement & joy to the kids. In my adult’s mind this activity seemed so simple and uninteresting. But not to them. We even ended up laughing everytime small piece of a straw jumped to the floor after it was cut.

The next task is to write the number 8 and color the hands & snowman.

The last one is do additional with 1.

“Write the number 8, Justin” it became quite a discovery for me to see how Justin couldn’t remember the number. They just wrote so many eights few minutes earlier that it made me wonder if a kid could do something without really realize what he or she is doing.

So it wasn’t just Kelvin who had to count the number from 1 to find the number he had to write on the book.

“I didn’t bring any snack” said Stevanky to me during snack time.

“Kids, could you share your snack with Stevanky? He doesn’t bring any snack” I always ask the kids this whenever a kid in my class didn’t bring his or her own snack to teach them about giving, helping and emphaty.

It was really interesting to see how many of Stevanky’s classmates came to him to offer him their snacks that he had to said no because he was getting lots of snacks.

I watched this and knew I found another thing to note down because Stevanky is a quiet kid. He is not funny either. But seeing his classmates respond shown that they like him.

It’s true that on his own initiative, Stevanky has been doing his round as my assistant in class. He would give the books to his classmates or explain to them if he sees them having problem understanding tasks.

Because of this I’ve bumped into him several class because both of us were busy moving around in class.

It is neat to see how a quiet kid has actually gained respect from his friends and become likeable if not said loveable as well.

After school B class teacher came to me "Could I have dance rehearsal in your classroom?". Sure. So 4 B class kids had their dance rehearsal in my classroom.

Oh gosh, I don’t know how many times I have yawned. My mouth opened so wide that I feel like an alligator. I really need to go to sleep now.

Smack! There! I just smacked the mosquito that flew near my ears few minutes ago. I hope it doesn’t bring his friends to my room.

Gotta go now. Really need to go to bed. See ya!

No comments:

Post a Comment