Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Sunday, June 5, 2011

Ikon, aset & apresiasi / Icon, Asset & Appreciation


Wah, setiap kali saya bertemu dengan orang tua murid Jumat ini (3/6) ini mereka langsung menanyakan soal sms saya kemarin yang memberitahukan soal pengunduran diri saya sebagai guru di sekolah ini terhitung mulai 1 Juli 2011.

“Betul, bu?”

“Wah, terus yang ngajar TK A nanti siapa?”

“Pindah kerja kemana, bu?”

“Ngajar di mana?”

“Anak-anak pasti kehilangan ibu nantinya”

“Kalau kangen gimana?”

“Kenapa kok berhenti, bu?”

“Wah, …. (nama sekolah tempat saya mengajar ini) kehilangan guru paling favorit dong”

Bahkan kemarin Ogut, mamanya Nico, dalam sms balasannya kepada saya menulis “waduh, ibu kan ikonnya sekolah kita”

Yah, bikin saya makin sedih saja. Hehe.

Tapi saya menganggap perkataan mereka mengatakan kepada saya bagaimana citra saya sebenarnya di mata mereka. Saya tahu saya guru yang paling dekat dengan anak-anak dan bisa gaul dengan ortu murid mana pun. Tapi disebut sebagai ikon sekolah?! Wow! Tidak saya duga sama sekali.

Selama 6 tahun saya bekerja di sini tidak pernah terlintas sedikit pun di benak saya bahwa saya menjadi ikon sekolah ini. Bahwa saya memang guru paling favorit, itu saya tahu. Tapi tidak sampai sejauh itu saya menilai bahwa diri saya sampai layak untuk di sebut ikon sekolah. Atau mungkin selama ini saya tidak menyadari bahwa ‘Ibu Keke’ identik dengan nama TK ini.

Apakah itu berpengaruh terhadap sekolah? Saya rasa iya karena beberapa kali murid baru yang mendaftar di sekolah ini bertanya siapa yang namanya Ibu Keke. Bahkan ada yang sampai bertanya apakah anaknya nanti akan berada di kelas yang diajar oleh Ibu Keke.

Saya tidak mengatakan semua ini dengan maksud untuk menepuk-nepuk dada membanggakan diri saya. Tidak begitu.

Saya menceritakan ini dengan maksud bila anda kebetulan adalah seorang atasan di kantor atau seorang pemilik perusahaan atau suatu usaha dalam bentuk apa pun dan kebetulan ada seorang anak buah atau karyawan anda yang menonjol karena performa kerjanya yang baik sampai reputasinya itu ‘berkibar’ kemana-mana, maka dia adalah asset bagi anda dan kantor, perusahaan, usaha anda.

6 tahun saya bekerja di sekolah taman kanak-kanak ini. Dari sekitar 10 tempat kerja yang pernah saya ‘singgahi’, tidak ada yang sampai selama ini. Selama 6 tahun itu sekalipun saya tidak terlepas dari melakukan kesalahan tapi performa kerja saya bisa dikatakan baik. Bahkan saya menjadi tenaga kerja yang kemudian cukup diandalkan karena saya bukan cuma bisa mengajar. Saya menangani juga pekerjaan administrasi.

“Bu … (nama kepsek) tidak mengakui bahwa selama ini bu Keke sudah jadi andalannya” itu kata mama Clarissa dalam smsnya kemarin.

Itu benar. Tapi sebetulnya saya tidak perlu pengakuan. Saya hanya ingin kepsek memandang saya, wali kelas TK B dan teteh sebagai asset berharga yang dimilikinya dan juga bagi sekolah.

Tapi yang kami dapatkan selama ini adalah sikap, perilaku dan kata-kata kepsek yang kerap ‘mengecilkan’ kami. Padahal kami adalah satu tim. Kami saling membutuhkan. Seharusnya kelemahan dan kekurangan yang satu bisa ditutupi oleh kelebihan yang lain. Maka seharusnya ada rasa saling menghormati pula. 

Kepsek membutuhkan kami tapi kami juga yang paling sering menjadi sasaran celaan, kritikan dan bahkan hinaannya. Itu yang kadang sulit bisa kami terima. Bukankah sikap dan kebiasaannya itu merugikan dirinya sendiri? Untuk kemudian tentunya merugikan sekolah.

Bagaimana tidak menjadi merugikan karena sikap dan kebiasaan ‘mengecilkan’ bawahannya itu bagaikan memberi kami amunisi yang memacu semangat kami untuk berupaya mencari pekerjaan lain.

Haraplah mengerti bahwa setelah 6 tahun menghadapi kepsek dengan segala kelakuan dan kepribadiannya itu, saya merindukan bekerja dengan orang-orang yang memiliki kebijaksanaan, kerendahan hati dan rasa saling menghormati serta menghargai sesamanya.

Dalam jurnal saya sebelumnya saya menuliskan bahwa saya seorang yang lebih suka belajar dari pengalaman dan dari orang-orang yang saya temui karena segudang khotbah tidak akan berpengaruh cukup besar bagi saya.

 Jadi percuma saja kalau anda mau mengocehi saya panjang lebar. Tentu saja saya tetap akan menampung ocehan anda karena saya menghargai atau menghormati anda tapi belum tentu semua itu masuk ke otak saya.

Namun kalau sikap, perilaku dan kebiasaan anda sejalan dengan apa yang anda ocehkan kepada saya maka barulah saya betul-betul memperhatikan, mengingat dan menirunya. Jadi bukan karena ocehan anda, melainkan dari apa yang anda tunjukkan kepada saya melalui sikap dan perilaku anda. Itu yang paling berarti untuk orang seperti saya.

Bagaimana bila seorang karyawan yang setia bekerja selama 6 tahun dan tiba-tiba mengundurkan diri. Tidakkah itu mengagetkan atasan mana pun? Tidakkah itu membuat siapa pun ingin mengetahui apa sebabnya. Tapi tidak sekalipun kepsek menanyakannya.

Bah, jangankan itu. Ayah saya yang jelas-jelas diketahuinya sakit hernia & rencananya akan di operasi pun tidak mampu menggerakkan hatinya untuk menanyakan bagaimana kabar / keadaan ayah saya itu.

Bahkan omelan & muka cemberut yang saya dapatkan saat saya menyampaikan pengunduran diri saya. Menyusul gerutuan ‘sekarepe dewe (seenaknya saja)’ mengatai saya. Padahal bagaimana dia bisa berkata demikian?

Apanya yang saya perbuat yang bisa dinilainya sebagai suatu tindakan 'seenaknya saja'? Saya mengundurkan diri mulai 1 Juli dan itu saya sampaikan pada tanggal 1 Juni lalu. Perpisahan akan diadakan pada 25 Juni dan tahun ajaran baru akan dimulai pada pertengahan Juli.

Artinya ada waktu sebulan setengah untuk mencari guru baru. Saya tidak mendadak mengundurkan diri. Semua sesuai aturan kok. Jadi aneh kalau saya bisa dibilang seenaknya sendiri. Lha, siapa yang masuk ke kelas saya tanpa permisi? Siapa yang langsung mengambil alih kelas saya tanpa permisi? Siapa yang mengusir saya tepat di tengah-tengah latihan menari yang sedang saya lakukan minggu lalu? Jadi siapa itu yang bertindak 'sekarepe dewe'?

Pagi ini saja kuping saya sudah merah lagi mendengar teteh mengadu bahwa kepsek mengatakan bagaimana saya bisa tahan bekerja sampai sore kalau di sekolah saja sulit tahan sampai jam 12 siang.

Lho? Dulu pun sebelum saya bekerja di sini saya bekerja kantoran. Kenapa saya bisa tahan bekerja dari pagi sampai sore? Atau mau lembur sampai malam? Pertama karena gajinya seimbang. Apa dikiranya saya akan menerima pekerjaan ditempat ini kalau gajinya sama dengan gaji yang saya terima di sekolah sementara jam kerjanya lebih panjang dan tempatnya lebih jauh?

Tapi dari sini saya melihat sekali lagi kepsek ‘mengecilkan’ bawahannya. Mungkin dikiranya saya tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan yang membayar saya lebih tinggi dari yang saya terima di sekolah ini. Hah! Lihat apa yang terjadi sekarang! Diri saya tidaklah serendah seperti yang dipikirkannya.

Jumat ini di awal kegiatan saya menunjukkan kata-kata yang mempunyai suku kata sama (si) lalu menerangkan tentang pengurangan sebelum memberi tugas pengurangan dengan 5.


Kelvin betul-betul berusaha tapi keriting juga saya karena dia masih belum hafal juga angka 1 sampai 10 jadi harus saya tulis angka-angka itu di papan tulis dan minta dia menghitung angka itu secara berurutan setiap kali dia lupa pada angka tertentu.



Menulis angka 8. Lalu mewarnai 8 gambar ikan.



Hehe, asisten kecil saya, Stevanky, seperti biasa begitu selesai mengerjakan semua tugasnya dia langsung berinisiatif untuk memantau teman-temannya yang belum selesai mengerjakan tugas mereka untuk menolong. 


Gayanya itu lho yang membuat saya tersenyum karena dia akan mengatakan 'coba lihat... ini harus dikerjakan seperti ini' atau dia akan mengatakan 'pintar' menirukan gaya saya. Ah, saya betul-betul akan kehilangan anak-anak ini. Kecuali... nak, nak, mau ga ikut sama bu Keke? sekolahnya nanti di GK saja ya. Wkwkwkwk... pembajakan.. hehe.


Sayangnya saya tidak membuat foto saat kami pergi ke lapangan. Soalnya kepsek ikut dan saya memutuskan untuk tidak membawa kamera saya karena tidak mau nanti iblis mengganggu saya lewat entah komentar apa yang mungkin diucapkan kepsek didepan atau dibelakang saya saat atau setelah melihat saya memotreti anak-anak.

Sayang sekali kehilangan momen karena anak-anak bermain bulutangkis hari ini. Wah, ini gara-gara walli kelas TK B yang diare sehingga tidak bisa menyertai kami. Sebagai gantinya kepsek yang pergi. Yaaaahhhh….. merusak suasana dah.
___________________________________________________________________


Everytime I met parents / moms of the kids in my class this Friday morning (June 3rd) they asked me questions regarding my text yesterday informing them about my resignation that will come effectively since July 1st, 2011.

“Is it true?”

“Who’s going to teach your class after you resign?”

“Why did you resign?”

“Where will you be working?”

“Are you going to teach somewhere else?”

“The kids are going to miss their most beloved teacher”

“Aren’t you going to miss them?”

“… (name of this kindergarten) is going to miss its most loveable and favourite teacher”

Man, those questions make me feel more sad.

However, I never thought I’ve such an image on them. Yesterday in her text to me Nico’s mother even called me school’s icon. Gosh, I knew I’m closed with the kids and get along well with any parents but never cross my mind that somehow that earned me to be called as this school’s icon. Lol.

Would it bring any impact on school? Of course, because I’ve heard people said they’ve heard about my name or asked if their kids would be placed in my class.

I am not saying this to show myself off. No such thing. I am not cocky.

I just want to show you that if you are a boss in your office or you own a company or run your own business & one of your employees or workers have a good reputation that is spreading everywhere then it means that person is an asset for you and your company or business.

For 6 years I work in this school I’ve never got that impression that we’re assets to school and to headmaster. For 6 years I’ve given my best to this school and to headmaster though like any other living human being, I’ve my imperfectness too.

“She doesn’t admit it that you’ve become her reliable worker” said Clarissa’s mother in her text to me yesterday.

I don’t need acknowledgement. I just wish headmaster would treat me, B class teacher and school’s cleaning lady with respect. After all, we’re team. We’re in this together. We need each other. Therefore we should respect and appreciate each other.

But all she did and does to us is belittling us. She didn’t and probably doesn’t realize it wouldn’t do any good for her nor for school because she has given us determination to find another job.

After 6 years working for someone who tends to ‘belittling’ her coworkers & employees, I am in need to find people who can respect respect & appreciation toward their coworker or employees. 

The people at the church seem to have it though I’m still cautious about the fact that none of any living human being is perfect but at least they seem much better than headmaster who didn’t & hasn’t even bothered to ask the reason why I decided to resign after 6 years working here and seemed to love the job. She didn’t and doesn’t even ask about my father who has hernia and will be undergo a surgery to fix it.

I am a person who prefers to learn from life experience and from the people I meet. Now I need to have people who set good example.

Anyway, I gave the kids 3 tasks. One is to do subtraction. Kelvin drove me mad because though he tried hard on subtraction he still unable to remember numbers from 1 to 10 so I had to write those numbers on the whiteboard & asked him to count from 1 whenever he needed to find a number but forgot what was the number.

Next is write the number 8 and color the 8 fishes.

My little assistant, Stevanky, would do his round by checking on his classmates who haven't done with their tasks to assist them. He does it on his own initiative. It's funny though to see how he would imitate my teaching style, including giving praise to his classmate who can do something well. I definitely will miss them. Hey kids, would you all go with me and study at the church where I'll be working? That way we all can still be together. Lol. 

I feel sorry I missed the moment during our P.E. at the volleyball court this morning. B class teacher had diarrhea so headmaster replaced her. It is why I didn’t bring the camera because I just didn’t want to hear any evil words spoken from her mouth infront or behind my back when she saw me took picture of the kids doing P.E.

I’ve heard how she said to the cleaning lady about how she thought I could work till 4 pm when I haven’t even stayed till noon in this school. Whoa! I laughed it out loud. Did she forget that I’ve worked in offices from morning to afternoon and sometime even did overtime till 10 pm? But they paid me well to compensate the long office hour.

But her words shown how she ‘belittled’ her employee again. She must be thought I’d not find any job that gives me salary any higher than the one I’ve got in this school. 

No comments:

Post a Comment