Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, June 27, 2011

Keselamatan & Keamanan / Safety First

Rabu ini (22/6) saya kaget melihat gerendel di pintu wc sekolah yang sudah berganti. Yang lama warnanya putih keabuan. Yang baru ini coklat. Tapi bukan perkara warna yang menjadi kejutan.


Gerendel lama patah karena Charlos, seorang anak TK B, lari menerjang pintu wc yang sedang terkunci (tentunya saat itu sedang ada orang di dalam wc). Gerendel yang terbuat dari plastik itu langsung patah. Peristiwa ini terjadi pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. Jadi selama sekitar 8 bulan pintu wc sekolah tidak bergerendel. Artinya pintu itu tidak bisa di kunci dari dalam kalau kita sedang berada di dalam wc saat sedang BAK / BAB.

Hm. Tidak heran kan kalau saya memilih segera pipis setelah saya sampai di sekolah karena pada jam 7 pagi belum ada murid yang datang. Atau pipis pada sekitar jam 11 setelah semua murid dan ortu murid pulang. Jadi tidak usah buang hajat dengan hati was-was takut tiba-tiba pintu di dorong dari luar oleh orang yang ingin buang hajat juga. Hehe.

Jadi pelajaran, saudara-saudara, kalau mau mendirikan sekolah sebaiknya meja kursi di pantek mati ke lantai supaya tidak mudah bergeser-geser, lemari-loker buatlah dari kayu jati yang kuat dan berat atau sekalian dari besi supaya kalau didorong / ditabrak tidak ada resiko bisa jatuh roboh.

Lalu pintu, kunci dan gerendelnya sebaiknya juga terbuat dari besi supaya tidak mudah patah, bengkok, bolong dan jebol. Hehe.

Ini hasil pengamatan saya setelah bekerja 6 tahun di sekolah. Kita tidak bisa mengatakan bahwa anak kecil tidak punya tenaga. Wih, belum lihat sih bagaimana sandaran kursi yang terbuat dari kayu bisa patah oleh seorang anak, gerendel pintu juga patah karena di tabrak seorang anak. Dan anak-anak ini bukan anak yang berfisik tinggi besar. Anak-anak yang saya maksud ini bertubuh pendek cenderung kurus.

Jadi bukan suatu gurauan atau lebay kalau saya menulis benda-benda yang ada di sekolah sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang kita tahu tidak mudah rusak dan berbobot berat sehingga tidak mudah digeser / diangkat oleh anak.

Anda tidak akan bisa menduga apa yang akan dilakukan oleh seorang anak saat dia sedang bermain dengan teman-temannya atau yang sedang mengamuk. Seorang anak bukanlah orang dewasa yang akan berpikir apakah tindakannya akan membahayakan / menyakiti dirinya, orang lain atau benda-benda disekitarnya.

Kita orang-orang dewasa yang lebih berakal budi yang harus membuat supaya lingkungan di mana anak berada menjadi aman walau tidak berarti bisa betul-betul 100% aman.

Sudah pernahkah anda mendengar / melihat anak yang sampai harus di bawa ke dokter karena memasukkan kelereng (gundu) atau baterei ke dalam lubang hidungnya? Seorang murid di kelas saya pernah memasukkan kelereng ke dalam lubang hidungnya sampai harus dibawa ke dokter. Anak yang lain pernah saya dengar memasukkan baterei ke hidungnya.

Anak memang penuh dengan keajaiban. Melihat mereka akan membuat kita mengagumi keagungan Tuhan. Tapi mereka juga akan membuat kita terheran-heran tapi bukan karena kagum, melainkan karena tidak bisa mengerti apa yang ada dalam benak pikiran mereka saat misalnya seorang anak menjejalkan (dengan sengaja, tanpa paksaan dan secara sadar) kelereng / baterei ke dalam lubang hidungnya.

Percayalah bahwa  ada hal-hal tertentu yang membuat saya memutuskan tidak ingin mempunyai anak. Salah satunya adalah karena saya tidak ingin menghadapi ‘keajaiban’ anak. Cukuplah saya harus menghadapi dan berurusan dengan ‘keajaiban’ itu di sekolah. Tidak sanggup rasanya kalau saya harus pula menghadapinya di rumah dengan anak sendiri. Bisa makin tipis urat syaraf saya nantinya. Hehe.

Kegiatan hari ini saya mulai dengan latihan menari. Weh, kepsek masuk. Lalu… biasa… lebih ngatur dari pada wali kelas ybs. Saya diam saja. Tapi ketika beliau tidak berhenti juga mencela ini, menertawakan itu, wah, tidak tahan juga saya akhirnya.

“Bu, kalau mau sempurna, mending anak TK A sekalian tidak usah ada tarian” tukas saya kesal. Lha, iyalah. Pikir sendiri dong. Ini kan anak umur 4-5 tahun. Kira-kira masuk akal tidak kalau kita berharap dan menuntut mereka untuk bisa melakukan segala hal dengan sempurna atau harus sesuai standard kita orang dewasa?

Ini bukan soal kesempurnaan, cing. Ini soal mendidik anak-anak itu untuk berani tampil di depan umum dan supaya mereka menyukai seni.

Lebih di atas segalanya, saya ingin mereka menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Selain juga supaya membuat mereka merasa menjadi bagian dari suatu acara dengan cara berpartisipasi secara langsung. Kami tidak mencari kesempurnaan atau pujian.

“Ini maju banget ke depan nanti bagaimana di panggung?” eh, kepsek masih juga berkomentar “pada jatuh semua dari panggung”

“Ah, lebay” tukas saya “masa sih mereka tidak bisa mengukur gerakannya dan membiarkan diri jatuh dari atas panggung?”. Dalam hati saya berpikir aduh, mbok ya kalau mau ngomong itu mikir dulu dong. Atau kalau mau ngeledek, jangan begitu ledekannya. Bikin nyolot saya saja. Hehe. Soalnya yang dicela dan diledek itu anak murid saya. Tidak rela saya mereka dicela, diledek dan ditertawakan oleh kepsek. Anak-anak itu tidak bisa membela diri mereka. Tapi saya bisa dan saya tidak akan membiarkan siapa pun meledek mereka.

Kegiatan di kelas baru bisa di mulai jam 9.15. Saya tidak akan membiarkan latihan mulur sampai melebihi jam 9. Tapi ya… gitu deh. Ngebutlah kami mengerjakan 4 tugas. Awalnya menebalkan alphabet dengan krayon.




Mewarnai 10 lebah berikut sarangnya.



Menulis & menghubungkan garis pada huruf ‘b-a-l-o-n’.



Tugas terakhir menggunting & menempel angka sesuai dengan urutannya.



Pulangnya saya membiarkan karpet masih tergelar karena akan mengatur buku-buku paket milik masing-masing anak. Masuk ke kantong plastik yang saya beri nama tiap anak. Lalu simpan di keranjang loker masing-masing anak. Besok biarlah mereka sendiri yang akan memasukkan isi keranjang itu ke dalam kantong plastiknya.




Sekalian juga memotret beberapa hadiah untuk anak kelas TK B yang mendapat nilai 80 sampai 100 untuk ulangan bahasa Inggris mereka. Ini adalah hadiah terakhir untuk ulangan bahasa Inggris terakhir.


Sedang asyik-asyik memasukkan kantong-kantong plastik itu dan memotret hadiah untuk anak TK B, tiba-tiba saya mendengar suara-suara dari kelas TK B. Oh, rupanya ‘tetangga’ juga sedang asyik bebenah dan geser-geser lemari. Nah, lihat bagaimana tampak kelas TK B dan kelas saya yang sebenarnya satu ruangan besar dipisah hanya oleh lemari-lemari.


Lemari disebelah kanan dalam foto-foto ini adalah lemari di kelas saya. Jadi di balik lemari itu adalah ruang kelas saya. Untuk jelasnya saya membuat foto lagi dari dalam kelas saya yang menunjukkan lemari TK B yang sudah di pepet ke tembok. Kini ke dua kelas A dan B hanya dipisahkan oleh lemari-lemari di kelas saya.

___________________________________________________________________
I’ve got a surprise this Wednesday morning (June 22nd) when I was inside school’s toilet because I saw its door’s latch has been replaced.

The thing that surprised me wasn’t the color of this new latch but the fact that since it was broken after Charlos, a B class student, ran and deliberately smashed himself on the locked door which instantly broke the plastic latch on Tuesday morning, October 26th, 2010. Ever since that incident the old broken latch was remained on the door so anyone had to do whatever their nature business in the toilet without have to able to lock the door.

It is why I prefer to go to the toilet at 7 am after I got in school because nobody has arrived and therefore I could do pee without have to worry anyone might suddenly push the door from outside not knowing I was in there. Or I’d do after everyone but us has gone home.

Well, experience is still the best teacher. Because from my 6 years teaching experience I know that if I shall have my own school I will make the shelves, doors, gates even desks and chairs from uneasily broken or bent materials. It should be heavy to prevent it not only so it won’t be easily broken, bent or dent but so it won’t be easily moved or fall off should a kid or kids run into it.

Believe me, I know what I’m talking about seeing it myself how a kid who’s not tall or big could broke things when he / she played or angry.

I have said it before that kids are magical. There are things about them that can make us gasp our amazement. But it’s not just the amazement for adoring God’s creation on human being but it’s also the amazement of how they could do unexplainable stuff such as when a kid stuffed a marble or battery into her / his nostril. It really happened. The first one was done by a girl in my class while the last was done by other older kid.

So precaution is definitely high on the agenda when you have kids around. Safety first. But that is one of the reason why I don’t want to have kid of my own. I just can’t have things that can eating my nerve. It is enough to have it in school. Don’t want to deal with it at home too.

I started class with having dance rehearsal. Once again headmaster intervened. I was able to remain quiet until she started criticizing, protesting & laughing at the way the kids dance.

“If we want to have perfection they’d better not have any dance at all” I snapped at her. Man, we don’t look for perfection. I am building the kids’s self confidence to perform on stage. I want them to feel they’re taking part in something. I want them to enjoy the things they’re doing, having fun with it & get a chance to love the art, the music. The whole business is not about perfection!

“They’d fall off the stage if they move like this” but headmaster kept her critical attitude upon seeing the kids moved forward until the front line nearly touched the lockers.

“Oh don’t get so exaggerate” I didn’t care what she’d think of my talkback to her “they would know to calculate their moves so they won’t fall off the stage once they dance on stage”. Of course they will. They’re not dumb. If she wanted to make it as a tease, don’t make such a tease. The kids didn’t know how to defend themselves from that kind of tease and that is exactly what made me defend them. Nobody messes up with my kids. Nobody!

Class activities started at 9.15 am. I didn’t plan to get it 15 minutes late but yeah.. you know why. Anyway, it started with write the alphabets using their crayons.

Followed by colored the 10 bees, writing and draw the lines to the letters b-a-l-o-n (balloon) & the last is cut, arranged & sticked the numbers into the right order.

After the kids went home I let the red carpet unfolded as I wanted to put their books into the white plastic bags. After that I placed them in the kids’s locker.

In the meantime I heard sounds from B classroom. Oh, so B class teacher and the cleaning lady were moving 2 lockers. They are placed infront of the class so they cover the class’s whiteboard. I made a photo that shows how they look like from my classroom.

You can see from the photos that it’s actually one big room divided into 2 classrooms by lockers and cabinets. The lockers in the right is the ones in my classroom.

No comments:

Post a Comment