Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Tuesday, May 3, 2011

Injustice


“O.R. mau kemana nih, Ke?” tanya wali kelas TK B Jumat pagi ini (29/4).

“Jalan” jawaban saya mengambang karena saya sendiri tidak yakin dengan apa yang akan terjadi hari ini karena beberapa kali terjadi bahwa sekali pun kami sudah menyepakati sesuatu tapi bisa tiba-tiba berubah kalau kepsek muncul dan memberikan keputusannya yang artinya apa pun yang terjadi, semua harus tunduk dan menaati keputusan itu “Pagi ini cerah. Semalam tidak hujan”. Tapi ya que sera sera. Lihat saja nanti.

Eh, ternyata tidak ada gangguan. Jadi berangkatlah kami menuju perumahan lain yang lokasinya berada tidak jauh dari sekolah.

Masuk ke perumahan Alam Tirta / Entering a housing complex near school
Kami berhenti beberapa kali karena wali kelas TK B menerangkan tentang tanaman yang kami temui sepanjang jalan. Ada tanaman bunga kenanga, sirih, kemangi dan tentunya padi di sawah serta ladang.

Ini pohon kenanga
Saya bersyukur kami tinggal di daerah pinggiran Bogor sehingga alamnya masih banyak yang bersuasana alami khas pedesaan.



“Mau kemana lagi nih, Ke?” di tengah kompleks perumahan itu wali kelas TK B lagi-lagi bertanya pada saya “Balik ke sekolah?”.

“Belum juga jam 8.30” saya melihat jam tangan saya.

“Ah, jangan dulu, bu” tambah teteh yang ikut menyertai kami “Bosan terus-terusan di sekolah. Ngapain mau cepat-cepat balik?”

“Terus kita mau kemana?” saya yang buta lokasi bertanya “Kalau lurus terus nanti tembus kemana?”

“Ke rumah saya” wali kelas TK B nyengir.

“Emang bisa?” wah, rumah doi kan ada di kompleks perumahan di mana sekolah berlokasi

“Ya bisa. Kita memutar. Tapi jauh”

“Ga kok” sanggah teteh “Itu kelihatan warung…” disebutkannya nama seseorang yang cuma mereka berdua yang kenal. Tapi sambil menunjuk satu rumah yang tampak di atas bukit di kejauhan “Itu kan tidak jauh dari rumah ibu”.

“Anak-anak kuat tidak ya?” saya menatap rumah itu. Jaraknya tidak terlalu jauh untuk ukuran kami orang dewasa yang sudah terbiasa berjalan kaki menempuh jarak jauh tapi kami membawa serombongan anak umur 5-6 tahun.

“Kuat” teteh berkata dengan yakin “Kalau main kejar-kejaran bisa kuat berjam-jam kok”

“Kalau begitu, cabut, coy” saya mengambil keputusan.

Jalur yang kami lalui berikutnya melewati jalan raya yang di satu sisinya masih dijadikan lokasi persawahan. Semua menikmati pemandangan dan perjalanan melewati jalan raya sehingga keluhan kepanasan tidak sering terdengar.







Matahari memang bersinar cerah walaupun tidak menyengat. Karena mengingat kemampuan anak maka sekali saya mengajak anak-anak TK A duduk sebentar di sebuah pos kamling berbentuk dangau sembari menyempatkan diri berfoto ria. Hehe.

Resting in a bamboo tiny hut. Keke with the kids / Istirahan dulu ah
Yang merusak suasana adalah saat Dea jatuh. Nah, anak-anak itu kalau belum jatuh, belum benjol, belum berdarah dan terasa sakit, omongan dan teriakan kita di anggap angin lalu. Di suruh untuk tetap ada dalam barisan, malah lari sendiri memisahkan diri karena latah meniru beberapa anak TK B yang berbuat demikian. Akibatnya? Kulit lutut robek karena jatuh di jalan yang berbatu. Hm…, sedap.

Kami tiba di sekolah jam 9. Wali kelas TK B sudah senewen karenanya. Takut kami di omeli kepsek. Tapi rupanya perhatian kepsek sudah terlalu tersita pada Dea sehingga luputlah kami dari teguran atau interogasi. Syukur deh.

Saya memberi 3 tugas pada anak-anak. Yang pertama adalah mewarnai gambar setelah sebelumnya saya menerangkan tentang mengapa harus berhenti bermain di luar rumah setelah matahari terbenam. Tidak dengan memberi alasan ‘banyak setan’ tapi banyak nyamuk dan udara mulai dingin. 



Lalu menyusun pola b-k-b-k pada gambar balon udara yang besar dan kecil.


Terakhir adalah memberi tanda ceklis (v) anak yang mengetahui barang miliknya sendiri dan silang (x) pada anak yang tidak mengetahui barang kepunyaannya.


Jam 9.30 saya pindah ke kelas TK B untuk mengajar bahasa Inggris. Tapi saat saya kembali 5 menit sebelum jam 10, menggonggonglah saya setelah melihat hasil pekerjaan beberapa anak yang setengah jalan tapi sudah dikumpulkan. "Sudah bu guru katakan, jangan kerja setengah jalan. Bu guru tidak suka pekerjaan seperti ini jadi selesaikan dulu apa yang belum selesai" dan saya kembalikan buku-buku mereka.

Pada saat jam makan, saya tersentuh juga karena anak-anak itu membagikan bekalnya pada saya  dan saya perhatikan mereka lebih terdorong untuk melakukan hal ini setiap kali saya menggongongi mereka di kelas karena melakukan tugas setengah jalan. Seakan mereka ingin berdamai atau mendamaikan hati saya. Ah…

Hujan turun lebat sepulang sekolah.

“Gajian Selasa saja ya” kepsek berkata “Tadi mau ambil uang dari ATM tapi hujan begini”

“Kan besok bisa” kata saya menahan rasa dongkol “Bank boleh saja tutup tapi mesin ATM kan tidak”.

“Ya, asal besok tidak hujan”

Saya dan wali kelas TK B saling melempar pandangan penuh sejuta arti. Tapi yang pasti adalah kekesalan.

Mau rasanya saya berteriak keras-keras. Kami di minta nongkrong di sekolah sampai jam 12 teng. Pulang 5 menit lebih awal saja di protes dan dipertanyakan alasannya. Selain itu kami di minta untuk melakukan tugas apa pun yang diberikan (walaupun untuk itu saya pernah sampai harus menembus hujan lebat dan banjir).

Membayar gaji kok tidak bisa diposisikan seperti itu juga? Apa pun yang terjadi, apa pun yang menghalangi (cuaca atau kondisi badan) akan di terjang demi mengambil uang untuk gaji para guru dan teteh.

Nah, selama 2 hari berturut-turut ada 2 orang calon murid datang. Yang satu membayar sebesar Rp.1.325.000 dan yang terakhir datang membayar Rp.500.000. Uang itu baru saya setorkan pada kepsek hari ini karena selama 2 hari itu doi pergi. Nah, jumlah total uang cash itu cukup untuk membayar gaji saya, wali kelas TK B dan teteh. Kalaupun kurang masa tidak ada uang cash cadangan sama sekali di sekolah??

Ah…, Jadikan ini pelajaran, saudara-saudara yang membaca blog ini, bahwa…

Kalau anda seorang pemilik perusahaan atau atasan atau hanya orang biasa tapi yang kebetulan mempunyai pembantu rumah tangga, ingatlah untuk jangan menunda pembayaran apa pun yang menjadi hak dari bawahan, karyawan atau pembantu anda karena berapa pun jumlahnya, uang itu berarti besar bagi mereka.

Karena setiap titik keringat dan air mata mereka ada harganya. Jangan pernah meremehkan hal itu.
 _________________________________________________________________

“Where will we have P.E. today?” asked B class teacher to me this Friday morning (April 29th).


“Take a walk” came my uncertain answer because I can’t predict what would happen today as it proved many times in the past when we have set a plan on how and where we would have P.E. but had to change in the last minute due to headmaster sudden intervention and it means everyone had to bow down to whatever her decision is “It’s sunny and it didn’t rain last night”. But well yeah, que sera sera. Let’s just wait and see.

But no intervention. So off we went to a housing complex not too far from school. We made few stops as B class teacher explained about the plants we passed all the way and of course there are rice fields, veggies and fruits fields.

“Where would we go from here?” B class teacher asked me “Going back to school?”

“It hasn’t even 8.30” I looked at my wrist watch

“Oh, come on” said the cleaning lady who came along with us “It’s so boring in school. Why should we get back so soon?”

“So where are we going?” I asked because I didn’t know the area “If we go forward where is this road will take us?”

“To my house” B class teacher grinned.

“Really?” but it means we’d going to take a big turn because her house is in the same housing complex where school is located.

“Yes. But it’s far from here”

“Not that far” the cleaning lady pointed at a house at the hill as she said the name of the house owner whom only them both know “It’s not too far from your house”

“Can the kids walk that far?” I looked at that house knowing that the three of us are used to walk long distance but we bring 5-6 years old kids today.

“They can” said the cleaning lady “they can play chase that makes them running around and they can play this for hours”

“Ok then. Let’s go” I decided.

The road we took led us to the main street but there are rice fields on its one side and we all enjoyed the view and the walk so the kids rarely heard complaints of the sunny day. But I took them once to a small bamboo resting place like the one that used to build in rice fields and we took picture there.

Dea fell to the ground and hurt her knee cap was a ruin to our joy in this trip. Yeah you know kids, if they haven’t fell, haven’t get any bruishes, haven’t felt hurt, they ignore our warnings and advises.

Now she was told to remain in the line along with her classmates but she ran, left them once she saw some of B class kids did that. Off she fell to the stoney ground and cut off the skin of her knee cap quite deep. Hmm..

We got in school at 9 am. B class teacher was nervous about it fearing headmaster would complain but Dea’s knee cap took headmaster’s attention that she forgot to complain or interrogate us. Good.

I gave the kids 3 tasks. The first is to color the drawing after I explained to them why they should get in the house after sun sets because there are many mosquitos and the change of temperature isn’t good for them.

Followed by the next task which is write the pattern letter of b-k-b-k on the airballoon. B stands for besar or big and k stands for kecil or small.

The last is to write the (v) mark for the kid who knows her stuff and (x) mark for the kid who doesn’t know which one is his umbrella.

At 9.30 am I moved to B class to teach the kids English. I returned to my own class about 5 minutes before 10 am and soon barked at them after looking through their books because some of them once again did their works half done. "Kids, don’t give me half done work. You displeased me for that. Now complete what you have not done right now" and I gave them their books.

During snack time.. I’ve noticed that the kids became more eager to share me their snacks especially after I bark at them. As if they wanted to have peace or to cheer me up. It touches me deeply.

Pouring down after school.

“Pay day is Tuesday” said headmaster “can’t take the money from ATM because of the rain”

“You can do it tomorrow” I pressed down my upsetness “the bank maybe closed on weekends but not the ATM”

“If it’s not rain”

B class teacher and I glanced at each other. With certain feelings. Upset.

I felt like screaming at the top of my lungs. We’re told to stay in school till noon. We left 5 minutes early and we’d be faced with barracks of questions and words of objection. We’re asked to do whatever we’re told to do though it once made me had to go through the pouring rain and flood road.

Then why not applied the same attitude when it comes to the subject ‘paying the salary’? the attitude and mindset of whatever may come the barriers will be knock down for the sake of paying the salary. Weather or physical condition wouldn’t deter the will to take the money for the salaries of the teachers and the cleaning lady.

I received payments from two mothers of the new enroll students for the new school year. One paid Rp.1.325.000 (about US$130) and the other paid Rp.500.000 (about US$50). The total amount is enough to pay my salary, B class teacher’s salary and the cleaning lady’s salary. Even if it’s not enough, school certainly has money in cash, right??

Ah. Make this as a lesson, my dear readers who read this blog, that …

If you own a company or you’re a boss in a company or you’re just a regular guy who happens to have a maid or other people working for you, remember not to stall their payments because no matter how much is that it means a lot for them.

There’s a price for every drip of sweat and tears. Never ever take those things for granted.

No comments:

Post a Comment