Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, May 28, 2011

Missing The Point

Rabu ini (25/5)kepsek sedang ‘dihinggapi’ semangat untuk mengoreksi segala sesuatunya. Semua nyaris tidak ada yang benar dimatanya.

Kemarin pagi-pagi beliau masuk ke kelas saya dan merazia gunting. “Kok gunting di TK A tinggal satu?” tanyanya “dulu ada banyak”. Lupa kalau pada waktu kami berganti kelas (saya yang tadinya di PG sejak tahun lalu di oper ke TK A sehingga kepsek berganti memegang kelas PG), semua gunting di TK A dibawanya ke PG.

Nah, hari ini lagi-lagi beliau dengan yakin dan pedenya masuk beberapa kali ke kelas saya dan mulai berkicau. Bukan memuji anak-anak, lho. Tapi ribut menegur sana sini.

“Ini kok kamu duduknya begini. Orang susah nanti lewat”

“Kok mainnya seperti itu. Coba bekerja sama dong”

Nah, yang itu salah. Yang ini tidak benar. Sini tidak boleh. Sana jangan. Saya yang sedang sibuk mengajar March dan Kelvin bagaimana cara menulis huruf w dan y memutuskan untuk diam saja karena selain sedang sibuk, saya takut saya bisa kehilangan akal sehat saya kalau saya memprotes cara beliau yang main masuk kelas saya tanpa permisi dan langsung tidak henti-hentinya memprotes sini, mengkritik sana.

“Kalau jalan jangan menabrak orang. Jaga supaya kamu berjalan lurus”

Yang terakhir itu adalah tegurannya kepada Vivien yang untuk kesekian kalinya berjalan melewati saya dan sambil memasang cengiran jahil dia menabrak saya. Untuk kesekian kalinya pula saya ikut nyengir sambil pura-pura mengomel “hih, dia lagi-dia lagi. Nabrak deh”. Hehe. Jadi ini sebetulnya semacam gurauan antara kami berdua. Vivien hanya pura-pura menabrak saya dan saya pun hanya pura-pura mengomelinya.
Vivien
Kepsek seharusnya melihat cengiran di muka saya itu menandakan saya sedang ‘dihinggapi’ semangat untuk bercanda dan berjahil ria dengan murid-murid saya di kelas setelah kami selesai mengerjakan tugas-tugas. Memang demikianlah yang sering terjadi. Wajar sajalah. Untuk mengendurkan urat syaraf.

Tapi berhubung hari ini doi sedang penuh semangat untuk memasang seluruh inderanya mencari hal-hal yang tidak benar maka apa yang sebetulnya suatu gurauan atau permainan pun baginya dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar dan karena itu beliau merasa berkewajiban untuk mengoreksi, menegur dan membenarkan.

Anda pernah bertemu dengan orang yang sedang dihinggapi oleh jenis semangat seperti itu? Atau mungkin anda sendirilah pelakunya? Wah, mudah-mudahan sih tidak. Hehe.

Kalau masih dalam taraf wajar sih tidak apa-apa tapi jangan sampai keterlaluan karena yang dalam taraf wajar pun bagi orang lain bisa dianggap mengganggu dan menjengkelkan. Setidaknya bisa di lihat sendiri bagaimana reaksi dan perasaan saya atau orang-orang lain terhadap tingkah laku kepsek hari ini.

Jadi dengan demikian saya harap kita semua sebaiknya lebih mawas diri mengawasi diri sendiri dari pada mengawasi diri orang lain. Jangan peribahasa ‘kuman di seberang lautan terlihat tapi gajah di pelupuk mata tidak terlihat’ menjadi nyata melalui perbuatan dan tingkah laku kita.

Sementara itu….

Ternyata tidak cuma anak yang terkena teguran kepsek. Saya juga. Kaget betul saya ketika tiba-tiba beliau keluar saat saya sedang mencuci tangan Michelle. Langsung menegur “Ke, kalau ngomong jangan grusuhan begitu. Didengar orang tuh”.

Hah? Emangnya saya ngomong apa sih? Demikian pikir saya heran sekaligus geli. Rasanya saya tidak mengeluarkan kata-kata kasar.

“Kenapa?” bisik teteh yang ikut melihat dan mendengar karena kebetulan sedang berdiri di depan kelas TK B. Mengobrol dengan wali kelas TK B yang ngumpet di balik tembok.

“Tahulah” jawab saya kebingungan “Ngomongnya juga tidak jelas. Doi cuma bilang saya ngomong gimana gitu lho. Tidak kasih penjelasan”

Wali kelas TK B menongolkan kepalanya dan terlihat sedang cekikikan tanpa suara. Hehe.

Kami bertiga memang sering menganggap ulah kepsek sebagai dagelan. Jadi bukannya beliau ditanggapi dengan serius tapi justru beliau kami jadikan sebagai bahan guyonan. Bukannya kami bertiga ‘bertobat dan kembali ke jalan yang benar’ tapi justru melalui cara dan kelakuan kepsek terhadap kami membuat kami bertambah ‘gila dan makin kompak menempuh jalan yang sesat’. Hehe. Yah, begitulah kira-kira gambarannya.

Itu bukan berarti saya mengatakan bahwa kita tidak boleh menegur atau mengoreksi seseorang bila kita melihat dia telah atau sedang melakukan suatu kesalahan. Tapi perhatikanlah bagaimana cara, metode dan kata-kata yang kita pakai supaya teguran atau koreksi itu tepat sasaran atau tidak menjadi percuma kecuali membuat orang ybs kesal terhadap kita.

Aktivitas di kelas dimulai dengan membuat bentuk kemeja, rok atau celana pendek dengan plastisin. Sebelumnya saya menggambarkan dulu kemeja di papan tulis.



Saya menugaskan anak-anak menebalkan balon ucapan pada gambar anak yang berbuat baik dan sopan.


Lalu menebalkan, menggunting, menyusun dan menempel huruf-huruf t-o-p-i sebelum mewarnai gambar topinya.



Barulah menulis huruf u v w x y di buku kotak.


 Tugas terakhir yang paling disukai anak-anak itu. Menggambar dan mewarnai bebas di karton hitam memakai kapur berwarna.


__________________________________________________________________

This Wednesday (May 25th) headmaster is eager to correct everyone and everything. Nothing is right in her eyes.

Yesterday morning she came into my classroom and searched for scissors. “There used to be lots of scissors. Where do they go?” she forgot that when she starts in charge in Playgroup class nearly a year ago, she brought them from this class to that class.

Now this morning without any slight hesitation she came into my class again and soon became noisy. Not noisy because she was joking or chatting or at least greeted the kids. No. She noisily criticize them.

“Why do you sit like that? Don’t you know that you’re blocking people’s way?”

“Don’t play like that. Show me you can play together with your friends”

So all I heard was; 'this is wrong'. 'That is incorrect'. 'Shouldn’t do this'. 'Don’t do that'. I was busy showing March and Kelvin how to write the letters w and y that I preferred to say nothing. Beside, I was worried I’d lose my senses if I protested her way to come into my class & bombarding us with her protes and critics.

“Vivien, don’t bump into someone. Walk straight”

That one was given to Vivien after she saw how that little girl walked passed me and deliberately bump herself to me. She didn’t know it was Vivien’s little joke to me. Everytime she walked passed me she’d bump into me and I’d pretend to groan. Headmaster should have guessed it when she saw the grin on Vivien’s face as much as mine.

But since she was highly in the mood to criticize and protesting everything and everyone, the simpliest joke and play would look wrong in her eyes.

The target was not just the kids. I was surprised when she came to see me when I was washing Michelle’s hands before the kids had snack time.

“Watch what you’re saying. People may listen”

Huh?? I really have no idea which words did I say that she found improper. She didn’t say it clearly either. I don’t want to waste my time to ask either.

“What was that?” asked the cleaning lady who witnessed it as she stood infront of B class that is not too far from where Michelle and I stood.

“Beats me” I grinned my puzzlement.

B class teacher’s head popped out from her classroom’s door. She was giggling quietly. Lol.

Have you ever met anybody like our headmaster? Or probably you are that person. Lol. I am not saying that it’s unnecessary to give someone reprimand or correction when we see that person makes mistake. But watch out how you give that reprimand or correction so it won’t be useless but to upset others.

Be sensitive to watch your own behavior and attitude so you won’t be known as someone who 'can see a tiny germ across the ocean but unable to see the big elephant that is right infront your own eyes'.

The cleaning lady, B class teacher and I, for example, have treated headmaster’s behavior as a joke. We ignore her when she behaves like this. So she really missed her point. She didn’t make us do or became as what she wished. She only upset us and made herself looks ridiculous in our eyes.

In the meantime, today’s activities in class started with making tshirt, skirt and shorts using playdough, which is circling the word balloon on the picture, writing, cutting and arranging the letters t-o-p-i before color the hat drawing. Writing the letters u v w x y. But the most liked task is draw  anything the kids like on the black cardboard using color chalks.

No comments:

Post a Comment