Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, May 25, 2011

Sedikit Arif / A Little Wisdom


“Gimana teh, Sabtu lancar?” tanya saya pada teteh tidak lama setelah saya tiba di sekolah Senin pagi (23/5) “Anak-anak ga nyusahin kan?”

“Anak-anak sih tidak, bu” teteh mesem “tapi si lampir iya”

Saya jadi ikutan mesem “kenapa dia? Bikin ulah apa dia?”

Teteh pun berkeluh kesah menumpahkan kekesalan hatinya yang agaknya masih menumpuk walaupun sudah lewat 2 hari. Tentang siapa lagi kalau bukan kepsek kami. Hehe. Anda mungkin berpikir astaga, tu orang lagi yang di ceritain di blognya si Keke. Cape deh...

Tapi mau tahu tidak apa yang dikeluhkan teteh dari utara ke selatan balik lagi ke utara?

Jadi ceritanya begini, hari Sabtu (21/5) saya tidak bisa masuk karena harus mengantar bokap ke rumah sakit. Hernia. Memang harus di operasi tapi karena biaya operasi diperkirakan sebesar 10-11 juta (itu belum terhitung dengan obat) sementara uang yang berhasil kami kumpulkan baru 4 juta maka belum bisa dong menjalani operasi itu.

Karena mendadak maka saya pagi itu grabak grubuk menelpon kepsek untuk memberitahu dan lalu mengirim sms pada wali kelas TK B dan teteh untuk memberitahu kegiatan apa yang saya rencanakan untuk saya berikan kepada anak-anak hari Sabtu itu. Sekaligus tentunya untuk menitipkan anak-anak pada mereka berdua.

Sengaja saya memang menitipkan pada wali kelas TK B dan juga pada teteh karena mengetahui wali kelas TK B kan harus bertanggung jawab atas kelasnya sendiri sehingga belum tentu dia bisa nongkrongin anak-anak saya di kelas.

Tugas teteh hanya siap sedia di dalam kelas saya. Supaya anak-anak tidak ribut dan tidak berkelahi. Kalau ada apa-apa mereka juga bisa meminta tolong pada teteh, yang biar pun bukan guru tapi setidaknya kan bisa menunjukkan hal-hal yang anak-anak itu harus lakukan atau menolong mengambilkan benda-benda yang tidak dapat diraih oleh mereka.

“Jangan di dalam saja, teh” teteh menirukan ucapan kepsek kepadanya hari Sabtu itu “Memangnya PAUD, yang di dalam kelas ditunggui (baca: di ajar) sama pembantu”.

Deg! Saya yang bukan teteh saja merasa seperti ada yang menampar hati saya mendengarnya.

“Dia ngomong gitu?” saya harus bertanya karena tidak percaya.

Duh. Saya yang bukan teteh saja bisa tersinggung mendengar ucapan seperti itu. Teteh memang menjabat bagian kebersihan di sekolah (baca: pembantu) tapi mengucapkan hal seperti itu menunjukkan betapa menghinanya. Bahwa mentang-mentang teteh pembantu lalu dia tidak layak berada di dalam kelas walau sifatnya hanya menunggui anak-anak.

Untuk keterangan; PAUD adalah singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini. Ini adalah semacam kelas Playgroup yang di bentuk pemerintah dalam upaya untuk memberikan pendidikan setingkat TK bagi anak-anak dari golongan ekonomi ke bawah.

Karena sifatnya bukan sekolah resmi maka mereka tidak bisa merekrut guru TK. Itu yang membuat PAUD umumnya di ajar oleh kaum ibu PKK (yang dalam istilah kepsek di sebut ‘pembantu’).

Yang membuat kami semua heran adalah lupakah kepsek pada kenyataan bahwa beliau sendiri merekrut teteh untuk menjadi asistennya di kelas PG. Di dalam kelas teteh tidak hanya duduk diam atau momong anak yang ‘sulit’. Teteh ikut mengawasi anak-anak mengerjakan tugas-tugasnya, bahkan juga memberi bimbingan, semangat dan hiburan saat anak tidak mengerti, kesulitan atau ngadat.

Belum lagi kalau kepsek kedatangan tamu atau menerima telpon atau keluar kelas untuk bicara dengan orang tua murid & bahkan pernah untuk berbelanja di tukang sayur. Nah, siapa yang mengambil alih tugas dan tanggung jawab kepsek sebagai wali kelas Playgroup di saat-saat seperti itu? Ya, teteh. Siapa lagi?

Jadi intinya di kelas PG teteh sudah menjalankan tugas seorang asisten guru.

Saya menggeleng-gelengkan kepala. Bagaimana kepsek bisa mengeluarkan kata-kata yang sebetulnya merupakan teguran sekaligus tamparan untuk dirinya sendiri karena selama hampir setahun ini beliau sendirilah yang sudah menjadikan seorang ‘pembantu’ sebagai asistennya.

Ini tanpa di sertai dengan tambahan imbalan pada gaji teteh.

Hari ini saja saya ‘agak’ kecewa karena tidak sekalipun saya mendengar keluar dari mulut kepsek ucapan yang menanyakan bagaimana keadaan ayah saya. Teteh dan wali kelas TK B bahkan beberapa orang tua murid sudah menanyakannya.

Seorang yang lebih senior dalam usia dan pengalaman, bahkan memiliki gelar sarjana kerohanian.. tidak adakah sedikit kearifan?

Yah, tidak ada gading yang tak retak. Itu betul. Kita semua adalah gading-gading yang retak. Tapi retakannya dalam ga? Retakannya banyak ga?

Anak-anak sementara itu menunjukkan kegembiraan mereka dengan caranya sendiri-sendiri. Tapi mereka yang dekat dengan saya langsung menghambur untuk memeluk saya.

“Ibu kemana hari Sabtu?” mereka bertanya.

Saya sungguh mencintai pekerjaan saya, saya bahkan juga mencintai sekolah secomot ini. Ada banyak orang-orang yang mengasihi saya dan yang saya kasihi di sini. 

Malah setelah melewati waktu 6 tahun hubungan kekawanan dan kerja antara saya dengan teteh dan wali kelas TK B sudah erat dan kompak. 

Hubungan saya dengan orang tua murid pun baik dan akrab, malah lebih menyerupai hubungan pertemanan ketimbang hubungan guru-orang tua murid.

Sungguh sulit untuk bisa di mengerti dan di terima bahwa setitik nila itu malah datang dari orang yang sesungguhnya harus menjadi tokoh panutan, yang harusnya menjadi tonggak penopang dan penyatu dari kami sebagai penggerak dari sekolah ini. 

Oh, kegiatan di kelas tampak seperti yang terekam dalam foto-foto di bawah ini.


Mengancingkan kancing baju. Bisa tidak? / Can you button the shirt?



Menulis huruf p s/d t / Write the letters p to t
Kalau tidak di pisah begitu duduknya tidak berhenti ngobrol / I put the girl sit infront of the class because she couldn't stop chatting & joking with her friends
__________________________________________________________________

“How was Saturday?” I asked school’s cleaning lady not long after I’ve got in school today (Monday, May 23rd) “Did the kids give you any trouble?”

“The kids were ok” the cleaning lady gave me a sour smile “it was she whom misbehaved”

“What did she do?” I asked.

She unburdened myself with her upsetness over headmaster’s attitude toward her 2 days ago. Oh no, you might say, not that woman again. Lol.

I had to skip work that day as I had to take my father to the hospital. Hernia. He needs to be operated but out of the estimated cost 10-11 millions rupiah there are just 4 millions that we’re able to get.

That Saturday morning I frantically called headmaster to inform her that I had to skip work and texted B class teacher and school’s cleaning lady to let them know the tasks I’ve prepared to give the kids on that day.

I asked the school’s cleaning lady a favor to look after the kids in my class out of the thought I couldn’t rely completely on B class teacher to do that as she had to incharge in her own class. So the cleaning lady’s duty is just to sit in the class to make the kids didn’t get noisy or fight among themselves and to help them if they needed anything that they couldn’t do themselves.

“Don’t sit in the classroom” the cleaning lady told me of what headmaster told her that Saturday “Or it would make like PAUD which has a maid as a teacher”

I felt like someone just hit my head “she said that?” I had to ask the cleaning lady to make sure that I didn’t hear it wrong.

I’m not a cleaning lady but I felt offended to hear such thing. So the cleaning lady could be said as school’s maid but headmaster shouldn’t say thing like that because it gives the impression of how she degraded school’s cleaning lady over her position.

FYI, PAUD is initiated by government to help the poor people so their kids might be able to get preschool education. Because it’s not official school they recruit the teachers from local district or neighborhood mothers. That’s what in headmaster term as being taught by maids.

What I find hard to believe is did headmaster realize that her own words have actually given her a big slap on her face because for nearly a year now she has made school’s cleaning lady as her unofficial assistant in Playgroup class.

The cleaning lady doesn’t just sit in the classroom. She does everything a teacher’s assistant do. She was even the one who incharged in class when headmaster had to answer a call or get guest or went out of the class to talk to parents or what I’ve witnessed myself that she went to buy veggies from a vendor, leaving the kids in her class in the hand of the cleaning lady.

With all this, the cleaning lady’s salary doesn’t get any raise.

I’ve infact got a ‘little’ disappointed that not once I heard headmaster asked me how my father is doing. The cleaning lady, B class teacher and some mothers have asked that question.

Somebody who’s senior in age and experience not to mention that also has a degree in theology.. in needs to get a little wisdom indeed.

It is said that there’s no ivory without any crack. It is to picture that nobody is perfet. How many cracks are there? How deep the crack is?

The kids in the meantime showed me how they missed me in their own way but some of them hugged me as they wouldn’t let me go.

“Where did you go last Saturday?” was their question.

It touches me. I love my job. I even love this tiny school. After 6 years I've made good relationship with the cleaning lady and B class teacher. We've become one. 

I also have close relationship with the kids's parents that it is more like good friends than parents-teacher relationship.
 
It would make it perfect. It’s unbelievable that the one who murk the water is not an outsider. It’s somebody among us. Somebody who should become someone we can look upon.

Well anyway, today’s class activities are shown in the photos.

No comments:

Post a Comment