Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Tuesday, May 3, 2011

Sabar Itu Emas? / Patience is Golden?



Wah tidak terasa Sabtu ini (30/4) adalah hari terakhir di bulan April. Minggu depan sudah bulan Mei dan hari Sabtu, 25 Juni adalah hari terakhir dari semester ke 2 tahun ajaran 2010-2011. Satu tahun pelajaran lewatnya begitu cepat tapi kadang-kadang juga terasa begitu lama. Hehe.

Sub tema Gejala Alam yang kami pelajari selama seminggu ini juga berakhir hari ini. Minggu depan selama seminggu akan di bahas sub tema Benda-Benda Langit. Sub-sub tema itu masih masuk dalam Tema inti dari Alam Semesta.

Kegiatan awal setelah selesai ibadah adalah mengulang pelajaran-pelajaran yang sudah disampaikan selama 5 hari sebelumnya.

Dalam setiap hari Sabtu keceriaan anak-anak melebihi hari-hari yang lain sehingga seringkali sulit untuk mengendalikan mereka. Sebetulnya saya menyukainya tapi sebagai guru mau tidak mau saya harus memegang tali kendali atas mereka mengingat ada poin-poin pelajaran yang harus saya sampaikan dan kalau saya mengikuti keinginan mereka untuk bercanda dan bermain, kapan semua itu bisa disampaikan? Lagi pula kalau dibiarkan lama kelamaan permainan dan bercandanya bisa jadi liar dan bisa berakhir dengan pertengkaran atau ada yang menangis.


 Justin lagi-lagi mengetes keseriusan dan konsistensi saya. Entah kenapa dia senang sekali melakukannya. Misalnya saja dia senang memukul meja yang tentu saja saya larang. Bagaimana saya dan teman-temannya bisa berkonsentrasi pada pelajaran kalau dia membuat keberisikan seperti itu.

Mengikuti contoh yang saya lihat di tayangan ‘Super Nanny’, saya memberinya peringatan sampai 3 kali. Kalau masih tidak mempan juga maka peringatan ke 3 adalah batas toleransi dalam artian saya mengambil tindakan sesuai dengan yang telah saya beritahukan kepadanya saat memberi 2 peringatan sebelumnya.

Pagi ini pun demikian. 2 kali temannya mengadu karena di pukul Justin. Setiap kali itu pula saya memberinya peringatan. Tapi rupanya anak memang sering ingin melihat sampai di mana keseriusan kita dengan omongan kita sendiri. Padahal dia tahu saya amat konsekuen dengan omongan saya. Sudah berkali-kali ulahnya harus berakhir di kursi hukuman tapi masih juga dia sering menganggap sepi teguran dan peringatan saya.

“Justin, 2 kali kamu mendapat peringatan. 3 kali peringatan bisa bikin kamu harus duduk di kursi hukuman” saya berkata tegas padanya. Dia menggeleng. Tidak ada yang mau duduk di kursi hukuman selama 5 menit (umur anak dijadikan acuan untuk lamanya waktu hukuman. Kalau usianya 1 tahun berarti waktu hukumannya 1 menit, dst).

Tapi alamak! Belum juga 5 menit lewat sudah terdengar suara temannya berteriak karena di pukul Justin. Saya langsung menunjuk kursi yang saya tetapkan sebagai kursi hukuman.

“3 kali kamu mukul teman. Duduk di kursi hukuman sampai jarum panjang jam di angka 2” kata saya tanpa bisa di tawar lagi. 5 menit duduk di kursi hukuman agaknya membuatnya jera. Tapi saya menghela napas. Sejauh ini tidak banyak anak yang terkena hukuman dan biasanya mereka jera. Justin adalah anak yang paling kenyang duduk di kursi hukuman.

Mendisiplinkan anak sebetulnya sangat melelahkan secara emosi karena menaklukkan ego dan kemauan seorang anak kecil tidaklah mudah. Anak yang masih mengikuti dorongan keinginan dan pemikirannya selalu berpikir semuanya itu wajar dan tidak ada yang salah. Karena itu mereka akan bersikukuh mempertahankan pendapat atau ulahnya. Ini yang membuat proses pendisiplinan dan pembentukan seorang anak bisa berubah seperti menghadapi pertempuran.

Tapi kalau kita tetap konsekuen antara omongan kita dengan tindakan kita maka cepat atau lambat hasilnya akan terlihat.

Mamanya Justin sendiri tertawa saat melihat saya ‘keriting’ di dalam kelas. Hehe. Yah, sejak Evelyn tidak ada membuat saya harus berjuang sendiri. Nah, bagaimana ibu guru tidak jadi tegang dan jadi kurus kalau sudah begitu? Saya tidak perlu olah raga dan diet lagi karena mental dan fisik saya di godok setiap hari. Hehe. 

“Fanky jadi asisten ibu saja” begitu kata Echa 2 hari lalu.

Saya spontan tertawa mendengarnya. Agaknya saya memang bisa dikatakan sudah setengah mengangkat Stevanky menjadi asisten kecil saya. Tapi sebetulnya anak itu sendiri yang sudah melakukannya tanpa saya minta.

Stevanky is the boy sitting infront of me / Stevanky duduk di depan saya
 Karena otaknya lumayan encer dan anaknya serius maka pekerjaannya selalu cepat selesai & berbeda dengan teman-temannya yang lain yang berhasrat cepat selesai untuk main maka Stevanky malah bersemangat sekali untuk membantu saya. Hehe. Mungkin juga dia sudah bosan dengan mainan yang ada di kelas sehingga perhatiannya teralih pada kegiatan guru dan teman-temannya. Atau jangan-jangan ada bakat yang baru muncul dalam diri anak ini.

Yang jelas adalah setelah selesai mengerjakan tugas dan menyimpan alat-alat tulisnya di loker, dia akan berkeliling kelas sambil mengamati teman-temannya.

Begitu dilihatnya ada yang sudah menyelesaikan tugasnya, buku temannya itu langsung dibawanya ke meja guru, lalu dia mengambil buku lain yang memuat tugas berikutnya dan menyerahkannya pada temannya itu sambil memberitahu halaman tugas atau bagaimana cara mengerjakan tugas tsb.

Weh, canggih juga murid saya yang satu ini. Sumpeh, baru kali ini saya bertemu dengan yang model begini. Hehe.

Belakangan ini bahkan saya sering mengajak bicara dia seperti seakan dia benar-benar asisten saya. Bahkan saya mengatakan beginilah salah satu kesulitan seorang guru saat dia mengalami sendiri bagaimana teman-temannya mengobrol ketika dia sedang dengan seriusnya menjelaskan bagaimana caranya mengerjakan tugas. Saya kira itu membuatnya menjadi semakin bersimpati kepada saya dan semakin berminat untuk menjadi asisten saya. Di sisi lain saya merasa memiliki seorang ‘rekan’ di kelas. Hehe. Yah, mungkin saya kehilangan sosok Evelyn sehingga saya mencari penggantinya dan walau dalam bentuk terbatas, saya menemukannya dalam diri Stevanky.  

Nah, Fanky bahkan selalu menyisihkan satu dari bekalnya untuk diberikan kepada saya. Jadi misalnya dia membawa 2-3 bungkus snack, yang satu itu khusus disisihkan untuk saya. Wah. Wah.

Begitulah, selalu saja ada hal-hal yang menghibur hati saya di kelas atau di sekolah. Saya gembira melihat kehidupan mereka berlanjut tapi juga sedih karena cepat atau lambat kami akan berpisah.

Tugas hari ini adalah menulis angka 6. Justin, Kelvin, Farrell dan Michelle kok angka 6-nya jadi huruf b?? Sudah saya pegangi tangannya saat memberi contoh bagaimana menulis angka 6 yang benar tapi kecuali Farrrell, kok yang lainnya balik lagi ke jadi huruf b sih? Eh, cape dah.



Lalu mencocokkan jumlah benda pada gambar dengan angkanya yang ada di buku kotak mereka. ‘Gampang, bu” kata Clarissa dan beberapa anak lainnya. Eh, gampang mah gampang tapi belum tentu buat kalian semua gampang. Tuh, Justin awalnya malah meniru gambar yang saya buat di buku kotaknya. Eh, Justin. Siapa suruh meniru gambar itu? Hitung berapa benda di gambar itu dan cari angkanya. Saya suruh dia duduk dekat saya karena kok tidak beres-beres juga anak satu ini.



 Terakhir adalah melukis dengan jari (finger painting) gambar air dan perahu layar. Yang kelihatannya gampang pun ternyata beberapa anak tidak bisa mengikuti contoh cara membuat perahu. Membuat air saja setidaknya ada 2 anak yang salah. Weh, ini berhubungan dengan nalar sih. Kalau nalar sudah, jalan tugas yang paling sulit pun bisa dikerjakan.



 Pulangnya..

“Ke, ayo kita ke bank” kata kepsek.

Nah, kemarin sudah saya ceritakan dalam blog bagaimana hujan turun membuat kami batal pergi ke bank untuk mengambil uang dari ATM dan kepsek dengan entengnya mengatakan kalau Sabtu hujan juga maka gaji kami akan dibayarkan hari Selasa karena hari Senin doi akan pergi mengantar beberapa anak ikut lomba menari.

Jadi kemarin itu saya pulang dalam keadaan kesal dan juga marah dengan sesuatu yang saya anggap sebagai ketidakadilan. 

Hujan turun semalam demikian derasnya seperti seluruh bumi, alam semesta dan setan di neraka menertawakan saya. Pagi ini pun awalnya cuaca mendung. Grrrrr.....

Semakin siang cuaca menjadi terang dan matahari bersinar. Tapi saya sempat terombang-ambing dengan pemikiran apakah kepsek akan tergerak untuk pergi ke bank atau kami harus mengalah terhadap kepentingan beliau dan kepentingan sekolah.

Ternyata tidak. Gaji saya dan wali kelas TK B dibayarkan di depan bank setelah kepsek mengambil uang dari ATM. Teteh harus menunggu besok karena dia tidak ikut ke bank.

Di dunia ini manusia seperti serigala terhadap sesamanya. Manusia saling menyerang, memangsa dan memburu sesamanya. Manusia memanfaatkan sesamanya. Mengambil kesempatan. Tanpa memikirkan siapa yang dimangsanya. Apakah tindakannya itu merugikan sesamanya atau tidak kerap sama sekali tidak masuk dalam pertimbangan. Jadi saya tidak tahu apakah saya masih bisa setuju dengan pendapat bahwa 'Sabar Itu Adalah Emas?'.
___________________________________________________________________

I can’t believe that today (Saturday, April 30th) is the last day of April. It’s May tomorrow & on Saturday, June 25th we’ll have the closing of 2010-2011 school year. Time runs so fast but sometimes it feels it doesn’t run fast enough. Lol.

Teaching sub theme of Nature ends today. We’ll move to sub theme of Celestial Bodies (Sun, Stars, Moon and Planets) next week. So I make a quick review on the the points on this week’s sub theme after we had Saturday’s service.

The kids’s joy is apparently in higher pitch than in other days. I personally like it but as a teacher I must have a control over them considering I’ve points to deliver to them. How could they focus on those points if I let them joke and play as they wish. Beside, their play would become wilder and harsher that it would end in tears or fight if I don’t intervene.

Justin once again tested my consistency. I don’t know why he likes to do that. For example, he likes banging his desk which of course not allowed as the noise breaks our concentration.

The tv show of ‘Super Nanny’ gives examples how to discipline kids. They should be given 3 warning. If it doesn’t work, the third warning should be followed by disciplining action which is sending the misbehaved kids to naughty chair.

This morning 2 of Justin’s classmates screamed their protest because he hit them. Each time it happened I gave him a warning. But kids sometime tested us to see if we were consistent to our words. Justin knew I’m a very consistent person but that doesn’t stop him from testing me. My warnings fell on deaf ears.

“Justin, you’ve got 2 warnings already. Third warning will send you to naughty chair” I seriously warned him. He shook his head. Yeah, nobody wants to sit on naughty chair for 5 minutes (one minute is for one year of age. So if the kid is 5 years old, he or she will get 5 minutes on the naughty chair).

It hasn’t even been 5 minutes that a kid screamed because he was hit by Justin.

“You hit your friends 3 times. You’ve been given 2 previous warnings. This is the third and you’ve to sit on naughty chair for 5 minutes” I pointed to the naughty chair. This time it taught him a lesson. Sigh. I don’t know why he has to end up in naughty chair before he stops misbehaving. I never had to send anyone in my class repeatedly to naughty chair because they usually would stop misbehaving after I gave the second warning. Justin is the only one whom receives this disciplinary sanction. No wonder it sometimes feel like a battle.

It can be physically and emotionaly exhausting when we’ve to discipline a kid because they’re in an impulsive ages where they feel nothing is wrong in their actions or thinking so they will stand up for what they think is right.

But if we keep our consistency, sooner or later it will bear us positive outcome, eventually.

One thing for sure is even Justin’s mother laughed at me when she saw how overwhelmed I was in class. Well yeah, how would it not making me tense and lose weight? Especially after Evelyn resigned as I’ve to work solo in the class. One thing for sure is I don’t need any diet now. I’ve my physical and mental exercise everyday in school. Lol.

“Make Fanky as your assistant” said Echa yesterday.

I spontaneously laughed because it is true that Stevanky seems have become my little assistant in class. But he actually has doing it without being asked.

Since he’s smart and a serious kid it makes him able to do his task fast. Now if other kids will go play, Stevanky is eager to help me. Perhaps he’s bored with the toys in the classroom or who knows this is one of a talent that finds its way to the surface.

One thing for sure is that after he’s done with all of his tasks and after putting back all of his things on his locker he will go around the class and looking at his classmates works.

Once he sees any of them done with their tasks, he’ll take their books to my desk and take another book that is become the next task. He brings it to the kid(s), show the page and even explains how to do that task.

Wow! I really mean wow because I’ve never had any student like him before.

I found myself talk to him as if he really is my assistant. I explained to him one of teacher’s frustration when he experienced it himself how his classmates ignored him as they chatted and joked when he was explained how to do a task to them. Maybe that makes him symphatise to me more and put more interest on the job as my assistant in class. In other side I think I miss Evelyn as a friend, partner & ally that I try to replace her with someone else. In a simple way I find it in Stevanky.

He has been sparing one of his snack for me for some time now. So if he brings 2 or 3 packs of snacks, one of them is for me.

So there are things that cheer me up in school. I’m happy to see they have a long path of life but I’m also sad because it means we’ll have to go our own ways.

Today’s first task is to write the number 6 but Justin, Kelvin, Farrell and Michelle’s 6 look like b. with Farrell as the exception, the others return to ‘b’ even after I hold their hands to help them write the number correctly.

The next task is to count the drawings and then draw a line to the right number. “Easy” said Clarissa and few other kids. Oh really? Do you know what Justin did? He copied my drawing. No. I am not asking you to copy the drawing. I want you to count how many the suns are and then find the number. Sigh…

Finger painting became the last task. Drew a boat and the water. Once again, some kids couldn’t draw it though it looks so simple and easy. This connects to logic. If a kid’s logic is working well he or she won’t find it hard to understand things and surely this makes it easier for the kid to do whatever task we give to him or her.

After school …

“Let’s go to the bank” said headmaster to me.

I’ve written in yesterday’s entry how headmaster cancelled to go to the bank to withdraw money from ATM because it rained. She then told us that our salaries would be paid in Tuesday if it rains again today. She can’t withdraw the money on Monday because she’ll accompany the kids who have dance competition.

So yesterday I went home feeling so upset and angry. 

It was pouring down last night and it was still cloudy this morning as if the whole universe and all the satan in hell laughed at me. 

Later it became sunny. However I was floating in uncertainty of whether headmaster had the will to go to the bank or once again we’d have to give in to her and school’s interest.

We didn’t. Our salaries were being paid infront of the bank after she withdrew the money from ATM. School’s cleaning lady will have to wait tomorrow because she didn’t come along to the bank with us.

We live in a ruthless world. Man has become like wolves. Hunting and preying at each other. Man take advantage with one another. Sometime no longer care if it would hurt others.  So I really can't say if I still believe in 'Patience is Golden' stuff. 

No comments:

Post a Comment