Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, September 11, 2013

Leadership Camp (6)

T R U S T

P E R C A Y A

Untuk orang-orang tertentu gampang-gampang saja untuk memiliki rasa percaya.

Some people find it easy to trust.

Tapi ada orang-orang yang susahnya setengah mati untuk punya rasa percaya.

But there are people who find it so damn hard to have trust.

Menjadi pemimpin tidak mudah.

It is not easy to become a leader.

Bagian terberat dari menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepercayaan pada anak buahnya.

The hardest thing of being a leader is to trust his or her men.

Tahun 1997 sebuah kantor baru akan didirikan di Jakarta. Perwakilan dari Singapura datang menemui saya.

In 1997 a new office was established in Jakarta. The representative from Singapore came to meet me.

Penjelasan yang saya terima darinya sangat minim. Dia memberitahu selintas tentang jenis usaha dari kantor perwakilan ini, lokasinya di gedung mana, lantai berapa dan kantor itu harus sudah berbentuk kantor saat atasan saya tiba dari Jepang.

I was given less information. He briefed me slightly about the line of business the  representative office would do, where the office would be taken place, in which building, which floor and that it should be ready when my superior arrived from Japan.

Dan dia menambahkan karena kesibukannya, dia tidak bisa mendampingi saya. Jadi saya harus melakukannya sendiri. Kantornya akan mengirimkan seorang anak buahnya untuk mengatur pembelian dan pengantaran mebel, mesin fax dan pesawat telpon. Hanya itu.

Furthermore he said due to his own many activities made him unable to be by my side. So I had to set the office by myself. His office would send his man to arrange and deliver the furniture, fax machine and phones. That was all.

Kemudian dia mengambil dompetnya. Mengeluarkan setumpuk uang tunai. Gaji saya satu setengah bulan di bayar di muka, di tambah sekian juta rupiah dan sekian ratus dollar Amerika untuk keperluan kantor.

After that he took his wallet. Took out some cash. He gave me 1 ½ months of my salary in advance, plus some millions of Rupiah and some hundreds of US dollar to pay for any expenses for the office.

Saya bengong.

I was stunned.

Kami baru sekali itu bertemu.

We just met that day.

Saya adalah orang pertama dan satu-satunya yang direkomendasikan oleh rekan bisnisnya ketika dia memberitahu bahwa dia membutuhkan seorang karyawan untuk kantor baru ini.

I was the first and the only one recommended by his business colleague when he told him he needed a staff for the new office.

Tapi apakah dia menaruh kepercayaan demikian besar kepada saya karena mempercayai rekan bisnisnya yang merekomendasikan saya kepadanya?

But would he put so much trust on me because he trusted his business colleague who recommended me to him?

Ataukah karena dia memang orang yang mudah percaya?

Or is it because he was an easy man to trust others?

Rasanya sulit percaya ada orang yang mau memberikan kepercayaan demikian besar kepada orang lain yang baru pertama kali ditemuinya. Apalagi sampai bersedia memberikan uang dalam jumlah banyak.

It is hard to believe that someone would give such big trust on a person whom he just met for the first time. Let alone to leave the person with big sum of money.

Seorang pengusaha biasanya sangat perhitungan dalam hal memberikan kepercayaan dan terutama uang.

A businessman is usually very picky and sceptical when it comes to give away his or her trust and money.

Atau dia sedang menguji saya?

Or he was testing me?

Tahun 1997 itu umur saya baru 26 tahun. Saya belum menjadi seorang pribadi seperti sekarang.

I was just 26 in 1997. I was not like I am today.

Biar pun sebelumnya saya pernah bekerja di dua perusahaan besar tapi posisi saya hanyalah staff biasa. Pengalaman kerja dan keahlian saya belum sebanyak sekarang. Kemandirian, ketabahan, rasa percaya diri dan kekerasan hati saya belum seperti sekarang.

Eventhough I had earlier worked in two major companies but I was just a staff there. My working experience and expertise were not as much as what I have now. So it was the same with my independency, strong will, self confident and resoluteness.

Dulu saya selalu dikategorikan orang yang tidak diunggulkan. Saya diremehkan oleh keluarga dari pihak ayah saya, teman-teman sekolah dan rekan-rekan kerja. Jadi pandangan saya terhadap diri sendiri pun sama seperti pandangan mereka terhadap diri saya. Rendah.

In the past I was categorized as an under dog. I was underestimated by my father’s family, friends in school and colleagues. So I valued myself just as they valued me. Low.

Lalu ketika orang yang tidak saya kenal ini memberi saya kepercayaan yang luar biasa besar, reaksi saya saat itu adalah amat sangat tidak percaya, takut dan kemudian berpikir saya tidak akan mengecewakannya.

And then when this stranger gave me an extraordinary huge of trust, my reaction was first stunned, scared and then I thought I wouldn’t let him down.

Dengan membawa setumpuk rasa takut, cemas dan ragu, saya mendatangi kantor baru itu di lantai 12 gedung Surya di jalan MH. Thamrin, Jakarta.

With lots of fears, worries and self doubt, I went to see the office at 12th floor of Surya building on MH. Thamrin street, Jakarta.

Hari pertama saya tiba di sana, saya di buat kebat-kebit melihat ruangan itu belum berbentuk ruangan kantor karena masih di renovasi. Tukang-tukang masih bekerja memasang pintu, karpet dan instalasi listrik serta telpon-fax.

The first time I got there, I was like having a hangover to see the room was far from being an office because it was still under renovation. There were men working on putting the door, carpet and installing the power and phone-fax lines.

Saya sudah lupa bagaimana caranya sendirian saya mengawasi kerja tukang-tukang itu, membeli berbagai keperluan kantor, menghubungi perusahaan air mineral untuk berlangganan air minum, menemukan orang untuk membersihkan kantor dan memasang mebel. Semua kelar dalam waktu seminggu. Ketika atasan saya tiba dari Jepang, semua sudah rapi.

I forgot how I could arranged it all by myself from watching the men working to buying office supplies, contacting mineral water to get them deliver the drinking water, finding a man to do office cleaning regularly and placing the furniture. All done in a week. When my superior arrived from Japan, everything was in order.

Yang saya ingat adalah belum pernah saya bekerja dengan rasa demikian gembira karena mendapatkan kepercayaan yang sangat besar.

What I remember is that I had never did my work happily because I had been given so much trust.

Atasan saya yang orang Jepang itu ternyata juga memberikan saya kepercayaan yang besar.


My Japanese superior also gave me big trust.

Karena pekerjaannya mengharuskan dia untuk lebih banyak berada di luar kantor maka dia mempercayakan operasional kantor kepada saya.

Since his work made him had to leave the office often, he entrusted me to fully in charge our  office.

Dia juga seorang yang tidak menganggap diri lebih tinggi dari saya. Selama hampir dua tahun kami bekerja di perusahaan itu kami menjadi lebih dari atasan dan bawahan. Kami adalah rekan kerja, sahabat dan sekutu.

He was also not the kind of person who sees himself higher than me. For almost two years we worked there we were more than a boss and a secretary. We were colleagues, bestfriends and allies.

Kami punya peran dan tanggung jawab yang berbeda tapi kami sama-sama merasa memiliki perusahaan itu dan berusaha supaya dia berjalan, berkembang dan berhasil.

We had different roles and responsibilities but we had the same sense of belonging in that company and we did the best we could to make it worked, grow and succeed.

Dua orang asing itu telah meletakkan dasar pembentukan diri saya. Kepercayaan yang mereka berikan kepada saya membuat kepribadian, kepercayaan diri dan kemampuan saya berkembang seperti bunga yang mekar dengan indahnya.

Those two foreigners had put the based that formed me. The trust they gave me made my personality, self confident and abilities grown like a beautiful blossomed flower.

Tahun 2005 saya bekerja sebagai guru di sebuah taman kanak-kanak. Dengan hanya berbekal pengalaman 3 bulan mengajar di gereja dan tanpa ijasah guru, saya di terima.

In 2005 I had got myself a job as kindergarten teacher. With only 3 months experience of teaching Sunday school in church and with no teaching degree, I got that job.

Yah, saya pikir wajar saja bila pada tahun-tahun pertama saya mengajar disana, kepala sekolahnya bersikap skeptis, sangat mengawasi, mendominasi dan mendikte saya.

Well, I thought it made sense that in the first few years of me teaching there, the headmaster was skeptical, watched me closely, dominating and even controlling me.

Tapi di tahun ke 4, hati saya mulai berontak.

But in the 4th year, my heart started to feel restless.

Sudah 4 tahun saya bekerja di sana. Mengajar hampir 7 hari seminggu. Masa sih saya masih di nilai tidak becus? Bukan saya terlalu pede tapi saya kan bisa melihat perkembangan pada diri dan kemampuan saya sebagai guru. Juga bagaimana perkembangan positif murid-murid itu di bawah didikan saya serta reaksi orang tua mereka terhadap diri saya.

I had worked there for 4 years. I taught nearly 7 days a week. Would I still be seen incapable? It wasn’t that I over confident but I could see my own progress as a person and as a teacher. Plus seeing my students positive progress and the parents’ reaction toward me.

Di tahun ke 5 dan ke 6, saya berontak yang akhirnya berakhir pada pengunduran diri saya.

In the 5th and 6th years I finally stood up that eventually led to my resignation.

Tahun terakhir itu saya dijadikan wali kelas TK A, kelas untuk anak-anak berusia 4-5 tahun.

That last year I was appointed as the head of A class, the class for children aged 4-5 years.

Tapi dalam prakteknya, kepala sekolah sering melakukan intervensi ketika saya sedang mengajar. Bahkan mengambil alih kegiatan yang sedang saya jalankan di kelas sehingga saya berpikir buat apa saya dijadikan wali kelas kalau saya tidak bisa di percaya untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas kelas itu? Lalu saya ini apa? Wali kelas di atas kertas saja?


But in reality, headmaster intervened often when I was teaching my class. She took over the activities I was having in my own class that made I thought what was the point of appointing me as that class’s teacher if I couldn’t be trusted to in charge fully of it? So who was I? The head of that class only on paper?

Kenyataannya adalah selama 6 tahun saya mengajar disana, saya adalah guru favorit. Disukai, dihormati dan disayangi oleh murid serta orang tua murid. Kalau saya tidak becus sebagai guru dan tidak punya pribadi atau sifat baik, mana mungkin mereka bisa melihat dan memperlakukan saya seperti itu.


The fact is for 6 years I taught there, I was the favorite teacher. I was liked, respected and loved by the students and their parents. Would I get such adoration, respect and admiration if I was a lousy teacher and a bad-ass person?

Saya tidak mencari pujian. Saya tidak butuh sanjungan. Saya hanya ingin di percaya dan justru itu yang tidak bisa diberikan oleh kepala sekolah. Aneh memang. Beliau membutuhkan saya tapi tidak bisa mempercayai saya, bahkan sebetulnya tidak seorang pun dipercayainya. 

I didn’t look for praise. I didn’t need to be idolized. All I wanted was just trust and it wasn’t something headmaster could give me. It is weird. She needed me but she couldn’t trust me, infact, she trusted no one. 

Pola pikir dan sikap itu akhirnya merugikan dirinya sendiri.

Her mindset and attitude gave nothing but great loss to herself.

Karena akibatnya dia kehilangan saya, seorang yang selama 6 tahun telah ikut dia bentuk sehingga akhirnya saya menjadi guru yang lumayan berpengalaman dan handal.

One of the impact is losing me, someone whom in 6 years had been formed by her until I made it into a quite experienced and good teacher. 

Selama 2 tahun ini saya dengar mereka yang menggantikan saya hanya bertahan antara satu semester sampai paling lama setahun.

In the past 2 years I heard that my replacements lasted only one semester to a year.

Kalau tidak karena merasa telah menemukan panggilan jiwa dalam bidang pendidikan dan sangat mencintai murid-murid saya, tidak akan sampai 6 tahun saya bertahan bekerja di bawah pimpinan orang seperti kepala sekolah itu.

If it wasn’t because I felt I had found my true passion and because I loved my students so much, I wouldn’t stay for 6 years working under the supervision of someone like that headmaster.

Senior saya di tempat kerja saya sekarang ini adalah orang yang tetap mempercayai saya bahkan di saat ketika saya di nilai telah melakukan kesalahan yang sangat besar.

My senior at my present work place is someone who trusts me even when I was seen as someone who had done terrible huge mistake.

Beliau tetap berdiri di pihak saya bahkan ketika saya merasa semua menyalahkan saya.

He stood by my side even when I thought everyone blamed me.

Beliau membela saya bahkan ketika yang lain mendadak jadi bisu.

He defended me when others seemed had lost their tongues.

Beliau bahkan masih tetap mempercayai saya sekali pun saya masih melakukan kesalahan.

He still trusts me even when I made mistakes.

Tidak mudah mempercayai seseorang.

It is not easy to trust someone.

Karena itu dengan setulus hati, saya menghormati orang-orang yang memberikan kepercayaan kepada saya.

It is why with all my sincerity, I respect those who have given me trust or still trust me.

Saya berupaya sebaik-baiknya untuk tidak mengecewakan mereka yang telah mempercayai saya.

I do my best not to let down those who trust me.

No comments:

Post a Comment