Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, September 6, 2013

Leadership Camp (3)

United We Stand

Bersatu Kita Teguh

Dari sekian banyak materi yang disampaikan oleh pembicara dalam acara Leadership Camp ini, saya menyimpulkannya dengan kata-kata di atas.


Of all the many stuff given by the speaker in this Leadership Camp, my conclusion is written in the above words.

Tempat kerja seperti sebuah kapal.

Workplace is like a ship.

Kapal yang membutuhkan banyak orang untuk membuatnya bisa bergerak, berfungsi dan mencapai tujuan.

A ship that needs people to make it moves, function and reaches its destination.

Karena itu setiap orang yang berada di kapal itu memiliki arti penting. Yang seorang bisa saja lebih pintar dari yang lain atau lebih berpengalaman tapi bukan berarti dirinya menjadi yang paling hebat atau yang paling utama.

Therefore everyone on board holds important role. One maybe smart than the other or more experienced but it is not making him or her as the great one.

Hal-hal seperti ini sering terlupakan.

These stuff is sometimes forgotten.

Kita menganggap posisi, tingkat pendidikan, pengalaman, otak, kontribusi, penghasilan dan keberhasilan menempatkan kita lebih tinggi, lebih kuat, lebih unggul dan lebih hebat dari yang lain.

We assume that our position, level of education, experience, brain, contribution, income and success put us higher, superior and almighty than the others.

Akibatnya sulit untuk menghargai, bersikap rendah hati, tidak merasa terintimidasi dengan kelebihan, kemampuan atau prestasi orang lain, cenderung berpikir dangkal, menilai segala sesuatu hanya dari kulit luar, sulit menempatkan diri dalam posisi orang lain karena hanya mau menerima hal-hal dari sudut pandangnya atau pengertian sendiri.

The result is hard to have appreciative attitude, low profile, not feeling intimidated when by other people’s abilities or achievement, tend to have shallow mind, skin deep judgement, hard to put in other people’s position because just want to see things from own’s point of view or understanding.

Saya tidak mengarang semua ini. Semua yang saya tuliskan di atas didasarkan dari pengalaman bekerja, berteman dan bergaul dengan banyak orang.

I don’t made up this stuff. Everything I write above is taking from my experience working, making friends and socializing with lots of people.

Bisakah sebuah kapal berlayar hanya dengan seorang kapten?

Can a ship sails with only a captain on board?


Sekali pun kapalnya dilengkapi dengan mesin-mesin tercanggih yang bisa bekerja sendiri dan si kapten seorang jenius tapi bisakah kapal itu berlayar hanya bermodal itu saja?

Though the ship is equipped with sophisticate machines that can work by themselves and a genius captain but tell me can it sails with only them on board?

Sebuah kapal membutuhkan pemodal, kapten, juru mudi sampai ke tukang pel.

A ship needs its financier, captain, helmsman to the cleaner.

Semua adalah posisi penting.

Every post is important.

Semua punya peranan yang penting.

Everyone holds important role.

Semua saling membutuhkan.

Everyone needs each other.

Ketika saya berhenti bekerja dari taman kanak-kanak dimana saya bekerja sebelum bekerja di tempat kerja sekarang ini, saya tidak melakukannya karena saya bosan menjadi guru, tidak karena saya capek berurusan dengan anak kecil, bukan karena gajinya yang kecil, sekolahnya se-upil, nyempil paling ujung di kompleks perumahan yang jauh dari pusat kota.


When I resigned my job in the kindergarten before I work in this place, I didn’t do that because I was bored working as a teacher, not because I was tired working with children, nor because of the small amount of salary, neither because it is a tiny kindergarten, located in an end corner of a housing complex far from downtown.

6 tahun saya bekerja di sana dengan segala kebahagiaan, semangat dan dedikasi yang tidak didasari oleh uang, jabatan atau penghormatan.

For 6 years I worked there with all the happiness, enthusiasm and dedication that was not moved by money, rank or respect.

6 tahun saya bekerja di sana atas dasar rasa cinta saya kepada anak-anak.

For 6 years I worked there for the love I had for the children.

Tidak ada yang lebih membahagiakan dan memuaskan dari pada melihat mereka bertumbuh tidak hanya menjadi anak-anak yang pintar tapi terutama menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik.

Nothing made me more happy and satisfy than to see them grew not only into smart children but mostly into better characters.

Saya tidak peduli apakah mereka ingat atau tidak kepada saya, apakah mereka berterimakasih atau tidak, apakah mereka memberi hormat atau bersikap cuek setiap kali mereka bertemu dengan saya setelah mereka tidak lagi bersekolah di taman kanak-kanak itu, karena memang bukan itu yang saya cari dan juga bukan yang saya butuhkan.

I don’t care if they remember me or not, whether they will thank me or not, would they pay respect to me when they meet me after they graduate from that kindergarten or they would ignore me, because those are not the things I seek nor do I need.

Saya melakukan dan memberikan yang terbaik bagi mereka.

I did and gave the best for them.

Panas, hujan, angin, sakit, lapar, capek, cakaran anak, tendangan, muntahan.. saya sudah menghadapi semua itu dan saya tidak menyerah, tidak mundur sekali pun ada saat-saat saya frustrasi dan hampir putus asa.

The heat, rain, wind, sickness, hunger, frazzle, child’s scratch, throwing up.. I had been through all that and I didn’t give in nor retreated though there were times when I had my frustration and desperation.

Saya berhenti karena pimpinan taman kanak-kanak itu mengecilkan saya.

I quitted because the head of that kindergarten be littled me.

Satu diantaranya adalah ketika saya sedang melatih anak-anak di kelas saya menari dan tiba-tiba saja pimpinan itu masuk, tanpa basa-basi, tanpa permisi, tanpa minta persetujuan saya apalagi minta maaf, latihan itu di ambil alih dan saya di suruh mengawasi kelas lain yang sedang istirahat.

One among others is when I was having the children in my class rehearsed their dancing and all of sudden the head of kindergarten came in, no greetings, no excuse and no apologize for interrupting, she took over it and sent me to have in charge in other class that was having recess time.

Saya tahu dan mengakui bahwa pimpinan itu lebih senior dalam umur, pengalaman, pendidikan dan kecerdasan.

I knew and admitted that she is senior in age, experience, education and brain.

Saya bisa menerima bila semua itu dilakukan untuk kebaikan anak-anak dan memberi masukan ilmu bagi saya.

I could accept it if it was done for the good sake of the children and to pass me the knowledge.

Yang tidak bisa saya terima adalah karena lewat peristiwa itu dan banyak peristiwa lainnya, sikap dan perkataannya menunjukkan pandangan bahwa dirinya lebih tahu, lebih bisa, lebih mengerti, lebih tinggi, lebih berpengalaman, lebih pintar dari yang lain.

What I couldn’t accept is through that incident and many other incidents is her attitude and words showed that in her perspective she knew better, she could do things better, she had better understanding, she was superior, more experienced, smarter than others.

Bicara baik-baik, keberatan terang-terangan, sindiran halus sampai yang paling nyata tidak mempan.

Other teachers, employee and I tried to talk about it, clearly protested her, allusions from the nicest to the rude one were to no avail.

Setelah 6 tahun, akhirnya saya bosan, jenuh dan menyerah menghadapinya. 

After 6 years, I have got bored, tired and gave up on her.

Saya telah menolak beberapa tawaran kerja yang mendatangi saya selama kurun waktu 6 tahun itu tapi ketika datang lagi tawaran kerja, saya menerimanya.

I have turned down several job offers during those 6 years but when one came to me, I accepted it.

Pengunduran diri saya adalah suatu kerugian besar bagi taman kanak-kanak itu dan juga bagi pimpinannya karena saya telah menjadi seorang guru yang lumayan berpengalaman dan saya tahu ada banyak orang tua murid yang mempertahankan anaknya bersekolah di sana karena anak itu mencintai saya dan merasa cocok dengan gaya mengajar saya. bahkan beberapa memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di sana karena mendengar berita dari mulut ke mulut bahwa saya seorang guru yang baik.

My resignation was a big loss for the kindergarten and its superior because I had become an experienced teacher and I knew many parents kept their children there because they liked me as a teacher, while other parents decided to enroll their children there because of the mouth to mouth news that I was a good teacher there.

Di hari saya mengundurkan diri, orang tua dari seorang calon murid batal mendaftarkan anak mereka di sana karena sebelumnya mereka berharap si anak akan masuk ke kelas saya. Sementara itu orang tua dari anak yang lain yang sudah terlanjur mendaftarkan diri, berkali-kali menyesalkan dan berusaha membujuk supaya saya menarik pengunduran diri saya karena mereka juga berharap anak itu akan ditempatkan di kelas saya.

The day I resigned, parents of a student to be changed their minds about enrolling their child there because they were hoping the child would be placed in my class. While other parents whose child was already enrolled regretted my resignation and tried to make me change my mind about resigning my post as they too hoped their child would be placed in my class.

Banyak perusahaan kehilangan orang-orang berbakat, berpotensi, berkepribadian baik karena manusia-manusia didalamnya tidak bisa melihat dan mengerti bahwa seperti perumpamaan kapal yang saya tuliskan di atas, setiap orang dan setiap posisi adalah penting.


Many companies lost their talented, potential, good personalities people because the men there can’t see and understand that just like the ship parable I wrote above, everyone and every position is important.

Kalau kita semua bisa mengerti akan hal tersebut maka kesatuan akan terjalin dan kesatuan itu adalah kekuatan.

If we could understand it then it means we have a unity and unity brings power. 

No comments:

Post a Comment