Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, September 9, 2013

Leadership Camp (5)

Completing

Melengkapi

Acara Talent Show adalah acara dalam Leadership Camp ini yang paling tidak saya tunggu, yang paling tidak menggugah semangat saya dan kalau bisa malah saya tidak ingin ikut serta didalamnya.

Talent Show was a program in Leadership Camp which I didn’t look eagerly, nor did it excite me and if I could choose, I wouldn’t participate in it.

Tapi ya apa boleh buat, berhubung sudah dimasukkan dalam acara dan ini melibatkan seluruh kelompok, terpaksalah ikut juga.


But what could I do, it has been put in the program and it involved the whole group so no choice than to participate in it.  

Tema diberikan.

Theme was given.

Terserah pada masing-masing kelompok mau mengaplikasikannya dalam bentuk drama, tarian, nyanyian atau pantomim.

It was up to each group to made it into a play, dance, singing or pantomime.

Jiah!. Dari dulu yang model beginian justru yang paling tidak saya sukai.

Geez!. This is exactly the kind of activity that I dislike.

Karena bakat saya memang tidak ada di bidang drama, tari, nyanyi apalagi pantomim.

My talent is not in acting, dancing, singing or pantomime.

Saya seorang penulis tapi bukan berarti seorang penulis otomatis bisa jadi pemain drama. Rata-rata penulis berada di belakang layar. Karya-karyanya bisa di kenal sampai kemana-mana tapi orangnya memilih tidak mau menggembar-gemborkan diri.

So I am a writer but it doesn’t mean that it automatically turns a writer into an actor or actress. Most writer prefer to stay off the spotlight. Their writings may be known all over the world but they choose to remain unknown.

Tipe kepribadian saya juga seperti itu. Bukan orang yang mencari sensasi, pujian atau pengakuan.

It fits my kind of personality. I am not someone who looks for sensation, praise or acknowledgment.

Dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi banyak hal positif telah saya lakukan. Tapi saya melakukannya karena saya tahu saya mau dan bisa melakukannya. Bukan untuk membuat orang terkesan, kagum atau memuji saya.

I have done many positive things at work and in my personal life but I did it all because I knew I wanted and I could do it. Not to impress people. Not to seek their admiration or praise.

Perkara menghargai atau berterima kasih itu relatif. Saya tidak menempatkannya sebagai prioritas.

Appraisal is relative. I don’t put it as my priority.

Hanya ketika saya merasa saya sama sekali tidak dihargai, ya sudah, saya bisa cari tempat dan orang lain yang bisa menghargai saya dengan sepantasnya.

Only when I feel I am under appreciate, well, I will go and find somewhere else or someone else who can give me proper appreciation.

“Oh gitu ya?” cetus Andre ketika saya memberikan garis besar tentang apa yang akan saya tulis berikutnya berdasarkan hal-hal yang saya dapatkan dari Leadership Camp itu “jadi kalau kamu merasa saya tidak menghargai kamu, kamu cari lelaki lain?”

“Is that so?” Andre snapped when I gave him the outline of my next writing based on the things I got from that Leadership Camp “when you feel I don’t appreciate you, you go and find another man?”

“Mungkin” saya malah menggodanya.

“Maybe” I teased him.

Dia tertawa “awas kamu. Bentar lagi saya bakal datang”

He laughed “watch it. I am gonna come in a short of time”

Saya ikut tertawa “coba itu, say, saya tidak bisa akting, eh.., di suruh main drama. Tampil pula di atas panggung. Sudah syukur tidak pakai acara nyanyi”


I laughed “would you imagine that, hun, I can’t act, damn.., I was put on a play. On a stage. I was glad it didn’t involve singing”

“Kan kamu sudah sering tampil”

“You did your performance often”

“Tampil apaan?”

“What performance?”

“6 tahun kamu jadi guru. Kan itu artinya kamu tampil di depan umum”

“You spent 6 years as a teacher. You did your performance on public”

“Oh, itu sih beda. Tampil sebagai guru di depan kelas beda dong. Itu kan ngajar, bukannya pertunjukan”

“Oh, that’s different. Teaching in class is not the same with doing performance”

“Anggap saja sama”

“Just act as if it were same thing”

“Mana bisa. Ngajar tidak bikin demam panggung”

“I can’t. Teaching never gives me the butterfly-on-the stomach-feelings”

Andre ngakak “ga bisa kebayang kamu main drama. Ada di tengah kerumunan orang aja, kamu panik”

Andre laughed it out loud “I can’t imagine you were in a play. Being in a crowd makes you panic”

“Eh, gitu-gitu kelompok saya jadi juara kedua”

“Dude, my group won second place”

“Masa?”

“Really?”

“Jurinya pasti mabok semua”

“The jury must be have had hangover”

“Itu pilihan penonton, tahu. Bukan keputusan juri”

“That was the audience’s choice, y’know. Not the jury’s verdict”

“Berarti penampilan kelompok kamu ga jelek-jelek amat”

“Then it means your group’s performance wasn’t that bad”

Saya nyengir. Itu soal selera sih. Penonton sebagian besar menilai penampilan kelompok saya bagus. Padahal saya sendiri menilai ada kelompok lain yang penampilannya jauh lebih bagus.

I grinned. That was a matter of choice. The audience somehow thought my group’s performance was good. I myself thought there other group with better performance.

“Itu bukan tentang pertunjukannya” saya berpikir-pikir “saya melihatnya sebagai kerjasama suatu tim memadukan kemampuan dan bakat anggota-anggotanya untuk mencapai suatu tujuan”

“That was not about the show” I gave it a thought “I saw it as a team work turning the members’ abilities and talents to achieve a goal”

Dan memang seperti itulah.

And that what it was all about.

Begitu tema sudah diketahui, ‘adik’ saya dan ketua kelompok menanyakan seperti apa pertunjukan kami nantinya.

Once the theme was given, my ‘brother’ and the group leader asked what kind of performance would we choose.

Kemudian ‘adik’ saya segera merancang jalan cerita. Tanpa di protes dia langsung menjadi penulis naskah merangkap sutradara.

After that my ‘brother’ came up with the story board. With no protest he became the script writer and the director.

Sama seperti saya, dia juga seorang penulis blog walau patut disayangkan blognya sudah setahun atau mungkin lebih dibiarkan mati suri.


Just like myself, he is a blog writer though it is a shame that it has been a year or more he left it idle.

Sama seperti saya, dia kutu buku.

Just like myself, he is a book worm.

Sama seperti saya, dia seorang pembicara.

Just like myself, he is a speaker. 

Perbedaannya adalah, saya menilai gaya tulisannya dan buku-buku pilihannya terlalu serius dan kaku.

The difference is I think his writing and the books he reads are too serious and stiff.

Perbedaan lainnya adalah saya lebih sering tampil di depan anak-anak sementara dia dari berbagai umur.

Another difference is I perform infront of my students while his audience came from any age.

Hal yang menentukan juga adalah sekali pun saya kelihatannya lebih terbuka dari dia tapi sifat sebetulnya lebih tertutup. Itu sebabnya saya merasa tidak nyaman untuk menampilkan diri sementara ‘adik’ saya mampu mengambil peran itu.

Another key role in this is thought I appear to be outgoing but I am a reserved person. It is why I feel uncomfortable to show myself off while my ‘brother’ can play that role.

Saya mengetahui keterbatasan, kelemahan dan kekurangan saya.

I am well aware of my limitation and weaknesses.

Saya sudah belajar untuk tidak merasa dikecilkan karena hal-hal itu tapi bukan berarti hanya pasrah menerima tanpa berusaha untuk memperbaikinya.

I have learned not to feel be littled by those things but it doesn’t mean that I just accept it without doing something to improve them.

Saya belajar untuk bisa menerima kelebihan orang lain tanpa membuat saya merasa tidak punya kelebihan apa pun.

I have learned to accept what other people have that I don’t have without making me feel I have nothing. 

Saya bahkan mencari orang-orang yang memiliki hal-hal yang tidak saya miliki supaya mereka bisa mengisi kekurangan saya.

I even look for people who have things that I don’t have so they can fill the empty spots.

Dan saya melengkapi kekurangan mereka.

And I fill their empty spots.

Dimana pun kita berada, kita akan mendapati diri kita menjadi bagian dari suatu tim.

Where ever we are, we will always find ourselves as part of a team.


Anggota tim adalah orang-orang yang saling mengisi, saling melengkapi.

Team member is the people who are completing each other.

No comments:

Post a Comment