Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Sunday, August 4, 2013

My Precious Ones

Rabu-Kamis-Jumat. Sudah 3 hari Lauren berada bersama dengan saya dan Andre.

Wednesday-Thursday-Friday. Lauren has spent 3 days living with Andre and I.

Cynthia, kakak Shirley, tiba di Bogor hari Jumat (2/8). Tapi dia baru akan kembali ke Jakarta hari Minggu. Selama berada di Bogor, dia tinggal dengan kami.

Cynthia, Shirley’s sister, arrived in Bogor Friday (Agust 2nd). But she will return to Jakarta on Sunday. She stays with us while she is in Bogor.

Masih ada 2 hari lagi sebelum Lauren di bawa pergi tantenya. Shirley sudah mengatur supaya mereka tinggal di rumah sewaan yang berada dekat dengan apartemennya. Tapi dia belum boleh bertemu dengan Lauren. Berdekatan dengan orang-orang yang mengurus Lauren pun tidak boleh karena takut virus cacar air akan terbawa lewat mereka dan mengenai Lauren.

There will be 2 days before Lauren is taken by her aunt. Shirley has arranged so that they will stay in a rented house near her apartment. She is still not allowed to meet Lauren. She can’t even get around the people who take care Lauren fearing she might pass Lauren the chicken pox virus through them.

Saya tidak bisa dikatakan gembira dengan kehadiran Cynthia. Bukan karena dia seorang yang tidak menyenangkan. Oh, bukan itu. Walau berbeda dengan adiknya yang lincah, Cynthia yang lebih kalem itu ternyata enak untuk dijadikan teman.

I can’t say that I’m happy to have Cynthia with us. Not because she is not a nice person. Oh, not that. Though she is not as lively as her sister but the calm Cynthia is actually a fun person to be with.

Dan walau capek setelah menempuh perjalanan panjang dengan pesawat serta masih di bawah pengaruh jetlag, dia memperhatikan hal-hal yang tidak kami sadari.

And though she is exhausted after taking a long flight, not to mention still having jetlag, she sees things that we are unaware of.

“Shirley pasti senang bila melihat bagaimana kalian merawat dan menyayangi Lauren” katanya ketika saya kembali ke dapur setelah menaruh Lauren di kamar tidur.

“Shirley would be happy if she saw how well you guys have taken care and love Lauren” she said when I returned to the kitchen after put Lauren in the bedroom.

Saya cuma nyengir “kami akan merindukan Lauren”

I grinned “we are going to miss Lauren”

“Kalian kan bisa mengunjungi kami di Jakarta”

“You can visit us in Jakarta”

“Ya. Tapi mungkin tidak bisa sering kalau Andre sudah balik ke Amerika”

“Yes. But maybe not often after Andre returns to the State”

“Kapan itu?”

“When will that be?”

“Selasa depan”

“Next Tuesday”

Saya membuka kulkas. Mengeluarkan sekotak es krim.

I opened the fridge. Taking out a box of ice cream.

“Mau?” saya menawarkannya pada Cynthia.

“Want some?” I asked Cynthia.

“Ya” Cynthia mengambil sendok dan duduklah kami berhadapan. Bergantian menyendok es krim.

“Yes” Cynthia took a spoon and there we sat face to face. Taking turn in scooping the ice cream.

“Kamu bisa menjadi seorang ibu yang baik” cetus Cynthia tiba-tiba.

“You know, you would make yourself a good mother” said Cynthia.

Saya tertegun mendengarnya.

It stunned me.

“Ya? Apa yang bikin kamu bisa bilang gitu?” tanya saya.

“Really? What made you think like that?”

“Cinta” Cynthia tersenyum “saya melihat cinta dalam dirimu. Cinta yang sangat besar. Kamu mau membagikannya pada siapa saja tapi kamu takut untuk melakukannya”

“Love” Cynthia smiled “I see love in you. Lots of love. You are willing to give it to anyone but you are afraid to do so”

Saya spontan tertawa “benar”

I spontaneously laughed “true”

“Di dunia ini ada orang-orang yang tidak bisa menghargai cinta yang dengan tulus kita berikan, kamu telah banyak bertemu dengan mereka, betul kan?” Cynthia berkata tanpa ada nada menghakimi “mereka menyakiti hati kamu”

“There are plenty of people who can’t appreciate the love you are sincerely give them,  you have met some of them, right?” Cynthia said without any judging tone in her voice “they hurt you”

“Mereka penuh dengan egoisme dan kepalsuan” saya mendengus kesal, mencibir, sinis.

“They are full with ego and phony” I snorted in my upsetness, mocked in cynical.

“Dan kamu kecewa dengan kehidupan ini”

“And you are disappointed with life”

“Ya”

“Yes”

“Saya punya dua anak” Cynthia mengeluarkan sebuah foto dari sakunya “ini Mark yang sulung dan adiknya, Susan”

“I have two kids” Cynthia took a photo from her pocket “this is Mark and her sister, Susan”

Saya mengamati foto itu.

I looked at that photo.

“Mudah untuk mencintai mereka, sulit untuk mencintai mereka” Cynthia tersenyum menatap saya “tentu saja mereka juga berpikiran demikian terhadap saya dan Bobby, suami saya. Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan saya dan Bobby”

“Easy to love them, hard to love them” Cynthia smiled as she stared at me “of course they think the same about me and my husband, Bobby. Same thing for my relationship with Bobby”

“Kebahagiaan, kesedihan, kegembiraan, kekecewaan, kelegaan, kekesalan akan selalu ada dalam kehidupan. Tidak bisa kita hindari. Tapi janganlah semua itu membuat kita berhenti mencintai kehidupan atau manusia”

“Happiness, sadness, joy, disappointment, relief, upsetness are always exist in life. We can’t avoid them. But don’t let them stop us to love life or people”

Malam itu saya merenungkan kata-kata Cynthia ketika saya duduk sambil menggendong Lauren yang dengan tenangnya minum susu dari botolnya.

That night I thought about Cynthia’s words as I sat and held Lauren who drank the milk from her bottle.

“Gimana kabarnya tuan putri kita?” Andre muncul. Diciumnya Lauren. Diciumnya saya. Lalu dia duduk di sisi kami.

“How’s our princess doing?” Andre came. He kissed Lauren. He kissed me. And he sat next to us.

Lauren mengeluarkan suara kecil. Dia menggapai-gapai ke arah Andre yang meraih tangan itu dan menciumnya.

Lauren made tiny sound. She held her hand out to Andre who took and kissed it.

“Dia mungkin tidak akan ingat pada saat ini tapi kita tidak akan melupakannya dan setiap detik keberadaannya bersama dengan kita” bisik Andre pelan sambil memeluk saya.

“She might not remember this moment but we sure not gonna forget her and every second she is with us, don’t we?” said Andre quietly as he hugged me.

Ya, saat-saat yang berharga. Dengan orang-orang yang berharga. Memberikan dan menerima cinta yang berharga.

Yes, precious moments. With precious moments. Giving and receiving precious love. 

No comments:

Post a Comment