Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, August 24, 2013

Is This Yours?

“Sudah ketahuan itu kopi punya siapa?” tanya teman saya sambil cengar cengir ketika kami bertemu di kantor beberapa hari lalu.

“So whose coffee was that?” asked my friend as he grinned when we met at the office few days ago.

Saya spontan tertawa mendengarnya.

I bursted out my laugh.

"Mending gue nanya dulu dong dari pada langsung main ambil" jawab saya "kalau yang punya nyariin gimana, yoo?" 

"It is better that I asked and not just taking it" I said to him "what happens if the owner looks for it?"

Teman saya tertawa.

My friend laughed.

“Kalau buat gue sih, yang sudah di taruh di situ ya jadi milik bersama” katanya di sela-sela tawanya “gue simpan makanan di kulkas, siapa aja boleh ambil dan makan”

“I take it this way, since it is in public place, it is no longer in personal possession” he said in between his laugh “I keep some snacks in the fridge which anyone can take it”

“Ya itu kan elu”

“Now, that’s you”

Dia masih tertawa dan tetap bisa tertawa setiap kali teringat sms dari saya, menanyakan apa dua sachet kopi yang ada dalam stoples kopi adalah miliknya.

He laughed and laughes everytime he remembers my text to him, asking if the two sachets of coffee in the coffee jar were his.

Pagi itu ketika saya berada di pantry untuk membuat kopi, saya melihat dua sachet kopi dalam stoples kopi dan karena keduanya berbeda dengan kopi yang biasa saya beli maka  saya tahu pasti ada orang lain yang telah menaruhnya di sana dan saya mengira dia sebagai pemilik dua sachet kopi itu karena setahu saya hanya kami berdua yang suka menyimpan makanan atau minuman di pantry atau di kulkas.

That morning when I was in the pantry to make coffee, I saw those two coffee sachets in the coffee jar and since they were from different brand with the ones I use to buy, I assumed someone has put them there and I thought it was him because we both like to leave snacks or drinks in the pantry or in the fridge.

Tapi saya pikir bisa juga orang lain yang menaruhnya di situ. Jadi saya mengirimkan sms untuk memastikan.

But I thought someone else might have put them there. So I texted him just to make sure.

“Bukan punya gue” begitu dia membalas sms saya.

“They are not mine” he texted me back.

“Siapa ya yang taruh di situ?” saya penasaran.

“Any idea who put them there?” it made me curious.

“Ah, udahlah.. ambil aja kalau mau”

“Who cares.. just take it if you want”

“Ga, ah. Kalau yang punya nyariin gimana, yoo?”

“Nah. What if the owner came to get them?”

Beberapa hari kemudian ketika saya sedang berada di pantry, seorang teman yang lain masuk dan melihat saya sedang membuat kopi, dia nyeletuk..

Few days later when I was in the pantry, another friend came and when he saw me making coffee, he said..

“Saya taruh kopi di stoples”

“I put some coffee in the coffee jar”

Oh? Jadi dua sachet kopi itu punya dia.. terpecahkanlah misterinya.. hehe.

Oh? So those two sachets of coffee were his.. it broke the mystery.. lol.

Teman saya tertawa geli ketika saya ceritakan peristiwa itu padanya. Apalagi ketika saya katakan bahwa kami bertukar kopi.

My friend couldn’t hold his laugh when I told him about it. Especially to the part when the owner of those two sachets of coffee traded one of them with my coffee.

“Masa sih?” matanya membelalak tak percaya.

“Really?” his eyes widened out of his disbelief.

“Untung juga kan gue ga main ambil aja” saya menertawakan keheranannya “ya, dia sih ga bakal marah kalau misalnya kopinya saya ambil satu sachet tapi kan lebih enak kalau sebelumnya sudah ngomong dulu”

“Glad I didn’t just take it” I laughed seeing his amazement “I knew he would be okay with it but I am glad I asked him first”

“Apa pun yang ada di pantry adalah milik bersama”

“The things in the pantry are in public domain, anyone can take them”

Wah, saya teringat pada kopi di mug yang selalu saya simpan di dalam kulkas. Mug tanpa nama. Tapi sejauh ini tidak ada yang nekad meminumnya.. hehe..

This reminded me to the coffee in the mug that I put in the fridge. A nameless mug. But so far none dared to drink it.. lol..

“Saya simpan cemilan di kulkas, siapa yang mau silahkan ambil saja” katanya.

“I keep some snacks in the fridge, I don’t mind if you or anyone else want to eat them” he continued.

“Ga semua orang bisa berpendapat seperti itu” saya nyengir sambil masih teringat pada kopi dalam mug tidak bernama yang saya simpan di kulkas.

“Not everyone shares that opinion” I grinned as I remember my coffee in the nameless mug in the fridge.

Dan pembicaraan kami berlanjut pada kebiasaan di tempat kost. Semua bisa menaruh makanan atau minuman dalam kulkas tapi tempat penyimpanannya tentu di beri label nama.

And our conversation continued about living in the flat. The tenants can store beverages in the fridge but better put name tag on the container.

Rasa kepemilikan memang berbeda di setiap orang. Ada yang tidak terlalu merepotkan benda-benda yang menurutnya ok-ok saja untuk di bagi dengan orang lain. Tapi ada juga yang tidak.

People has different opinion about ownership. Some don’t mind to share some things while others do mind.

Jangankan orang lain, yang sedarah sedaging saja belum tentu rela berbagi.

Our own flesh and blood wouldn’t have a big heart when it comes to sharing.

Topik dua sachet kopi itu kembali dibicarakan ketika kami bertiga bertemu belum lama ini dan kami sama-sama menertawakannya.

Those two sachets of coffee came into the conversation when the three of us met recently and we all laughed it out.

Bersyukurlah saya memiliki dua teman seperti mereka. Sekali pun ada saat-saat ketika kami bersitegang atau menjauh tapi itu tidak mempengaruhi persahabatan kami. Semakin lama waktu yang kami lewatkan bersama malah membuat kami lebih mengenal satu dengan lainnya.

I am grateful to have them as my friends. Though there were times when we had our differences or distancing each other but they don’t break the friendship. Time has infact gives us chance to get to know each other better.

Tapi beberapa orang tidak seberuntung kami karena perkara ‘milik saya-milik kamu’ bisa meretakkan hubungan antar kakak-beradik dan persahabatan.

Some people are not as lucky as we are because this whole thing ‘what is mine-what is yours’ can break the relationships of brother-sister and friendship.

Sebagai seorang guru, saya beberapa kali di buat repot ketika menghadapi murid-murid yang beranggapan bahwa saya adalah dan harus menjadi milik mereka pribadi. Mereka marah ketika ada anak lain yang ingin mengobrol, memeluk, bermain atau bahkan menggandeng tangan saya! Seorang murid saya malah pernah mengomeli, mendorong dan mencakar temannya yang ingin mendekati saya.

As a teacher, it really troubled me when I had students who though I was theirs and theirs only. They got upset when other children came to talk, hug, play or even to just hold my hand! A former student was even yelled, pushed and scratched her friend whom wanted to approach me.

Saya juga memiliki rasa kepemilikan yang besar. Saya menjalani sebagian besar usia saya sebagai anak tunggal sehingga saya terbiasa dengan pola bahwa barang-barang saya adalah milik saya. Jangankan untuk berbagi, berpindah tempat saja bisa membuat saya murang-maring kalau otak saya sedang tidak waras.. hehe..

I myself have a big sense of ownership. I spent most of my life being an only child so I am used with this mindset that my things are mine. Sharing has been an issue for me, not just that, if I see my things are not in their usual place, it would drive me crazy especially at the times when I was not thinking straight.. lol..

Bagi saya, kamar adalah wilayah pribadi. Masuk boleh tapi tidak bisa sembarangan mengambil atau memindahkan barang saya.

For me, my room is my personal territory. You can come in but you can’t just take or move my stuff.

Yang lucu adalah saya tidak selalu ingat berapa banyak benda atau baju yang saya miliki tapi saya pasti tahu kalau ada yang hilang atau bergeser dari tempatnya.

Funny thing is I don’t always remember how many things or clothes do I have but I can tell if something is missing or moved from its place.

Jadi saya bisa uring-uringan sendirian ketika saya masuk kantor dan melihat benda-benda di meja saya menghilang atau bergeser.

So it can pissed me when I get in the office and see that there are things in my desk that missing or not in their place.

Sekarang ini saja saya sedang agak kesal karena kehilangan cutter. Entah siapa yang ambil tapi tidak mengembalikan. Padahal sudah saya tulisi TU (tata usaha) pada cutter itu.

The missing cutter is just like this one
I am now a little pissed off because my cutter is missing. I don’t know who took it and don’t return it. And I have written ‘OFFICE’ on it.

“Beli ajalah yang baru, Keke” kata seorang senior saya “berapa sih harganya”

“Just buy a new one, Keke” said one of my senior “a cutter wouldn’t cost a fortune”

“Iya, trus nanti hilang lagi” saya cemberut.

“Yeah, and it will be missing again” I said with sullen face.

“Simpan dalam laci kamu yang bisa di kunci”

“Keep it in your drawer and lock it”

Saya tetap kesal. Masa sih semua harus saya umpetin?

It still pissed me off. Should I hide everything?

Tapi saya juga tidak mau perkara cutter bikin saya bertingkah konyol jadi saya pikir biar sajalah. Toh masih ada cutter yang tersimpan di ruang kerja lain. Kalau saya perlu, saya bisa meminjamnya atau kalau saya malas mengambilnya, saya punya cutter pribadi. Hehe..

However, I don’t want to make this cutter thing caused me to act silly so I thought what a hell. There is a cutter in other room. I can borrow it or if I am too lazy to get it, I have my own cutter. Lol..


Ya, begitulah. Harus pintar-pintar memilah mana yang pantas untuk diributin dan mana yang terlalu konyol untuk diributin.

So there it goes. Pick the battle wisely, choose which worth the fight and which should not even shed a sweat. 

No comments:

Post a Comment