Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, August 23, 2013

It’s Mine!

Ini punya saya!

Wah, pusing saya kalau Dio, Dite dan Joan sudah mulai saling ngotot-ngototan sambil berebut pensil atau penghapus yang di aku sebagai miliknya.

Man, it gives me the headache whenever Dio, Dite and Joan start to argue among themselves over who’s the owner of a pencil or an eraser.

“Dio, itu pensil mbak” seru Joan.

“Dio, that is my pencil” exclaimed Joan.

“Bukan!” Dio menolak menyerahkan pensil yang jadi bahan rebutan itu.

Dio & Dite
“No, it’s not!” Dio refused to give the pencil to his sister.

Atau di saat lain giliran penghapus yang diperebutkan..

Or at other time it was the eraser that become the object of their argumentation.

“Ih, Dio, ini penghapus mas!” Dite merebut penghapus itu dari tangan adiknya.

“Dio, this is my eraser!” Dite grabbed that eraser from his brother’s hand.

“Bukan!” Dio berupaya mengambil penghapus itu.

“No, it’s not!” Dio tried to get that eraser back.

Astaga, nak, ampun deh!

Kids, please, knock it out!

Yang bikin kriting adalah sulit membedakan pensil dan penghapus mereka karena sama warna. Beda cuma di ukuran. Ada yang sudah jadi pendek, ada yang masih panjang.

The thing that brought dizzy to me is I couldn’t tell who’s really the owner of that pencil or eraser because they have same color. The size is the only thing to tell the difference. One is short, the other is long.

Tapi gara-gara begini, saya jadi susah memposisikan diri sebagai wasit yang adil. Saya tidak tahu siapa yang berkata benar dan siapa yang keliru membedakan pensil atau penghapus milik saudaranya sebagai miliknya.

But it always makes it hard for me to play the role as a fair referee. I have always found it hard to tell who told the truth and who couldn’t recognize his/her pencil or eraser with his/her brother’s or sister’s.

Joan & Keke
“Ibu!” seru Joan atau Dite kepada saya. Mencari dukungan.

“Ma’am!” Joan or Dite called out to me. Looking for my help.

“Mama!” Dio sudah berapa kali tidak memanggil saya ‘ibu’ tapi ‘mama’.. hehe.. dan setiap kali ini terjadi, perdebatan sejenak berhenti karena kami semua melongo (termasuk juga Dio) dan kemudian tertawalah kami bersama-sama.

“Momma!” Dio has been calling me that instead of ma’am.. lol.. and whenever it happens, all argumentation stops for few seconds because we all kind of stunned (including Dio himself) and followed by a big laugh.

Akhirnya pensil dan penghapus itu saya beri nama. Beres deh.

I wrote the owner’s name on the pencil and eraser. There, problem’s solved.

Yah, walau tidak lama karena kalau mereka berganti pensil atau penghapus atau tulisan nama itu hilang.. mulai lagi..

Not for long, though, because once it wore off or they use new pencils or erasers, hmm.. same old argumentation may erupt at anytime..

Punya pengalaman seperti itu dengan anak anda atau dengan kakak-adik?

Have same experience with your children or with your brother-sister?

Saya merasakan punya adik hanya 5 tahun. Saya sulung dari 3 bersaudara.

I had only 5 years of experience of having a sister. I was the oldest of 3 siblings.

Tahun 1973 adik saya yang tengah meninggal karena radang paru-paru di usia yang baru 2 bulan. Umur saya baru 2 tahun waktu itu dan saya sama sekali tidak ingat apa pun tentang dia. Apalagi tidak ada fotonya. Satu-satunya bukti dia pernah ada di dunia ini hanyalah akte lahirnya.

In 1973 my sister died of pneumonia. She was 2 months old. I was 2 years old at that time and there is no slight memory of her left in my mind. There is no photo of her. The only proof of her existence is her birth certificate.

Tahun 1981 adik saya yang paling bungsu meninggal karena demam berdarah. Usianya 5 tahun. Usia saya 10 tahun. Jadi saya merasakan punya adik hanya selama 5 tahun. Setelah itu saya hidup sebagai anak tunggal.


In 1981 my youngest sister died of dengue fever. She was 5 years old. I was 10 years old. So I had the experience of having a sister for just 5 years because after that I lived completely as an only child.

Sebagai anak tunggal tentu saja saya tidak perlu memperebutkan apa pun karena semuanya adalah untuk saya dan menjadi milik saya.

As an only child I need not to fight over anything because everything is for me and is mine.

Jadi kalau saya melihat kakak-adik ribut memperebutkan benda-benda remeh seperti pensil, penghapus, permen atau apalah.. saya bingung. Saya sudah lupa apakah saya dan almarhum adik saya pernah bertingkah seperti itu juga.

So whenever I see brother-sister are fighting over silly stuff such as pencil, eraser, candy or whatever.. it puzzles me. I have forgotten if my late sister and I had it too.

Kadang saya juga heran dan ngeri melihat bagaimana kakak-adik bisa menjadi sangat buas. Saya bertanya-tanya apa dulu saya dan adik saya pernah menjadi seperti itu juga.

Sometimes it amazes and also scares me to see how brother-sister turn like predators. I asked myself if my late sister and I were ever be like that too.

Di saat lain saya iri. Alangkah beruntungnya mereka yang memiliki kakak atau adik. Seandainya saya juga punya..

At other time I was envious. How lucky are those who have brother or sister. I wish I had..

Kemudian saya berpikir seandainya saya bisa memutar kembali waktu yang telah lewat, maka saya akan memberikan semua pensil, penghapus atau apa pun yang diinginkan atau di minta oleh adik saya. Saya tidak memerlukan semua itu.


Then I thought if I could turn back the hand of time, I would give all my pencil, eraser or whatever my late sister wanted or asked. I don’t need them.

Yang saya perlukan adalah kesempatan untuk kembali memiliki seorang adik dan mendapat waktu untuk memperbaiki setiap kelakuan buruk saya kepadanya.

What I need is a chance to have my sister back, and time, so I could fix every bad thing I did to her.

Yang saya inginkan adalah waktu lebih lama supaya saya bisa mengatakan atau menunjukkan kepadanya bahwa saya mengasihinya.

What I want is more time so I could tell or show my sister that I love her.

Mungkin waktu adalah satu-satunya hal yang harus kita katakan ‘ini milik saya!’ karena sekali waktu itu telah lewat, dia tidak akan mengembalikan apa yang telah dibawa atau diambilnya.



Time is probably the only thing we should claim ‘it is mine!’ because once it passes, it will not bring back whatever it has taken. 

No comments:

Post a Comment