Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, July 29, 2013

Room For Improvement

“Blog kamu kelihatan beda” Andre berkomentar sewaktu melihat saya sedang asyik mengutak-atik blog hari Minggu sore (28/7).

“Your blog looks different” Andre said that when he saw me worked on my blog that Sunday afternoon (July 28th).

“Ya, kemarin saya rubah”

“Yes, I changed the template yesterday”

Dia duduk di sebelah saya dan memperhatikan saya merubah warna huruf pada postingan-postingan blog saya.

He sat by my side and looked at me changing the font color on my previous blog posts.

“Kelihatannya lebih bagus”

“It looks better”

“Makasih, sayang” saya nyengir “tapi karena warnanya jadi lebih cerah, warna tulisan harus pada dibuat lebih tua”

“Thanks, hun” I grinned “but since it is brighter, the font color should be made darker”

Andre memeluk saya “memangnya kenapa dengan tampilan yang lama?”

Andre hugged me “what was it with the old template?”

“Karena saya bosan lihat tampilannya begitu-begitu terus”

“It bored me seeing the old template”

“Ruang untuk perubahan” dia menggumam.

“Room for improvement” he murmured.

“Kenapa, say?” saya berhenti sejenak untuk menoleh ke arahnya.

“What’s that, hun?” I stopped for a while to look at him.

“Kayaknya dulu saya pernah nonton acara tv berjudul room for improvement”

“I think I watched a tv program that called room for improvement”

“Kayaknya saya juga pernah nonton. Yang betulin rumah orang, kan?”

“I think I have watched that too. It was about fixing people’s houses, right?”

“Ya, yang itu”

“Yep, that one”

Saya mengangkat bahu, tersenyum dan melanjutkan pekerjaan saya.

I shrugged off, smiled and continued my work.

“Manusia selalu mencari perbaikan”

“People always looking for improvement”

“Karena perbaikan adalah bagian dari hidup” saya berhenti untuk berpikir.

“Because improvement is part of life” I stopped to think.

"Begitu?" Andre terdengar menghela napas panjang. 

“Is that so?" Andre took a deep breath.

“Apa sih yang ada dalam diri laki-laki itu yang tidak ada dalam diri saya?” pertanyaan ini mengagetkan saya. Bingung, saya berbalik untuk menatapnya. Tapi Andre terlihat biasa saja. Nada suaranya pun tidak menunjukkan tanda bahaya.

“What does that man has that you don’t find in me?” this question surprised me quite a lot. Stunned, I turned around to stare at him. But there was no sign of him feeling upset. Not even in his voice.

“Kita sedang ngobrolin blog saya dan acara tv itu, kok tiba-tiba jadi meloncat ke pertanyaan seperti itu?” sekuat tenaga saya menjaga supaya nada suara saya biasa saja karena saat itu hati saya dag-dig-dug karena bertanya-tanya apa maksud di balik pertanyaan itu “saya kira masalah itu sudah selesai”

“We were talking about my blog and that tv program, why asked me that question?” I tried as best as I could to keep my voice low because the question rang the bell in me as I wondered what was behind it “I thought we have put the matter behind us”

Andre menatap saya. Menghela napas. Menepuk pipi saya “saya tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkannya. Apa yang kamu lihat ada dalam dirinya? Apa yang kamu temui dalam dirinya? Apa yang dia berikan ke kamu? Semua yang tidak ada pada saya dan yang tidak bisa saya berikan ke kamu. Apa dia lebih baik dari saya? Apa kamu mencari seorang laki-laki yang lebih baik dari saya?”

Andre stared at me. Sighed. Patted my cheek “I can’t stop thinking about it. What do you see in him? What do you get from him? What does he give you? Everything that I don’t have and can’t give you? Is he better than me? are you looking for a better man?”

“Kalian berdua justru punya banyak kesamaan” kata saya beberapa saat kemudian “tidak ada yang lebih baik karena tiap manusia punya lebih dan kurangnya”

“The two of you have lots in common” I said after seeing Andre was sat there in silence “no one is better than the other because we all have our positive and negative sides”

"Kesamaan dalam hal apa selain bahwa kami sama-sama mencintai kamu?"

"What do we have in common apart from the fact that we both are in love with you?"

Saya nyengir mendengarnya "begini aja deh, say, kalian berdua saling melengkapi diri saya. Hal-hal yang tidak ada dalam diri kamu, saya dapatkan dari dia dan begitu juga sebaliknya"

I grinned "well, let me put it this way, hun, the two of you complete me. Because he has the things that you don't have and vice versa"

"Kurang..." Andre mendelik sementara saya tertawa "awas kamu kalau berani pacaran dengan dia!" dan dia mencubit pipi saya keras-keras, menarik hidung saya, menggelitiki saya sampai saya jatuh ke lantai dan kepala saya terbentur pada ujung meja. Adooohh!! Saya meraih bantal sofa dan menggebuk Andre keras-keras dengan bantal itu. 2-3 menit kemudian kami berhenti, kehabisan napas karena tertawa dan bergulat seperti anak umur 5 tahun. Hehe. 

"Whatta..." Andre's eyes seemed like to pop out while I laughed "Oh, no, you are not gonna be together with him!" and he pinched my cheek hard, pulled my nose, tickled me until I fell to the floor and bumped my forehead to the tip of table. Awww!! I grabbed the sofa's bolster and smacked Andre with it. 2-3 minutes later we stopped, gasping for air, out of the laugh and wrestling like a couple of 5 year olds. Lol. 

Tapi malam itu saya jadi tidur dengan gelisah karena jadi kepikiran dengan pembicaraan kami.

But that conversation made me had restless sleep.

Ya, manusia selalu mencari perbaikan. Itu naluri alami. Mencari perbaikan memberi semangat untuk hidup dan menjadi tujuan yang kuat tapi kadang juga membuat kita keluar dari jalur ketika kita menjadi terlalu terobsesi dan ambisi mengejarnya.

Yes, we all always seek for improvement. It is natural. Looking for improvement can become life booster and strong motivator but sometimes it can make us over ridden when we became obsessed by it and turned it into an ambition.

Keinginan untuk mendapatkan perbaikan sempat membuat saya depresi ketika mendapatkan kenyataan bahwa hal itu tidak berjalan secepat, selancar dan sedrastis yang saya inginkan, harapkan dan butuhkan.

The desire to get improvement got me into depression when reality shows that it does not go as fast, smooth and drastic as I wanted, hoped and needed.

Anehnya dalam hubungan pribadi, saya bisa menerima dan menjalaninya dengan jauh lebih santai. Saya tidak menuntut Andre untuk selalu menelpon, chatting, datang ke Bogor dan juga tidak merongrongnya untuk berhenti merokok (walau tetap tidak bisa menunjukkan kebencian saya pada rokok.. hehe). Bisa dikatakan saya hampir bisa menerima Andre seperti apa adanya.

Strange thing is in personal relationship I am more acceptable and relax. I don’t demand Andre to have always call me, chatting, visit me in Bogor and not even nagging him to quit smoking (though I don’t hide my hatred for cigarette.. lol). So it can be said that I almost can accept Andre just the way he is.

Ketertarikan saya pada laki-laki lain rasanya lebih banyak disebabkan oleh ketidakhadiran Andre. Saya kehilangan sosok orang yang penuh perhatian, lemah lembut, banyak mengalah, mengayomi, melindungi, membela dan ngemong. Kelebihannya dari Andre tidak terlalu banyak.

My attraction to other man was more because of Andre’s absence. I miss the figure of a man who is full of attention, gentle, give me guidance, stand by my side and looking after me. He is not a whole lot better than Andre.

Saya memang perempuan yang kuat dan mandiri tapi saya memerlukan sosok lain yang tidak takut menghadapi kemandirian saya, yang bisa mendinginkan hati saya tanpa memadamkan semangat, cita-cita, harapan, keinginan atau ambisi saya, yang berdiri menopang saya ketika saya sedang oleng, yang menjadi rem ketika saya melaju terlalu kencang, yang mampu menjinakkan emosi dan gairah saya yang masih meletup-letup, yang tidak berkeberatan membiarkan saya menjadi diri saya. Laki-laki yang membuat saya merasa aman.

I am a strong and independent woman but I still need a man who does not feel intimidated by my independentcy, who can cool me down without put my spirit, life purpose, wishes, will or ambition down, who can support me when I am loosing my ground, becoming my break when I am going too fast, someone to tame my emotion and passion, who does not mind to let me stay as myself. A man who can make me feel safe. 

Saya menemukan semua itu dalam diri Andre dan juga dalam diri laki-laki itu. Jadi ini bukan soal yang satu lebih baik dari yang lain. Mereka berdua sangat mirip. Bahkan keduanya pun sama-sama pencemburu dengan kecenderungan ke arah posesif.

I find it all in Andre and also in that other man. So this is not about one is better than the other. The two of them are a like. They both are even have the tendency to become possessive lovers.

Tinggal beberapa hari lagi sebelum Andre akan kembali ke negerinya. Bulan September dia akan balik lagi. Tapi ada selang waktu dua bulan saya akan hidup tanpa dia. Di pihak lain laki-laki lain itu masih ada di sekitar saya.

In few more days Andre will return to his country. He will be back in September. There will be two months of his absence. In the meantime the other guy is pretty much around me.

“Kalau seandainya laki-laki itu berstatus lajang dan dia mengejar kamu, apa kamu akan lebih memilih dia?” pertanyaan Andre betul-betul menohok saya.

If the guy were single and he came after you, would you fall for him?” Andre’s question really felt like a big blow to me.

Saya tidak tahu bagaimana menjawabnya.

I don't know how to answer it. 

No comments:

Post a Comment