Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, July 20, 2013

Come Back To Me

Saya kira prosesnya akan makan waktu lama. Tapi ternyata tidak juga.

I thought it would take a long process. But it is not. 

Ya, tidak juga semudah membalik tangan karena selama beberapa hari saya berjuang mengatasi semua perasaan kesemsem pada laki-laki itu.

Well, it was not as easy as turning down your hand as I spent few days struggled with my enchanting feelings for that guy.

Hal-hal yang dikatakan oleh sahabat saya mendorong saya untuk membulatkan tekad. Ditambah juga dengan hal-hal yang saya dapatkan setelah mengamati kelakuan laki-laki itu.

The things my bestfriend told me have encouraged me to make up my mind. It added with what my observation, by looking closely at that guy’s attitude, showed me.

Semua membawa saya pada kesimpulan bahwa memang benar tidak ada cinta, mungkin seperti yang dikatakan oleh sahabat saya (saya menulis dalam postingan berjudul ‘The Demon Within’) laki-laki itu melarikan diri dari masalah dalam negerinya, tertarik pada saya oleh karena adanya beberapa kesamaan dalam dirinya dengan diri saya dan mungkin pada diri saya terdapat hal-hal yang tidak ada pada pasangannya atau yang tidak bisa diberikan oleh pasangannya.

All brought me to a conclusion that it is true, the whole thing has nothing to do with love, maybe it is just like what my bestfriend told me (I wrote about it in ‘The Demon Within’ post) that the guy is running away from his domestic problem, got attracted to me because we have things in common and maybe he found things in me that his partner don’t have or can’t give him.

Yang mana yang benar, saya tidak tahu dan saat ini tidak mau tahu lagi.

I don’t know which one is right and at this moment, I really don’t want to know anymore.

Saya tawar hati.

I am losing my interest.

Jadi setiap kali kami bertemu, sikap saya lebih banyak diam. Saya juga memilih untuk menghindar.

So everytime we meet, I am quiet. I also try to avoid meeting him.

Laki-laki yang tidak bisa di pegang omongannya atau yang tidak bisa mengambil sikap membuat saya tawar hati.

Man whose words can’t be trusted or can’t make up his mind is making me lose my interest.

Ya, lebih baik begitu sih.

It is better be that way.

Selama saya dalam peperangan emosi dan batin ini, Andre tidak pernah bertanya, tidak mendesak, bersikap atau mengeluarkan perkataan yang dapat memancing ketegangan di antara kami. Dia pernah beberapa kali melihat saya duduk termenung sendirian di teras belakang. Dengan penuh pengertian dia membiarkan saya dalam keheningan.

When I was in a battle of emotion and mind, Andre never asked a question nor pushed me, neither did he act or said things that could create tension in us. In few occasion he saw me sat alone in the porch. Full of understanding made him let me in solitary moment.


Pada suatu ketika dia mengunduh lagu David Cook ‘Come Back To Me’ dan memutarkannya untuk saya. 

He downloaded David Cook’s song ‘Come Back To Me’ and played it for me.

 Walau tidak persis menggambarkan keadaan hubungan kami atau perasaannya tapi ada beberapa kata-kata dalam lagu itu yang menyampaikan apa yang ingin dikatakannya kepada saya tapi mungkin tidak mengetahui bagaimana harus mengucapkannya.

Eventhough it does not describe the state of our relationship or his feelings but few words in that song said what he probably wanted to tell me but didn’t know how to say them.

‘Saya melepaskan kamu, saya membebaskan kamu, dan setelah kamu menemukan apa yang ingin kamu ketahui, … kembalilah pada saya..’

‘I'll let you go, I'll set you free, and when you see what you need to see, … come back to me..’

Biasanya dia ngotot mempertahankan pendapatnya, mencecar saya dengan pertanyaan, mengatakan apa yang menurutnya harus saya lakukan. Betapa pun maksudnya baik tapi hal seperti ini sering membuat saya merasa terpojok. Entah kenapa saya selalu tertarik dan kemudian berhubungan dengan lelaki-lelaki bersifat dominan. Mungkin tipe seperti itu membuat saya merasa aman tapi kadang juga membuat saya merasa terlalu dikuasai dan di atur. 

He usually hold on to his opinion, peppering me with questions, telling me what he thought I should do. Well meant, he has succeedly making me feel corner. I don’t know why I have always attracted and have relationship with dominating men. Maybe they make me feel safe but sometimes make me also dominated and controlled.

Jadi tumben dia bersikap diam dan pasif.

So it is unusual for him to get quiet and passive.

Penyebabnya baru saya ketahui ketika kami bicara.

I found out what made him like that after we talked.

“Belum pernah saya merasa sangat terancam oleh hadirnya lelaki lain dalam hati kamu dalam kurun waktu 5 tahun ini” katanya “oleh lelaki yang saya tidak tahu siapa namanya dan seperti apa orangnya tapi dia bisa bikin hubungan kita goyah. Kalau saya ketemu dia..” Andre terdiam, menatap saya yang mendelik ke arahnya “apa? saya tidak akan menghajarnya, saya hanya ingin melihat seperti apa orang itu sampai dia bisa membuat kamu sangat terpesona”


“I have never felt so threatened by the presence of another man in your heart in these 5 years” said Andre “a man whose name I don’t know nor what he is look like but he could shake our relationship. If I met him..” he stopped his line, stared at my bulging eyes “what? I am not going to kick his ass, I just want to see what kind of man who could make you fell for his charm”

“Ya, dia mendapatkan kesempatan di saat yang sangat tepat” saya melihat Andre menggertakkan gerahamnya “laki-laki selalu seperti itu. Mereka mencari dan memanfaatkan kesempatan sekecil apa pun itu ”

“So he got his shot at the right moment” I saw Andre’s jaw tightened “men are like that. they size their chances and take advantage of even the smallest one”

“Tapi saya tidak melihatnya demikian” saya membela diri “saya melihatnya sebagai orang yang saya percayai dan hormati”

“But I did not see it that way” I said in self defense “I saw him as someone I can trust and respect”

“Dia tetap seorang laki-laki” Andre tampak gemas tapi juga putus asa “seharusnya kamu datang kepada saya dan bukan kepada lelaki lain”

“He is still a male” Andre looked frustrated “you should come to me and not to other man”

“Saya punya banyak teman laki-laki, kami bicara, bercanda, kadang juga ada kesal-kesalnya, kami saling memberi perhatian, saling memberi dan bermurah hati, kedekatan fisik adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Tapi saya tidak melihat mereka sebagai lelaki, saya melihat mereka sebagai teman. Kami dekat sebagai teman dan bukan sebagai laki-laki dengan perempuan”

“I have many male friends. We talk, we joke, sometimes we draw each other crazy, we care about each other, we show kindness, give attention, physical contact is unavoidable. But I don’t see them as male. I see them as my friends. We are close as friends and not as man and woman”

“Ya, tapi itu kan kamu, pandanganmu, perasaan kamu” sanggah Andre “belum tentu mereka juga seperti itu”

“Yes, but that is you, your opinion, your feelings” Andre disagreed “it is not likely that they share your point of view”

“Tapi harusnya dia bisa berasa dan lihat sendiri dong”

“But he should feel and see it”

Andre diam sejenak. Tampak berpikir. Lalu..

Andre went silent for a moment. Deep in thoughts. Then..

“Kamu ingat tidak kagetnya kamu waktu saya bilang saya jatuh cinta ke kamu. Kita bukan sahabat, akrab saja tidak. Ya kan? Bisa di hitung dengan jari sebelah tangan berapa kali kita bertegur sapa. Mana kamu tahu kalau pada waktu itu saya melihat kamu sebagai wanita yang menarik, kepribadianmu menarik, sikap kamu menarik, rasa humormu menarik, keceriaanmu menarik, spontanitasmu menarik, gaya apa adanya kamu, bahkan ke-tomboy-an kamu, cara bicaramu menarik, bahkan dalam diam pun kamu menarik. Dan semua itu bikin saya mati-matian tertarik ke kamu sampai saya hampir tidak peduli dengan status kamu sebagai pacar dari teman saya. Yang saya pikirkan waktu itu adalah apa yang harus saya lakukan supaya kamu mengetahui perasaan saya dan tertarik juga kepada saya”

“Do you remember how surprised you were when I told you I fell in love with you? We were not bestfriend, we were not even close with each other. You can count with your fingers on one hand, how many times we talked. So you wouldn’t have guessed that I found you as an attractive woman, your personality, your attitude, your sense of humor, your cheerfulness, your spontaneity, your casualty, even your tomboy style, the way you talk,  all looked attractive to me, even when you were quiet. And I nearly forgot you were my friend’s girlfriend at that time. All I had on mind was what should I do to make you know about my feelings and how to make you attracted to me”

“Saya memilih untuk langsung mengatakannya kepada kamu. Tiap lelaki memakai cara yang berbeda. Lelaki itu memakai caranya sendiri. Tapi tujuannya sama. Untuk memberitahu kamu apa yang ada dalam hatinya dan untuk membuat kamu menyukainya juga”

“I chose to speak frankly about it to you. But every man uses different way. That man had his own way. But the goal is same. To let you know about what he has in his heart and to make you like him too”

“Saya tidak tahu apa yang membuat dia tidak mengambil langkah segamblang dan seberani yang saya ambil tapi saya bersyukur dia tidak melakukannya karena kalau dia nekad memutuskan pasangannya lalu langsung mengejar kamu, wah, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita”

“I don’t know what made him not making frank and daring move as the one I took but I am so glad he didn’t because if he just dumped his partner and ran after you, man, I don’t know what would happen to us”

“Dia tidak akan pernah melakukan hal itu” saya tersenyum “dan saya juga lega karenanya”

“He will never do that” I smiled “and I am glad as well”

Kami bertatapan.

We stared at each other.

“Apa kamu masih menginginkan saya?” pertanyaan Andre mengagetkan saya.

“Do you still want me?” Andre’s question came as a surprise to me.

Saya tersenyum “kita punya perjanjian tentang jenis hubungan kita”

I smiled “we have a deal about our relationship”

“Saya melakukannya karena kamu yang memintanya”

“It is what you wanted”

“Selama kita masih merasa ingin bersama, kita bersama. Tanpa janji, tanpa ikatan, tanpa kewajiban, tanpa angan-angan”

“As long as we want to get together, we are together. No promises, no commitment, no obligation, no dreams”

“Persetan dengan semua itu!” geram Andre.

“Fuck them!” Andre snapped.

“Saya sudah berpikir selama beberapa hari belakangan ini dan saya memutuskan bahwa saya masih ingin bersama dengan kamu” tegas saya “itu karena saya mencintai kamu. Tapi kita tidak pernah tahu tentang masa depan. Jadi biarlah kita menjalani hubungan ini seperti apa adanya”

“I have been thinking in the past few days and I decided I still want to be with you” I said it firmly “it is because I love you. But we never know the future. So let’s just have this relationship as it is”

“Dan laki-laki itu?”

“And that guy?”

“Dia tidak mencintai saya dan saya pikir saya juga tidak mencintainya. Yang ada hanyalah ketertarikan. Tapi apa artinya ketertarikan tanpa disertai dengan cinta”

“He does not love me and I don’t think I love him either. It was just attraction. But what does it mean without love”

“Bagaimana kalau dia kembali menggoda kamu?”

“How if he make his move again?”

“Sekarang saya sudah tahu bagaimana cara menghadapinya” saya nyengir “saya mungkin naif tapi saya orang yang selalu belajar dari pengalaman. Kali ini saya sudah tahu posisi masing-masing jadi lebih mudah bagi saya untuk menghadapinya”

“Now I know how to deal with him” I grinned “I maybe naïve but I am the kind of person who always learn from experience. This time I have known where each of us stood so it is easier for me to deal with him”

“Tidak ada rasa tertarik lagi?”

“Not feeling any attraction?”

Saya menggeleng.

I shook my head.

“Dari dia sendiri bagaimana?”

“How about him?”

“Kalau saya tidak menanggapi, dia akan mengerti sendiri”

“If I don’t respond to him, he will get it eventually”

“Bagaimana kalau tidak?”

“How if he won’t?”

Saya tersenyum “karena saya tahu dia tidak seperti kamu, kamikaze”

I smiled “because I know he is not a kamikaze like you”

“Jadi kamu kembali sepenuhnya kepada saya?” Andre menatap saya dengan pandangan menyelidik.

“So you come back to me thoroughly?” Andre stared me with curiousity in his eyes.

“Sepenuhnya”

“I am all yours”

Saya menuliskan ini untuk berbagi pengalaman saya supaya kalian yang membaca dan sedang memiliki pasangan dapat melihat bahwa masalah akan selalu ada dalam hubungan, pekerjaan, hidup, kesehatan dll tapi yang terutama adalah bagaimana kita menyikapi dan mencari jalan keluarnya.

I note my experience so that you can see that relationship, work, life, health etc are not problem free. Most important thing is how we see it, deal with it and work on it.

Sekali pun hubungan pribadi saya dengan Andre mungkin sulit di terima atau disetujui menurut penilaian norma asia atau kenapa saya memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri yang membuat saya memilih untuk tidak melibatkan dia pada saat-saat tertentu, kenapa saya tidak menerima beberapa hal yang dia tawarkan sekalipun itu dapat memberikan kepada saya apa yang saya inginkan, kenapa saya bersikeras mempertahankan beberapa prinsip.. saya sudah pernah menceritakannya dalam beberapa postingan sebelumnya dan saya tidak akan menjelaskan di sini, yang pasti adalah kami biarlah hubungan kami mengalir saja.

Eventhough my relationship with Andre is probably unacceptable or not go according to Asian norms or why I have my own considerations that make me choose not to involve him in certain moments, why I don’t take his offers though it will give me what I wanted, why I stubbornly stick to my principals.. I have written about it in previous post and so I won’t write it again, but one thing for sure is I let our relationship just goes as it is.

Saya lega satu perkara telah terselesaikan dengan baik. Masih ada perkara-perkara lain dalam hidup saya yang belum sepenuhnya tuntas.

I am relieved that one thing has been resolved. There are other things in my life that have not completely resolved.

No comments:

Post a Comment