Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, May 16, 2014

Visiting Cousin, Niece and Life Path

Tadinya saya berencana untuk menghabiskan satu hari cuti saya dengan pergi ke suatu tempat wisata tapi karena orang yang dengan penuh semangat mengajak saya justru seenaknya mengatakan tidak bisa pergi membuat saya berpikir apa saya akan pergi sendiri atau pergi ke tempat lain..

I planned to spend my leave day by going to this one tourist site but since the person who has excitedly asked me to go there easily said he couldn’t go made me thought if I would go there all by myself or go somewhere else.

Dorongan dalam hati saya lebih kuat untuk mengunjungi kakak sepupu saya. Kami sudah lama sekali tidak bertemu.

I had strong urge to visit my cousin. We haven’t met for quite a long time.

Tapi yang lebih ingin saya temui adalah putrinya yang sudah entah berapa tahun tidak bertemu dengan saya.

I wanted to meet her daughter in particular, with whom I haven’t met for I don’t know how many years.

Hari Sabtu (10/5) malam saya menghubungi sepupu saya. Menanyakan apa mereka ada di rumah hari Senin dan apa saya boleh datang berkunjung.

I texted my cousin on Saturday evening (May 10th). Asking her if they would be home on Monday and if I could come visit them.

Keponakan saya itu sedang cuti dari tanggal 4 – 16 Mei. Mungkin ini kesempatan terakhir saya untuk bertemu dengannya sebelum dia kembali ke biara.

My niece was on leave from May 4th to the 16th. This was probably my last chance to meet her before she returned to the monestary.

Hari Senin berangkatlah saya sendiri naik kereta api. Turun di stasiun Bojong Gede. Dari sana, tanya kiri, tanya kanan.. dimana ya kalau mau naik angkot nomor 31?


I left on Monday. All by myself. Took the train. Got off in Bojong Gede train station. From there, I asked here and there.. where could I find angkot number 31?

Saya belum pernah ke rumah mereka. Saya hanya mengikuti petunjuk arah yang diberikan oleh kakak sepupu saya lewat sms-nya pada saya hari Sabtu itu.

I have never been to their house. I just followed the direction given by my cousin in her text to me that Saturday.

Gampang kok, Ke, … naik kereta api, turun di Bojong Gede. Ambil angkot 31, turun di jalan Kenanga… menyusul nama perumahan, blok dan nomor rumahnya.

It is easy to get here, Keke, … take the train, get off in Bojong Gede. Take angkot #31, get off at Kenanga street… followed by the housing complex name, the block and her house number.

Beranggapan bahwa kubak kubek Sukabumi saja saya berani sendiri, kota yang lebih jauh jaraknya dari Bogor dan lebih besar serta yang sebelumnya tidak pernah saya kunjungi, saya berpikir, seberapa susah sih nemuin rumah sepupu sendiri yang ibaratnya cuma selangkah dari Bogor.

Assuming I had been touring Sukabumi by myself, a town far from Bogor and bigger which I had never been to before, I thought, how hard would it be to find my cousin’s house which was only within a stone’s throw from Bogor.

Fakta pertama; supir angkot tidak ada yang tahu ketika saya menyebutkan nama perumahan tempat tinggal kakak sepupu saya.

First fact; angkot driver didn’t know where the housing complex is when I asked them.

Fakta kedua; nama jalan Kenanga saja para supir angkot yang lagi ngetem itu harus saling tanya antar mereka.

Second fact; even the name of Kenanga street made angkot drivers had to ask one another if any of them knows its location.

Fakta ketiga; akhirnya ada supir angkot yang tahu dimana letak jalan Kenanga sekalipun dia tidak tahu dimana perumahan tempat tinggal sepupu saya tapi buat saya itu tidak masalah. Yang penting nemuin dulu jalan Kenanga. Sampai disana kan saya bisa nanya-nanya orang dimana perumahan itu.

Third fact; finally there was one angkot driver who knew where Kenanga street is. It didn’t matter he doesn’t know where the housing complex is. Most important thing is to get to that street. From there I could ask people where the housing complex is.

Fakta keempat; “Reen, aku sudah sampai di jalan Kenanga”.. demikian saya meng-sms sepupu saya begitu saya sudah turun dari angkot.

Fourth fact; “Reen, I have got off in Kenanga street”.. that was my text to my cousin.

Dalam sms-nya tadi pagi dia mengatakan akan menjemput saya disitu.

In the morning she texted me that she would pick me up from there.

“Lho, aku dari tadi sudah di jalan Kenanga” begitu balasan dari sepupu saya “Kamu ada dimana, Ke?”

“I have been waiting for you in Kenanga street” came my cousin’s text “Where are you now, Keke?”

Itu dia masalahnya.. saya juga tidak tahu saya ada dimana… hehe.. jalanan dimana saya diturunkan tidak ada pelang namanya sehingga ketika supir angkot dengan pede-nya menurunkan saya disitu, saya berasumsi itu dia jalan Kenanga.

That was the problem.. I didn’t know where I was… hehe.. the street has no name sign so when angkot driver told me to get off there, I assumed it was Kenanga street.

Oh, nanya aja.. saya menghampiri beberapa pedagang dipinggir jalan.

Oh, just ask.. I came to the street vendors.

Fakta kelima; tidak ada seorang pun yang tahu dimana jalan Kenanga.

Fifth fact; none of them knew where Kenanga street is.

Fakta keenam; ... ok, waktunya untuk mulai senewen..

Sixth fact; ... ok, time to get nervous..

Ya, kalau di ingat-ingat sekarang sih rasanya lucu. Kalian juga mungkin berasa lucu membayangkan saya berdiri kebingungan sendirian. Tapi pada waktu itu saya betul-betul mulai senewen beneran. Gemas dan penasaran juga.

Yeah, it looks funny now. You probably find it funny too thinking how I stood there in confusion. But at that time I was really nervous. Irritated and curious as well.

Fakta ketujuh; ada secercah cahaya dalam kegelapan..

Seventh fact; there was a glimmer of light in the darkness..

Dalam kebingungan, saya berjalan lagi dan menemui beberapa anak muda yang sedang nongkrong di ujung jalan. Saya bertanya pada mereka dan… ada yang tahu dimana jalan Kenanga!

In my confusion, I walked and met few young men sitting on the corner of the street. I asked them and… one of them knew where Kenanga street is!

“Dari sini jalan saja lurus, diseberang ada SD-SMP Al-Azhar Syifa Cibinong, jalannya tidak jauh dari situ”

“Go straight from here, across the main road there is SD-SMP (elementary-junior high school) Al-Azhar Syifa Cibinong, the street is not far from there”

Walau pun buat saya keterangan ini masih kabur tapi setidaknya ada titik terang dalam kegelapan. Ini cukup melegakan.

Though I found this direction a bit blur but at least it was the light in the darkness. It was a relief.

Setelah berjalan sedikit saya melihat sekolah itu.

A little while later I saw the school.

“Aku ga jauh dari SD-SMP Al-Azhar” saya menelpon sepupu saya.

“I’m not too far from SD-SMP Al-Azhar” I called my cousin.

“Aku ada didepannya” jawab sepupu saya.

“I stand infront of it” said my cousin.

Didepannya? Dimana dia? Saya kok tidak melihatnya.. eh, tapi tunggu.. saya melihat seorang wanita berdiri di depan jalan diseberang sana.. jaraknya masih agak jauh dari saya dan dia sedang menunduk tapi saya yakin dia pasti sepupu saya.

Infront of it? Where is she? Howcome I didn’t see her.. but, wait.. I saw a lady stood infront of a street across the road.. she was quite far from me and she bowed down but I was sure she was my cousin.

“Kamu pakai baju merah kan?” tanya saya.

“You wear red upper clothes, right?” I asked her.

Saya lihat wanita itu mengangkat kepala… benar dugaan saya, dia sepupu saya!

I saw the lady raised her head… yep, I was right, the lady was my cousin!

Saya melambaikan tangan dengan semangat. Gembira dan bukan main leganya.

I waved my hand excitedly. Happy and so very relieved.

Saya menyeberang jalan. Dan segera saya tahu mengapa orang-orang tidak tahu dimana letak perumahan itu. Posisinya tidak dipinggir jalan dan tidak ada spanduk di depan jalan Kenanga yang memberitahu bahwa tidak jauh dari jalan itu ada perumahan.


I crossed the road. And soon I knew why people didn’t know where the housing complex is. It is not located by the main road and there is no signage infront of Kenanga street to let people know there is a housing complex near it.


Waktu tiga jam memang tidak cukup untuk menghapus kerinduan. Terakhir kali saya bertemu dengan sepupu saya adalah pada hari Natal dua tahun lalu. Dan dengan putrinya, keponakan saya..

Three hours is not enough to wipe off the years of separation. The last time I met my cousin was on Christmas, it was two years ago. While her daughter, my niece..

“Sudah berapa lama kamu masuk biara?” tanya saya pada keponakan saya.

“How long have you been a nun?” I asked her.

“Dua belas tahun” dia tersenyum.

“Twelve years” she smiled.

Dua belas tahun!! Saya terperangah. Sudah selama itukah kami tidak bertemu? Malah mungkin lebih dari itu.

Twelve years!! It stung me. We haven’t met that long? Probably longer than that.

Begitu cepatnya waktu berlalu dan begitu banyak perubahan terjadi.

Time passed so fast and so many have changed.

Dua belas tahun lalu rasanya kami demikian muda. Sekarang dia hampir berumur empat puluh sementara saya hanya tiga tahun lebih tua darinya.

Twelve years ago we were so young. She will turn forty while I am just three years older than her.

Perjalanan hidup kami pun tidak kurang anehnya. Kami berdua bukan penganut agama yang fanatik tapi dua belas tahun lalu dia memilih untuk menjadi biarawati dan hampir tiga tahun ini saya bekerja di gereja.


Our lives path is quite one of a kind. We both are not religious fanatics but twelve years ago she chosed to become a nun while it will be three years I work in a church.

Kami adalah dua orang yang berbeda. Terikat oleh tali kekerabatan melalui ibu saya dan almarhum neneknya yang merupakan kakak beradik. Tapi jalan hidup kami anehnya memiliki kesamaan.


We are two different people. Bound by blood through my mother and her late grandmother who were sisters. But our lives path seems to have something in common.

Pertemuan siang itu membawa banyak kebahagiaan.


That afternoon’s meeting brought so many happiness.

Hidup memang penuh dengan kejutan. Jalan kehidupan tidak selalu menyenangkan. Tapi kita akan selalu sampai di tujuan.

Life is full with surprises. Life path is not always a smooth-fun one. But we always get to the destination.

Saya sudah sampai di tujuan saya pada hari Senin itu tapi saya belum benar-beanr sampai di tujuan kehidupan saya. Sejauh ini bagi saya, jalurnya membingungkan, petunjuknya samar-samar membuat saya berkali-kali senewen, gemas dan penasaran. Tapi cepat atau lambat saya akan sampai juga.

I have reached my destination on that Monday but I haven’t really reached my life destination. So far for me the path is confusing and the direction is blur that so many times they make me nervous, irritate and curious. However, I will get there sooner or later.

No comments:

Post a Comment