Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, May 23, 2014

Save Your Own Ass (1)


Judul di atas artinya ‘Selamatkan dirimu sendiri’.

The title means ‘Save yourself’.

Seorang teman saya mengalami suatu peristiwa yang membuatnya kecewa dan sakit hati karena orang-orang tertentu melakukan dan mengatakan hal-hal yang intinya berkata ‘Save your own ass’.

A friend of mine had an experience that hurt and disappoint her when some people did and said things which basically spoke about ‘Save your own ass’.

Teman saya ini bukanlah seorang pemercaya yang punya jalur hidup lurus. Dia perokok, tidak anti dengan alkohol, kalau sedang marah dia bisa memaki dan dia menikah dengan seorang yang tidak seiman.

She is a believer with unstraight life. She smokes, she drinks, she curses when she’s mad and she married a non believer.

Tapi saya tahu di balik kelakuannya yang kelihatannya berantakan itu sebetulnya tersimpan hati yang lebih bersih dari pada mereka yang menampilkan citra diri bersih.


But I know behind her messy attitude there is a heart purer than those who put up smooth self image.

Beberapa bulan lalu dia memutuskan untuk mengikuti kelas katekisasi. Tidak hanya karena ingin menjadi anggota gereja tempat saya bekerja ini, gereja yang menjadi tempat dia beribadah.

Few months ago she decided to follow catechism. Not just because she wanted to be member of this church, the church where I work, the church where she has been attending the service.

Di akhir satu sesi, dia berkesempatan untuk sharing dengan pembimbing rohaninya dan dia bercerita tentang pernikahannya.

At the end of a session she had a chance to share stuff with her spiritual counselor and she told him about her marriage.

Dia terlalu naif. Terlalu percaya. Tidak menduga bahwa apa yang dia ceritakan akan berbalik menjadi hal yang menyakiti hatinya.

She was too naive. Too trustful. Never guessed the things she shared him would turn to hurt her.

Oleh pembimbing rohaninya, hal-hal itu, yang oleh teman saya dikira hanya akan ada di antara mereka berdua saja, diceritakan pada pembimbing rohani lainnya dan berakhir dalam rapat para pembimbing rohani.


Her spiritual counselor shared those things with another counselor, the things she thought would stay only between her and him, and it ended up in the counselor meeting.

Lalu seorang yang lebih senior dari mereka memutuskan untuk bicara pada orang tua dari teman saya itu. Inti dari isi pembicaraannya adalah teman saya tidak bisa meneruskan katekisasinya sampai dia bisa membereskan urusan yang menyangkut tentang pernikahan dan suaminya.Ini artinya dia tidak bisa menerima baptisan dari gereja sini dan tidak bisa menjadi anggotanya.Dia hanya bisa menjadi pengunjung biasa. 

One of them, who is the senior among them all, decided to talk to my friend’s parents. His point is my friend should straight things up about her marriage and her husband before she can continue with her catechism session. It means she can't be baptized nor can she be the member in this church. She can only be regular attendance. 

Teman saya sangat kaget dan kecewa.

It surprised and deeply disappoint my friend.

Begitu pula saya walau saya tidak ada kaitannya dengan perkara itu.

So did I though I have nothing to do with the whole stuff.

Hei, siapa di antara kita yang hidupnya benar-benar bersih? Adakah seorang dari kita yang tidak pernah mengambil keputusan yang salah?

Hey, is there anyone of us who have spotless life? Who never made wrong decision?

Karena itu seharusnya ketika ada yang memerlukan dukungan dan pertolongan untuk merapihkan atau menata-ulang hidupnya, orang itu tidak kita tolak, tidak dijauhi dan jangan kita katakan padanya bahwa dia harus ‘menyelamatkan dirinya sendiri’.

Therefore when somebody needs support and help to restore or re-arrange his/her life, we can’t reject or alienated that person and we better not tell him/her that he/she must ‘save his/her own ass’.

Buntut dari peristiwa itu adalah teman saya demikian kecewa dan sakit hati hingga dia tidak lagi mau beribadah di gereja. Dia juga melarang anak sulungnya untuk mengikuti ibadah bagi anak-anak.


This whole stuff resulted in my friend stopped attending church. She also not allows her older child to attend the children service.

Persetan dengan mereka, adalah inti dari pemikiran dan sikapnya.

F*** them, is what she thinks about them and do toward them.

Janganlah berhenti beribadah, kata saya padanya, janganlah jauhi Tuhan. Carilah gereja lain yang tidak akan menolak dirimu, yang bisa menerima kamu sebagaimana adanya kamu dan yang berdiri bersamamu saat kamu menata-ulang hidupmu.

Don’t stop attending the service, that’s what I told her, don’t stay away from God. Find other church that won’t reject you, church that can accept you as you and church that stands by you when you are re-arrange your life.

Selama setahun ini saya kehilangan seluruh kepercayaan saya. Sudah dua tahun saya berhenti berdoa. Tapi bukan berarti saya akan bertepuk tangan dan bersorak gembira ketika melihat ada orang yang menjadi goyah kepercayaannya.

I have been losing my faith for a year. I have stopped pray for two years. But it doesn’t mean I am clapping my hands and cheered when I see somebody is losing his/her faith.

Ketika seseorang jatuh dalam lubang yang dalam dan dia tidak dapat mengeluarkan dirinya sendiri dari lubang itu, lalu dia melihat kita dan mengulurkan tangannya pada kita, apakah kita akan berteriak ‘hei, itu urusanmu sendiri. Selamatkanlah dirimu sendiri’


When somebody fell to a deep hole and he/she can’t get him/herself out of it and then he/she sees us and reaches out to us, will we shout ‘hey, that’s your own business. Save your own ass’.

Bahkan ketika orang itu terjatuh dalam lubang karena ulahnya sendiri, jangan katakan padanya untuk ‘selamatkan dirimu sendiri’ ketika dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan dia mengulurkan tangan meminta kita menariknya keluar dari lubang itu.

Even if that person fell to the hole because of his/her own wrong doing, don’t tell him/her to ‘save your own ass’ when he/she reaches out to us, asking us to help him/her get out of the hole.

Karena pada suatu saat nanti mungkin kita yang jatuh dalam lubang dan sekalipun sudah berupaya sekuat tenaga atau memakai segala cara tapi kita tidak bisa keluar dari lubang itu, lalu kita melihat ada orang dan kita mengulurkan tangan, meminta dia menolong untuk mengeluarkan kita dari lubang itu.

Because one day it might be us who fall to a hole and despite our effort, we can’t get our ass out of it, so when we see somebody coming, we reach out our hands, asking that person to help us get out of the hole.

Bayangkanlah bagaimana rasanya kalau orang itu malah menunjukkan sikap atau mengeluarkan perkataan yang intinya tentang ‘selamatkanlah dirimu sendiri’.

What would it feel if that person gestured or say things about ‘save your own ass’.



No comments:

Post a Comment