Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, February 22, 2014

Love is Larger Than Life

Hari Senin (17/2) saya cuti. Karena Selasa adalah hari off saya maka saya dapat 2 hari libur. 

I took a leave on Monday (Feb 17th). Since Tuesday is my day off, I have got 2 days off. 

Biar pun saya sudah berkomitmen sebulan sekali mengambil cuti buat jalan-jalan, tapi cuti kali ini khusus untuk istirahat di rumah.

Though I have committed to take a leave day once a month to go traveling but on this month’s leave I just wanted to stay at home and rest.

Soalnya hari Jumat (14/2) sepulang kantor saya pergi menonton pawai perayaan Cap Go Meh (foto-foto dan catatannya ada di postingan berjudul ‘One Love’). Ini tahun ketiga saya menonton pawai itu. Bukan perkara nontonnya yang saya bela-belain, saya senang motret, so acara seperti ini memberikan banyak obyek foto yang menarik.

The thing is after work I went to see Cap Go Meh festival on Friday (Feb 14th). I have written about it on my ‘One Love’ post. This was my third year attending that procession. I wouldn’t miss it because I like photography and this kind a event gave many nice photo objects.

Saya sampai di lokasi dari jam 1.30 siang. Pawainya mulai sekitar jam 5 sore. Kira-kira jam 8 malam saya dan beberapa teman pulang.

I got at the location since 1.30 pm. The procession started at around 5 pm. It was about 8 pm when my friends and I left home.

Saya gembira dan cukup puas karena berhasil mendapatkan beberapa foto yang lumayan bagus.

I am happy and quite satisfy because few photos that I took turned out pretty good.

Sabtu dan Minggu.. saya gempor..

Saturday dan Sunday.. I was so knocked out..

Kaki saya bengkak dan kaku. Saya ngantuk. Wah, 2 hari itu garing betul saya..

My feet were swollen and stiff. I felt sleepy. Man, I was mashed out..

Hari Minggu sepulang dari kantor, saya cepat-cepat mandi dan sesudahnya saya langsung tidur. Saking capek dan ngantuknya, saya langsung pulas tidak lama setelah membaringkan badan di tempat tidur. Biasanya saya bolak balik dulu di atas kasur, membiarkan pikiran melayang kemana-mana atau mendengarkan berbagai macam suara sampai akhirnya tertidur.


I quickly bathed once I got home from work on Sunday and went to bed after that. I slept from 3.30 pm to 8.30 pm. I was so tired and sleepy I fell to sleep not long after I lied down on my bed out. I usually toss and turn, let my mind wandered or listen to noises before I finally fall to sleep.

Tapi hari Minggu itu saya langsung tertidur dan tidur panjaaaang dari jam 3.30 sore sampai jam 8.30 malam.

But I fell to sleep right away on that Sunday and it was a loooong sleep from 3.30 pm to 8.30 pm.

Yang saya lakukan setelah bangun adalah ngobrol dengan orang tua saya. Setiap sore atau malam kami juga ngobrol tapi waktunya terbatas. Tapi malam itu kami mengobrol sampai hampir jam 11.30 karena besok saya kan cuti jadi saya bisa tidur lebih malam.

What I did after I got up is had a long talk with my parents. We talk every evening or night but not for long. But that night we talked until it was nearly 11.30 pm because I didn’t have to get up early in the morning since it was my leave day.

Tidak ada hal paling menyenangkan di dunia ini selain dari duduk-duduk dan mengobrol dengan papa mama.

Nothing in this world is more nice than to sit and talk with mom and dad.

Biasanya kami bertiga duduk di sofa panjang. Saya duduk di tengah. Kadang saya duduk menyender atau memeluk si papa, kadang ke si mama. Kalau sudah seperti itu saya bukanlah Keke yang punya jabatan tertentu atau tanggung jawab segudang atau seribu keahlian, kemampuan atau kepintaran. Pada saat-saat demikian saya adalah seorang anak.

The three of us usually sit on the sofa. I sit among them. Sometimes I lean or hug dad, sometimes I do that to mom. At such time I am not Keke with certain position or responsibility at work or somebody who has millions of expertise, ability or smartness. At times like that I am just a child.

Dan kami mengobrol tentang berbagai hal. Menceritakan tentang hal-hal yang terjadi atau ditemui di rumah, di tempat kerja, di jalan. Kadang kami tertawa sampai sakit perut, kadang mata penuh air mata ketika sedang menumpahkan segala beban dalam hati.


And we talk about many things. Sharing the news at home, at work, on the street. Sometimes we laugh so merrily it hurts our stomach, sometimes tears filled our eyes when we unburden our feelings.

Mereka membuat hidup saya seimbang. Kesusahan tidak akan pernah bisa sepenuhnya menenggelamkan kami karena kami saling memiliki. Keberhasilan tidak membuat kami kehilangan pijakan.

They make my life balance. Hardship never drown us because we have each other. Success never makes us lost our ground.

Saya tahu semakin saya bertambah usia, saya bertambah dewasa, mandiri, kokoh, tegar dan keras. Tapi tetap saya membutuhkan kasih sayang orang tua saya karena kasih memberikan kepada saya kekuatan dan ketabahan dalam saat-saat sulit. Di sisi lain, cinta mereka melunakkan, mendinginkan dan menjinakkan kekerasan dalam diri saya.

I know the older I get, the mature I become, more independent, solid and tough. But I still need my parents’s love because it gives me strength and endurance in tough times. In other side, their love soften, cools down and tame the toughness in me.

Di luar mereka, saya bersyukur dan bahagia karena menemukan cinta dan kasih sayang dari beberapa orang terdekat. Kami mungkin tidak tinggal serumah, kami bahkan mungkin tidak bertemu setiap hari, kami mungkin hanya bisa bersama hanya untuk 1-2 jam sehingga porsi perhatian pun jadi terbatas karenanya.

Apart from them, I am grateful and happy to find love from few closest people. We may not live under the same roof, we may not meet everyday, we may only spend 1-2 hours together and it makes us can’t fully focus on each other.

Tapi cinta dan kasih sayang yang kami miliki untuk satu dengan lainnya tetap bisa memberikan kekuatan dan menentramkan hati.

But the love we have for one another still able to give strength and comfort to the heart.

Karena dalam cinta yang tulus, kita tidak melihat bentuk fisik, kepercayaan, suku, etnis, status sosial, materi atau umur, kita tidak merasa lebih tinggi dari yang lain, kita tidak mementingkan diri sendiri, kita tidak dengan sengaja saling menyerang atau menjatuhkan.


Because in true love we don’t see physical appearance, religion, ethnic, social status, material or age, we don’t feel more superior than others, we don’t let ego controls us, we don’t attacking or hurting one another on purpose.

Itulah yang membuat cinta lebih besar dari hidup.

That is what makes love larger than life.

No comments:

Post a Comment