Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, November 16, 2013

Thank You

Ibu saya pernah bercerita dulu ibu mertuanya pernah heran ketika mendengar dia mengucapkan terima kasih pada ayah saya yang melakukan atau memberikan sesuatu.


My mother told me how her mother inlaw was once surprised to hear she thanked my father for doing or giving her something.

Itu karena keluarga dari pihak ayah saya tidak terbiasa untuk saling mengucapkan terima kasih.

That is because the family from my father’s side not used to say thank you among themselves.

Berbeda dengan ibu saya yang dibesarkan dengan segala tata aturan gaya Belanda yang ketat.

It is so much different with my mother who was raised under a strict Dutch manner.

Lalu bagaimana dengan saya? Oh, saya punya gaya tersendiri.

How about me? Oh, I have my own style.

Kalau ke orang luar tentu saja sesuai dengan tata krama, saya mengucapkan terima kasih.

To people, I use the standard manner of saying thank you.

Tapi kalau ke orang tua atau ke Andre, saya punya cara khusus yang tidak selalu lewat ucapan terima kasih.

But to my parents or to Andre, I have my own special way which is not always saying thank you.

Kemarin ini, ketika dia menjemput saya..

Yesterday, when he picked me up..

Hidung saya langsung mengendus bau sedap begitu saya naik ke mobilnya. Hmm.. kok sepertinya saya kenal bau ini.

I smelled something yummy once I got in his car. Hmm.. I thought I knew that smell..

Ada bungkusan kantong plastik di kursi belakang.

There was a plastic bag on the back seat.

“Apa itu?” tanya saya.

“What have you got there?” I asked him.

Dia cuma senyum-senyum.

He just smiled.

Saya mengambil bungkusan plastik itu, membukanya kotak didalamnya… dan memekik senang ketika melihat isinya.. martabak. Bukan sembarang martabak. Ini martabak kesukaan saya.


I took that plastic bag, opened the box in it.. and squealed in delight when I saw what inside of it.. martabak. Not just any martabak. It was my favourite one.

“Kapan kamu ke jalan Minangkabau? Dari bandara mampir ke situ?”

“When did you go to Minangkabau street? Straight from the airport?”

Dia cuma tersenyum.

He just smiled.

Saya meletakkan kantong plastik itu di jok belakang lalu saya memeluk lehernya dan menghujaninya dengan ciuman.

I put the plastic bag on the back seat before I hugged his neck and kissed him again and again.

“Hei! Saya belum mandi” dia tertawa “Biasanya kamu ogah cium saya kalau saya belum mandi”

“Hey! I haven’t bathed” he laughed “You wouldn’t kiss me before I took a bath”

Saya tertawa “Biasanya sih gitu. Tapi omong-omong, kamu bau, ih.. tadi ngerokok ya?”

I laughed “I usually do. By the way, you smell, dude.. you smoked, didn’t you?”

“Siapa suruh cium saya” dia ngakak.

“Shouldn’t kiss me then” he laughed it hard.

“Ya, ini perkecualian deh.. buat martabaknya”

“Yeah, so this is an exception.. for the martabak”

Dia tersenyum, menarik saya dan mencium saya.

He smiled, pulled me closer and kissed me.

“Terima kasih kembali” bisiknya di telinga saya.

“You're welcome” he whispered in my ear.

Pada orang tua saya pun kadang saya mengucapkan terima kasih atau menyatakannya lewat pelukan atau ciuman.

I express my gratification to my parents by saying thank you or through hugging or kissing.

Pada orang luar, saya cenderung lebih formal, kaku dan membatasi diri.

My way to say thank you to people who are not my parents and Andre tend to be formal, stiff and distanced.

Kalau ke ‘adik’ saya atau beberapa teman dekat, saya akan menambahkan ucapan terima kasih dengan kadang menonjok pelan bahu atau lengan mereka, kadang dengan menepuk tangan mereka.

But to my ‘brother’ or few closed friends, I say thank you and also patted their shoulder or arm, sometimes patted their hand.

Saya bukan orang yang senang di cium atau mencium orang-orang yang tidak dekat dengan saya. Jadi saya merasa kikuk kalau ada yang mencium saya untuk mengucapkan terima kasih atau selamat ulang tahun. Karena buat saya, ciuman hanya untuk mereka yang amat sangat dekat dan istimewa bagi saya.

I am not really into giving or accepting kisses from people who are not closed with me. I feel awkward when someone kisses me to say thank you or to wish me a happy birthday. Because for me, a kiss is only given to or by closed people.

Yah, ada banyak cara untuk mengucapkan terima kasih. Ada yang mengucapkannya melalui kata-kata, ada yang dengan pelukan atau ciuman, ada yang memakai kartu atau sms, ada yang dengan cara berbuat baik, ada yang memberikan uang atau hadiah, dll.

There are many ways to say thank you. Some say it, others express it through hug or kiss, write card or text, returning the favor, giving money or present, etc.

Tapi ada dua pengalaman saya yang berhubungan dengan pengucapan terima kasih yang diluar kebiasaan.

But I have two experience about this saying thank you stuff which is a bit unusual.

Yang pertama terjadi hari Minggu lalu. Seorang pembicara dari atas podium memanggil saya khusus untuk mengucapkan terima kasih.

The first happened last Sunday. A speaker asked for me from the podium just to thank me.

Karena saya tidak berada diruangan itu dan juga tidak ada diruangan sebelah maka pembicara itu akhirnya mengumumkan saja dari atas podium tentang ‘jasa baik’ saya selama satu minggu sebelumnya.


Since I wasn’t in that room and not in the adjoining room either so he spoke it from the podium about my ‘good deeds’ in the week following to his visit to give the speech in my work place.

Saya sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini karena tidak seorang pun menceritakannya.

I knew nothing about this as no one told me about it.

Beberapa orang yang bertemu dengan saya hanya mengatakan “Ke, kamu dicari pembicara tadi” tanpa memberi penjelasan lebih jauh sehingga saya pikir mereka sedang bercanda dan karenanya tidak saya tanggapi.

Some people who met me just said “Keke, the speaker was asking for you” without further explanation so I thought they were joking and thus I ignored them.

Baru sore harinya setelah saya berada di rumah, saya mengetahui perkaranya dari cerita ayah saya.

Not until I got home in the afternoon and heard what my father told me, did I know what it was all about.

Saya heran. Saya pikir apa istimewanya?

I shrugged it off. What is so special about it.

Menghubungi pembicara adalah bagian dari pekerjaan.

Contacting the speaker is part of my work.

Saya harus memastikan setiap pembicara sudah mengetahui topik dan materi yang akan disampaikannya, bahwa dia tahu arah ke tempat ini, bahwa dia tahu susunan acara, bahwa ketika dia akan memakai LCD maka benda itu sudah siap untuk dipakai, bahwa kalau dia akan menginap maka akomodasi tersedia untuknya.

I have to make sure that every speaker knows the topic and speech material, that he/she knows the route to this place, that he/she knows about the program, when he/she needs to use LCD, the stuff is ready to be used, if he/she wants to stay over then accommodation is arranged for him/her.

Jadi, apa istimewanya?

So, what is so special about it?

Setelah dua tahun bekerja disini, entah berapa banyak pembicara telah saya hubungi. Jadi semua itu adalah pekerjaan rutin.

I don’t know how many speakers I have contacted in during my two years working in this place. So it is all simply routine.

Saya tidak menganggap diri saya sangat berjasa ketika semua beres. Orang mau ingat untuk terima kasih, ya sukur.. tidak pun, saya toh tidak akan mati karenanya..

I don’t consider myself as a hero when things go smooth. If people want to thank me, good.. if not, it wouldn’t kill me..

Dengan kecenderungan manusia untuk lebih memperhatikan kekurangan sesamanya membuat saya menganggap wajar saja bila mereka lupa mengucapkan terima kasih atau menyatakan penghargaan tapi tidak lupa untuk mencela, mengkritik atau mengomeli saya.

Knowing it too well how human tend to focus on their fellow human’s weaknesses make me go easy when they forget to thank or appreciate me but not forget to scold, criticize or yell at me.

Yang penting bagi saya adalah segelintir orang-orang terdekat yang saya tahu benar-benar tulus dan murni mencintai saya dan yang sangat saya cintai.

What matters to me is the few closest people whom I know sincerely love me so much and whom I love so much.

Pengalaman kedua terjadi sudah agak lama tapi masih tetap dan akan tetap saya ingat.

The second experience happened a long time ago but still and will always stay fresh in my memory.

Sebelum saya menceritakan peristiwa apa itu, saya pernah beberapa kali melihat tayangan di televisi tentang penyelamatan pada hewan. Bagaimana dalam keadaan panik, kesakitan karena terluka atau bingung, hewan itu malah menjadi liar dan menyerang atau bahkan melukai penolongnya.

www.wavetrekrescue.com

Before I write what was the experience, I have watched footages on tv about animal rescue. How in state of panic, pain out of injuries or confusion made the animal went wild and attacked or even injured the rescuer.

Pengalaman kedua saya kalau bisa digambarkan ya seperti itu. Niat saya baik mau menolong orang tapi yang saya dapatkan malah orang itu mengomeli saya.

I would picture my second experience like that. I had every good intention to help someone and I got him yelling on me.

Kenapa demikian? Karena saya menghubunginya pada waktu yang tidak tepat. Ketika dia sedang menghadapi masalah dan dia melemparkan kekesalannya kepada saya yang sama sekali tidak tahu menahu tentang sikonnya dan bahkan tidak ada hubungan sama sekali dengan sikonnya itu.

How is that so? Because I contacted him exactly at the wrong time. He was having a problem and he threw his upsetness to me who knew nothing about his situation and had nothing to do with his situation either.

Untung saja saya tidak lepas kendali sekali pun dalam hati saya merepet dengan segala kata makian yang paling indah.

Glad I didn’t lose my self control though deep down I swore with every cursing words you couldn’t think of.

Beberapa hari kemudian orang itu datang untuk minta maaf pada saya. Menjelaskan situasinya dan berkali-kali minta maaf.

Few days later that man came to apologize to me. He explained the situation and said sorry again and again.

Yang dia dan orang lain tidak ketahui adalah bahwa sejak hari itu, saya tidak lagi peduli apakah orang akan mengucapkan terima kasih pada saya atau tidak.

What he and other people don’t know is ever since that day, I no longer care if people would thank me or not.

Bahwa sejak hari itu, ketika saya melakukan tugas, maka itu adalah tugas. Pekerjaan. Hal yang rutin. Perasaan saya hanya saya libatkan ketika tugas atau pekerjaan itu ada kaitannya dengan orang-orang terdekat yang saya sayangi dan yang menyayangi saya.

Ever since that day, when I do my job, it is pure just doing a job. Work. Routine stuff. I only involve my heart when that task or work involves the closest people whom I love and love me.

Oh, tapi lewat postingan ini saya ingin berterima kasih pada mereka yang setia, yang hanya kadang-kadang membaca blog saya ini atau yang kebetulan baru menemukannya.

Oh, but through this post I want to thank those who read my posts regularly, just occasionaly drop by or just found this blog.

Saya telah menulis tentang banyak hal. Ada yang membuat anda tersenyum, tertawa, mengerutkan kening atau menggelengkan kepala ketika anda berpikir bahwa tulisan-tulisan saya menghibur, lucu, membingungkan atau memprihatinkan.

I have written about many things. Some made you smile, laugh, frown or shake your head when you thought my stories entertaining, funny, confusing or bring concern.

Hanya di dalam blog ini saja saya bisa sepenuhnya menjadi diri saya setelah sepanjang hari saya menjadi seperti yang diinginkan, diharapkan atau diminta oleh orang-orang disekitar saya.

Only in this blog I can be completely myself after spending a day being somebody required, hoped or asked by the people around me.

Hanya dalam blog ini saja saya bisa menuangkan apa pun yang ada dalam pikiran dan hati saya tanpa harus menjaga perasaan orang lain, tanpa harus berpura-pura segalanya baik-baik saja, tanpa harus merasa takut di sensor.

Only in this blog I can share whatever I have in my mind and heart without have the obligation to think about other people’s feeling, without have to pretend that everything is okay, without fearing any censorship.

Saya berterima kasih pada nasib karena membuat saya terlahir di negeri ini karena disini ada demokrasi sehingga saya dapat bebas ‘bersuara’. Tidak semua negara memiliki demokrasi. Pret, bahkan tidak semua rumah, sekolah dan tempat kerja memiliki demokrasi.

I am thanking the fate for being born in this country that has democracy so I have the freedom to speak out my voice. Not every country has democracy. Hell, not all household, school and work place have democracy.

Saya memilih membebaskan diri melalui tulisan-tulisan saya.

I choose to free myself through my writings.

Dan saya menghargai, berterima kasih pada mereka yang menyukai tulisan-tulisan saya, walau tidak selalu harus menyetujui buah-buah pikiran saya.

And I appreciate, thanking those who enjoy reading my writings though may not have to agree with my thoughts.

No comments:

Post a Comment