Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, February 20, 2015

Sweeter Than…

Chocolate

Saya tidak menduga kalau Valentine tahun ini saya mendapat banyak hadiah coklat dari teman-teman saya.


I never thought I would get many chocolate in this year’s Valentine’s gift from my friends.

Ada yang datang lalu mencium pipi saya dan memberikan coklat. Ada yang menitipkan lewat suaminya. Ada yang menyelipkan dalam tas saya. Ada yang ketika berbelanja sama-sama, rupanya diam-diam membelikan saya coklat. Dan siapa kira saya masih mendapatkan coklat dari kelompok pemuda yang sudah tidak lagi saya ketuai.

One came, kissed my cheeks and gave me a chocolate. Another friend sent her husband to give me some chocolates. While other slipped it into my bag. A friend bought me a chocolate when we went grocery shopping. And who would know, I was given a chocolate from the youth group which no longer being led by me.

Buat saya, ukuran, harga dan merek bukanlah yang terpenting.

For me, size, price and brand are not the most important things.

Perhatian dan persahabatan mereka kepada saya lebih manis dari coklat mana pun yang ada di dunia ini.

Their attention and friendship to me are sweeter than any chocolate in this world.

Semoga persahabatan dan kasih yang ada di antara kita akan tetap ada selamanya.

May the friendship and love between us last forever.

♥  ♥  ♥  ♥  ♥

Honey

Mukanya masih menyisakan kepenatan setelah bekerja seharian dan menempuh perjalanan panjang untuk menemui saya.

I could see exhaustment from a day’s of work on his face and for had to go through a long way to meet me.

Tapi matanya bersinar lebih terang dari seribu bintang di langit ketika dia melihat saya.

But his eyes shone brighter than thousands of stars in the sky when he saw me.

“Hai sayang” dia tersenyum “Sepanjang minggu ini yang saya inginkan adalah bertemu dengan kamu”

“Hi, honey” he smiled “What I wanted all through the week was to meet you”

Dia mencium saya dan kami berpelukan.

He kissed me and we hugged each other.

Kami melewatkan malam di hari Valentine itu dirumahnya.

We spent the evening on Valentine’s day by staying at his place.

Saya menjilat sisa madu disendok sambil memperhatikan Andre menyiapkan ayam panggang madu.


I licked some leftover honey on the spoon as I watched Andre prepared honey roasted chicken.

Ini jauh lebih manis dari pada madu mana pun, pikir saya, karena saya berada bersama dengan seseorang yang mencintai saya.

This is sweeter than any honey, I thought, because I was with somebody who loves me.

♥  ♥  ♥  ♥  ♥

Promises

“Tujuh tahun” Andre bergumam “Banyak orang menikah yang pernikahannya tidak bertahan lebih lama dari tujuh tahun”

“Seven years” Andre mumbled “Many couples couldn’t stay married for seven years”

Dia tersenyum ketika bertemu pandang dengan saya.

He smiled when his eyes met mine.

“Mereka mengucapkan janji, banyak pasangan mengucapkan janji” lanjutnya “Dan kamu? Masih ingat apa yang kamu katakan ketika saya mengatakan saya jatuh cinta pada kamu tujuh tahun lalu?”

“They said promises, many couples said promises” he went on “And you? Do you still remember what you told me when I said I fell in love with you seven years ago?”

“Tidak ada janji” kami berdua mengucapkannya bersamaan dan tawa kami mengisi keheningan malam.

“No Promises” we said in in chorus and our laugh filled the quietness of the night.

“Karena saya sudah berapa kali pacaran dan semuanya bubar” saya menghela napas “Saya hanya berhati-hati"

“Because I have been in several relationships and they were all broken” I sighed “I am just being cautious”

Saya menatap mukanya, menyentuh bibirnya dengan ujung jari saya “Jangan mengucapkan janji apa pun”

I studied his face, I touched his lips with my finger tip “Don’t say any promises”

“Tanpa janji, tapi tujuh tahun lebih kita bersama” dia mencium saya.

“No promises but we have been together for more than seven years” he kissed me.

“Ini jauh lebih manis dari janji apa pun” saya berbisik.


“This is sweeter than any promises” I whispered.

♥  ♥  ♥  ♥  ♥

I Love You

Saya amat sangat jarang mengatakan ‘saya sayang kamu’ pada siapa pun.

I rarely so very rarely said ‘I love you’ to anyone.

Ketika saya menyayangi seseorang, saya merasa lebih nyaman untuk menunjukkannya lewat sikap saya. Bukan dengan kata-kata.

When I love someone, I feel more comfortable to show it through my attitude. Not by words.

Karena cinta yang tulus terlihat dari sikap seseorang. Kata-kata dapat dimanipulasi.

Because sincere love is shown in one’s attitude. Words can be manipulated.

Orang-orang terkasih bisa merasakannya. Mengetahuinya tanpa harus mendengarnya lewat kata-kata.


Loved ones can feel it. Knowing it without have to hear it spoken.

Begitu pula saya bisa merasakan dan mengetahui bila seseorang menyayangi saya.

It goes the other way around, I can sense and know when somebody loves me.

Dan semua ini jauh lebih manis dari pada perkataan ‘saya sayang kamu’.

And it is whole lot sweeter than ‘I love you’.

♥  ♥  ♥  ♥  ♥

Ketika kita menghargai serta bersyukur untuk apa yang ada dan bisa menerima ketidaksempurnaan maka yang manis itulah yang kita rasakan.

When we appreciate and give thanks to what we have and can accept imperfectness, we will taste nothing but sweetness.

No comments:

Post a Comment