Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, October 29, 2014

Que Sera, Sera

Momen kebersamaan apa yang paling anda ingat ketika bersama dengan ibu anda?

What is the most memorable of togetherness moment between you and your mother that you can recall?

Yang paling saya ingat adalah saat-saat saya dan ibu saya berbaring di tempat tidurnya dan kami berdua mengobrol panjang lebar, tertawa serta bercanda. Kadang bisa sampai berjam-jam.

My most memorable togetherness moment with my mother is the times when she and I lied down on her bed and we had long talk, laughed and joked. This could go for hours.

Saya lupa kapan terakhir kalinya kami melakukan hal ini. Kami bisa dikatakan tidak pernah lagi melakukannya sejak kesehatannya menurun.

I forgot when was the last time we did this. We, infact, have never done it since she has been having health problem.

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

Ibu saya pastilah tidak pernah membayangkan bahwa pada suatu saat di masa depan, dirinya akan menjadi seperti sekarang.

My mother has definitely never imagined that sometime in the future she would become like she is now.

Dia seorang yang terlahir dengan kelebihan fisik, kuat, sehat, pintar, cantik.


She was born with strong physic, health, smart, pretty.

Sekarang dia di dera dengan berbagai masalah kesehatan. Thyroid, jantung, tekanan darah tinggi, sulit tidur, senewenan, diare, rematik.

These days she is tortured with many health problems. Thyroid, heart, high blood pressure, sleeping problem, anxieties, diarrhea, rheumatic.

Semua itu berlangsung hampir tanpa henti. Silih berganti.

It goes nearly nonstop. One after another.

Selama tiga tahun terakhir ini kami bertiga mengalami kelelahan emosi yang luar biasa.

The three of us are drained emotionally in the past three years.

Saya sudah mengalami yang namanya ketakutan luar biasa akan kehilangan ibu saya dan saya sudah mengalami rasa putus asa demikian besar melihat kondisinya sampai saya sudah merelakan kalau memang lebih baik dia di ambil Tuhan dari pada berkepanjangan tersiksa.


I have had what I called the unbearable fear of losing my mother and I have had unbearable desperation seeing her condition up to the point I let her go, if it would be better God take her and thus releases her from the torture.

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

Bukankah suatu ironi bahwa kita ingin memiliki anak lalu pada suatu saat di masa depan.. kita memberikan banyak kesedihan dan penderitaan pada anak itu melalui kondisi fisik kita..

Isn’t it an irony that we want to have a child and then in the future we give that child many pain and sorrow through our physical condition..

Atau kita tidak pernah membayangkan diri kita akan menjadi tua, lemah, disiksa oleh berbagai penyakit.. karena ketika kita menginginkan anak, kita masih muda, kuat dan sehat..

Or we never imagine ourselves being old, weak, torture by many illness.. because when we want a child, the wishes come when we are young, strong and healthy..

Begitu naifkah kita berpikir bahwa selamanya kita akan tetap kuat dan sehat?

Are we that naive to think we can remain strong and healthy?

Atau kita tipe manusia yang berpikir ‘halah, ribet banget sih? serius banget.. ngapain dipikirin’.

Or we are the type of person who thinks ‘heck, why bother? Don’t be so serious.. why bother’.

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

Kombinasi antara fisik yang kuat dan sehat serta umur muda menghasilkan kenaifan dan ketidak-pedulian terhadap apa yang bisa atau akan terjadi di masa depan.

Combination of strong and healthy physic with young age resulted in naivety and ignorance of what can or may happen in the future.

Atau kita memperhitungkan kemungkinan kita akan menjadi tua dan penyakitan sehingga memiliki anak merupakan investasi masa depan karena mereka yang akan mengurusi, merawat dan mengongkosi biaya hidup serta biaya pengobatan kita?

Or we have calculated the possibility of becoming old and ill so having a child is some sort of future investment for the child will take care us and support us financially and pay for our medical expenses?

Inilah pengalaman saya dalam posisi sebagai anak itu; saya bekerja menghidupi orang tua saya sejak tahun 1996. Bahkan mulai awal tahun ini saya menambah jumlah murid les saya walau pun sebetulnya fisik saya agak kepayahan karenanya. Tapi pilihan apa yang saya miliki? Saya anak tunggal sehingga beban itu jatuh sepenuhnya pada saya. Dan tahun ini ibu saya membutuhkan lebih banyak dana untuk berobat.

This is me being that child; I have supported my parents since 1996. From early this year I accept more kids to tutor though it drains me out physically. But what choice do I have? I am an only child so the burden falls fully on me. And this year my mother needs more medical funds.

Seperti apa itu rasanya berada dalam posisi saya?

What is like to be in my shoes?

Capek.

Drained.

Saya amat sangat menyayangi orang tua saya tapi kondisi mereka tidak pelak lagi memberikan kelelahan fisik dan mental yang luar biasa sampai lebih dari setahun lalu saya sampai sakit, sakit berat secara fisik dan sakit mental yang membuat saya benar-benar berpikir ingin mati saja.

I love my parents so much but their condition has undeniably given tremendous physical and mentally drainage that more than a year ago I fell ill, a bad physical and mental illness that made me thought I just wanted to die.

Dibalik keceriaan saya, tersembunyi dibelakang tawa riang saya, ditutupi oleh kelucuan-kelucuan saya.. ada seorang anak yang menderita karena harus menanggung beban tanggung jawab untuk orang tuanya..

Behind my cheerfulness, hidden behind my joyful laughter, covers by my humor.. is a child suffer for have to carry the responsibility to care for her parents..

Hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh mereka yang menginginkan anak..

Something that may never cross the mind of those who want to have a child or children..

Masih bisakah berpikir demikian naif? Bahwa..

Still able to think naively? That..

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

Beberapa hari lalu saya menginap di paviliun kantor dan pagi itu saya terbangun dengan rasa kaku serta nyeri yang luar biasa pada pinggang saya.


Few days ago I stayed over at the office’s pavilion and that morning I woke up with an excruciate stiffness and pain in my waist.

Saya tidak tahu apa penyebabnya. Apa rematik? Kasur yang terlalu keras? Udara dingin?

I don’t know what the cause of the pain. Is it rheumatic? Hard matress? Cold temperature?

Saya masih ingat dengan apa yang muncul dalam pikiran saya saat menahan rasa nyeri itu, ‘umur saya baru empat puluh tiga. Gimana lima, sepuluh, lima belas atau dua puluh tahun mendatang?’.

I can remember clearly what came to my mind when I held that pain ‘I am only forty three. What is gonna be in the next five, ten, fifteen or twenty years?’.

Sejak melihat kondisi kesehatan ibu saya yang mulai bermasalah dalam waktu tiga tahun terakhir ini, sulit bagi saya untuk tidak bertanya-tanya seperti apa kondisi fisik saya dalam waktu lima, sepuluh, lima belas atau dua puluh mendatang..

Eversince I see my mother’s health that has been having problems in the past three years, I can’t help myself not to wonder what will it be like with my own physical condition in the next five, ten, fifteen or twenty years..

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

“Kapan lu mau punya anak?” belum lama ini pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang teman saya “Nunggu apa lagi?”.

“When will you have your own child?” just recently a friend of mine shot this question to me “What are you waiting for?”.

Ya apalagi yang saya tunggu?

Yes what am I waiting for?

Saya tahu orang bingung kenapa saya tidak juga menikah padahal pacar punya, pekerjaan punya, tampang tidak jelek-jelek banget (hehe), punya sifat periang dan lucu.. kenyataannya memang banyak laki-laki yang suka sama saya sehingga entah menikah atau tidak, dengan Andre atau bukan, saya tidak akan kesulitan mencari donor sperma..

I know people wonder why I still have not tied the knot when I have a boyfriend, have a job, not bad looking myself (hehe), have bubbly and funny personality.. the truth is there are many men like me so married or unmarried, with Andre or other man, I won’t have any difficulties to find sperm donor..

Yang orang tidak ketahui adalah saya tidak mau mengatakan hal ini kepada anak saya;

What people don’t know is I don’t want to tell my child this;

Que sera, sera.. whatever will be, will be.. the future is not ours to see..

Apa pun yang akan terjadi, terjadilah.. masa depan tidak bisa kita lihat..

Ketika saya menjadi lemah dan tua.., ketika saya tidak lagi bisa memeluknya karena terlalu sakit.., ketika saya tidak bisa mengingat namanya.., ketika saya tidak bisa melihatnya tumbuh menjadi remaja dan dewasa karena kematian keburu menjemput saya..

When I become weak and old.., when I can’t hold him/her for being too ill.., when I can’t remember his/her name.., when I can’t see him/her grow into a teenager and adult because death has taken me away from them..

Sanggupkah saya menciptakan penderitaan bagi anak itu? Tegakah saya menjadikan diri sebagai sumber kesusahan dan kesedihan baginya?

Can I create misery to that child? Do I have the heart to make myself as the source of his/her trouble and sorrow?

Saya menginginkan anak. Dari dulu saya selalu menginginkan anak. Tapi semakin bertambah usia saya dan semakin banyak yang saya alami memaksa saya merubah keinginan saya.


I wanted to have children. I have always wanted to have children. But the older I get and the more I have been through forced me to change my wishes.


No comments:

Post a Comment