Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, October 18, 2014

Smart Gadget: Smartphone

“Kalau ada orang diruangan sini, jangan sampai ketahuan elu lagi main game” saya memperingatkan Vincent “Hape di silent saja suaranya”

“Don’t make yourself get caught playing games by anyone present in this room” I reminded Vincent “Better silent your cellphone”

Beberapa hari sebelumnya senior saya mengungkapkan keprihatinannya melihat anak-anak jaman sekarang yang kecanduan games.

Few days earlier my senior spoke about his concern to see young people are become addicted to games.

“Orang tua Vincent prihatin melihat dia senang main game dihapenya”

“Vincent’s parents are concerned to see him playing games on his cellphone”

“Ya, itu bukan seluruhnya salah Vincent dong” sela saya “Kan mereka yang kasih hape canggih ke dia”

“Well, don’t put all the blame on Vincent” I interrupted “it was them who gave him a sophisticate cellphone”

“Iya, tahu” senior saya tertawa “Kita usahain supaya kebiasaannya itu berkurang setidaknya selama dia ada disini. Coba deh kamu ngomong sama dia. Kan dia dengerin kamu”

“Yes, I know” my senior laughed “We just try to reduce his habit, at least when he is in this compound. Please talk to him. He listens to you”

Dan itulah yang saya lakukan ketika bertemu dengan Vincent beberapa hari kemudian.

And that was what I did when I met Vincent few days after that.

“Gue sih ga ada masalah elu main games karena buat gue yang penting elu bisa atur waktu supaya jangan pelajaran sekolah dan nilai-nilai elu jadi berantakan” kata saya “Elu bukan anak kecil lagi dan elu cukup pintar buat bisa ngerti sendiri”

“I have no problem about you playing games because for me the important thing is you can manage your time between so that you are doing well in school and not flunk your grades” I spoke to him “You’re not a kid anymore and you’re smart enough to understand it”

Mungkin bukan kata-kata seperti itu yang diharapkan senior saya untuk saya katakan pada Vincent. Tapi persahabatan saya dan Vincent didasarkan pada kejujuran dan fairness.

Maybe those were not the words my senior expected me to say to Vincent. But my friendship with Vincent is built on honesty and fairness.

“Menurut gue, ngasih hape smartphone ke seseorang dan berharap orang itu tidak akan main game atau mengakses internet itu sama saja kayak menaruh kue tart di depannya dan berharap dia tidak akan pernah memakannya” lanjut saya “Tidak masuk akal kan?”

“For me, giving a smart cellphone to someone and then expect the person to never play games on it or access the internet through it is like put a big cake infront of him/her and expect that person to never eat it” I went on “Doesn’t make sense, right?”

“Yoi” dia tertawa “Godaan ada tapi kita sendiri yang harus mikir mana yang baik atau tidak”

“Yep” he laughed “Temptation exists but it is up to us to think which one is best for our own sake”

“Bukan elu aja” saya menunjuk ke hape saya “Nih, gue juga pake smartphone dan godaannya bisa bikin gue lupa sama kerjaan di kantor. Gawat kan. Bisa kacau kerjaan dan gue bisa ditabokin sejuta umat disini”

“You’re not the only one” I pointed to my cellphone “I am using a smart cellphone and it is so tempting I could mess up my work at the office. It’s a no-no thing. I would have my ass kicked by millions of people in this place”

Tapi saya jadi ingin menuliskan tentang benda-benda elektronik yang pintar ini.

But it makes me want to write about these smart electronic gadgets.

Awal bulan Agustus saya mengganti hp setelah sebelumnya selama dua tahun saya memakai hp Samsung Duos Ch@t 322. 


Early in August I changed my cellphone after using Samsung Duos Ch@t 322 for two years.

Saya sih sebetulnya sudah merasa cukup puas dengan Samsung itu karena hp buat saya hanya untuk sms dan telpon.

I am actually quite satisfied with the Samsung because I need cellphone just to text and make or receiving phone calls.

Pada pertengahan bulan Juli, rekan saya yang dulu menjual Samsung Duos itu mengatakan dia ingin menjual smartphonenya. Dan sekali pun dia sudah berbusa-busa menerangkan segala kelebihan smartphone itu, saya tetap tidak merasa terlalu antusias.

On mid of July, my colleague who sold me that Samsung Duos said he wanted to sell his smartphone. And though he spoke a lot about the many stuff that smartphone has instore but I wasn’t felt so enthusiastic.

Kalau pun akhirnya saya membeli juga, alasan utamanya adalah karena dia banting harga dan saya lihat kondisinya masih bagus karena dia beli baru dan belum setahun dia pakai.

When I finally agreed to buy it, my main reason is he sold under market price and I saw it still in good condition as he bought it brand new and hasn’t used it for a year.

Awalnya banyak terjadi kelucuan setelah smartphone itu saya pakai karena biar pun sudah di briefing tentang bagaimana mengoperasikannya tapi tidak semuanya sekaligus dapat saya mengerti atau saya ingat.

At first there were many funny incidents happened after I used that smartphone because though my colleague has briefed me how to operate it but I couldn’t grasp or remembered it all at once.

Kelucuan pertama terjadi ketika telpon itu berdering. Saya bingung setengah mati karena tidak tahu bagaimana cara untuk menjawabnya. Kalau di hp manual kan ada tombol untuk menerima dan mengakhiri panggilan telpon. Nah, mana ada tombol seperti itu di gadget yang operasionalnya memakai sistem layar sentuh. 

the smartphone on my left hand
The first came when the phone rang. It drove me crazy to find the way how to accept it because unlike the manual cellphone that has push button to receive or end phone call, there isn’t any button in the gadget that operates with touch screen.

Untung pada saat kritis itu saya teringat pada cerita seorang rekan lainnya tentang pengalaman pertamanya memakai smartphone. Dia bilang layarnya di sentuh dan di geser ke kanan. Untung-untunganlah, pikir saya, mudah-mudahan cara demikian berlaku di semua smartphone.

Luckily in that critical moment I remembered a friend’s story about her first experience using smartphone. She said she touched the screen and slided it to the right. Well, I have got nothing to lose, I thought, I hope this is way is applied to all smartphones.

Dan berhasil!.. hehe..

And it worked!.. lol..

Saya jenis orang yang senang dan cepat bisa menguasai cara kerja program di komputer, hp, notebook, ipad dan yang sejenis itu.. tapi begitu saya berhadapan dengan smartphone.. senewen deh saya. Nah, yang jadi pertanyaan, ini gadgetnya yang kelewat canggih atau saya yang kelewat dogol?.. hehe..

I am the kind of person who likes and able to know how to operate programs on computer, cellphone, notebook, ipad and stuff like them.. but the moment I came face to face with a smartphone.. I lost my magic touch. So, the question is, was it too sophisticate or was I too dumb?.. lol..

Oh tapi bukan Keke namanya kalau tidak berhasil menaklukkan sejuta tantangan.. hehe.. yah, biar pun pakai acara sembilan ratus ribu kebingungan dan seratus ribu senewen..

Oh but don’t call me Keke if I can’t knock out a million of challenge.. lol.. yeah, with nine hundred thousand of confusion and a hundred thousand of nervousness..

Rekan saya mendownload blackberry, whatsapp, facebook dan google di smartphone ini.

My colleague downloaded blackberry, whatsapp, facebook dan google in this smartphone.

Yang paling sering saya pakai tentunya adalah facebook.

I definitely use facebook frequently.

Saya tidak terlalu tertarik pada blackberry dan whatsapp yang menurut saya bentuknya hampir mirip. Sedikit lebih canggih dari sms biasa dan bentuk sederhana dari facebook.

I don’t have keen interest on blackberry and whatsapp since I consider them alike. More sophisticate than regular text and simple form of facebook.

Whatsapp lebih banyak berfungsi karena ada grup persekutuan pemuda dan karena saya adalah ketuanya, tentu saja saya harus memantau dan memakainya untuk berkomunikasi dengan para anggota pemuda.

Whatsapp is function because there is youth fellowship group on it and since I am the head of it, I have to use it to communicate with the members in the fellowship.

Blackberry baru belakangan ini saja jadi menarik setelah gara-gara pin error membuat saya jadi kenalan dengan seseorang dari satu negara di Amerika Selatan. Ini karena entah bagaimana pin teman yang saya ingin add ternyata malah masuk ke blackberry milik orang lain dan lucunya, orang ini sedang menunggu konfirmasi dari temannya untuk meng-add pin dia.

Blackberry has just recently became interesting after pin error brought me to know a guy in South America. It happened when I added a friend’s pin but my invitation somehow arrived in other person’s Blackberry and funny thing is, this guy was waiting to get his friend’s confirmation on his pin invitation.

Jadilah kami berkenalan dan sering mengobrol di Blackberry. Lewat beberapa minggu kemudian barulah saya mengetahui dia adalah mahasiswa tahun pertama di sekolah kedokteran. Duh.. berondong.. ganteng pula. Segerrrr.. hehehe..

So we introduced one to another and have frequently chat on Blackberry. Few weeks later I learned that he is a first year meds school student. Gosh.. a young blood.. a good looking one too. Nice.. lol..

Tapi smartphone ini juga memberikan dampak kurang baik. Saat jam kerja silih berganti dia berbunyi, entah itu sms biasa, whatsapp, blackberry atau facebook, kadang-kadang malah semuanya berbunyi pada saat bersamaan. Godaan banget.. konsentrasi kerja suka jadi buyar karenanya. Yaiii…

But this smartphone gives bad effect too. In office hour it beeps one after another whether it is regular text, whatsapp, blackberry or facebook, or sometimes all of them beeped all at once. Speak about temptation.. I can’t focus on my work.. yayyy..

Berhubung baru.. yah, wajar kalau rasanya seperti sedang ‘berbulan madu’.. hehe.. apalagi seminggu terakhir ini saya menemukan momentcam app yang memasangkan muka seseorang dengan berbagai gambar karikatur. Saya telah membuat tiga gambar.


Since it’s a new thing.. yeah, it makes sense if it feels like ‘honey mooning’.. lol.. especially that in the past week I found momentcam app that can put a person’s face on its caricature drawing. I made three drawings so far.




Tapi gara-gara smartphone ini saya dan Andre sempat agak bersitegang. Apalagi kalau bukan karena bawaan posesifnya bikin dia merasa tidak nyaman karena takut saya bisa lebih bebas berkomunikasi atau berkenalan dengan siapa saja (baca: cowok). Itu sebabnya dari dulu dia tidak mau membelikan saya hp kelewat canggih.

But this smartphone has made me and Andre have had some bumps. What else than his possessiveness that makes him feel uneasy for fearing I can have easy access to communicate or get to know anyone (male). It is why he never bought me any sophisticate cellphone.

Bagian dari kecanggihan itu adalah layarnya yang bisa dikunci dengan menggunakan pola tertentu. Saya sudah menyetel smartphone saya dengan cara ini dan Andre tentu saja tidak bisa lagi sebebas-bebasnya melihat segala sesuatu yang tersimpan didalamnya.

Part of its sophistication is the screen pattern lock. I have set up a pattern to lock my smartphone and so Andre can no longer have the freedom to see all the stuff I keep on it.

Dia jelas jadi tidak senang..

He surely doesn’t like this..

No comments:

Post a Comment