Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, October 3, 2013

Passport Renewal

Gampang-gampang tapi bikin puyeng.

Easy but also a bit confusing.

Prosedurnya gampang;

Simple procedure;

I. Ambil 1 lembar Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan 1 lembar surat pernyataan di informasi (gratis)


I. Take the Indonesian Travel for Indonesian Citizen Form and Statement Letter from the information (free of charge)


II. Setelah Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan surat pernyataan di isi, lampirkan  dengan;

II. Fill the Form and Statement Letter, attached them with;

a. 1 Lembar fotocopy KTP (ukuran setengah halaman kertas A4).

a. 1 Copy of ID card (half size of A4 paper).

b. 1 Lembar fotocopy KK.

b. 1 Copy of Family Registration Card.

c. 1 Lembar fotocopy Akte Lahir.

c. 1 Copy of Birth Certificate.

Mereka yang berstatus belum menikah hanya perlu melampirkan tiga macam dokumen itu. Untuk yang sudah menikah, lampirkan juga surat nikah.

Those are the requirements for single people. Married people have to attach their marriage certificate as well.

* Jangan lupa membawa dokumen aslinya karena harus ditunjukkan ketika menyerahkan berkas-berkas ini pada petugas di loket 1, 2 atau 3.

* Don’t forget to bring the original documents as they have to be shown to the officer in  counter 1, 2 or 3 when you submit them.

III. Ambil nomor antrian.

III. Take queue ticket.

Tempat pengambilan nomor antrian ada di sebelah kiri, tidak jauh dari pintu masuk (lihat foto). Biasanya ada petugasnya. Tinggal kasih tahu saja ke petugas itu, keperluannya untuk apa.


The place to take queue ticket is at the left, not far from the entrance door (see photo). An officer is usually stand there. Just tell him what is your purpose of visit.

Nomor antrian dibedakan dengan kode;

Queue number is coded;

A => untuk pembuatan paspor baru atau perpanjangan paspor.

A => for new passport applicant or passport renewal applicant.

Hari Senin, 23 September 2013 saya mendapat nomor antrian A070. Itu artinya saya adalah orang ke 70 yang mengajukan pemohon pembuatan paspor baru atau perpanjangan paspor.

On Monday, September 23rd2013 my queue number was A070. It means I was the 70th person applying for new passport or to get passport renewal.

F => untuk membayar biaya pembuatan paspor baru atau perpanjangan paspor.

F => to make payment for getting new passport or passport renewal.

Hari Selasa, 1 Oktober 2013 saya mendapat nomor F020. Itu artinya saya adalah orang ke 20 yang akan melakukan pembayaran biaya untuk pembuatan paspor baru atau perpanjangan paspor.


On Monday, October 1st2013 my queue number was F020. It means I was the 20th person who was there to pay new passport or passport renewal expenses.

IV. Loket

IV. Counter

Loket 1, 2 dan 3 (lihat foto) untuk;


Counter 1, 2 and 3 (see photo) are for;

a. Khusus untuk yang mendapat kode antrian A.

a. For people who get A code on their queue ticket.

2. Loket-loket ini bukan untuk melakukan pembayaran.

2. These counters are not payment counters.

3. Anda menyerahkan 1 lembar Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI, 1 lembar surat pernyataan berikut lampiran-lampirannya kepada petugas di loket 1, 2 atau 3.

3. Hand over your 1 sheet of Indonesian Travel for Indonesian Citizen Form, 1 sheet of Statement Letter along with the attachment copies of documents to the officer in counter 1, 2 or 3.

* Petugas di loket 1, 2 atau 3 akan minta anda menunjukkan dokumen asli (KTP, KK, Akte Lahir, Surat Nikah, Ijasah) serta paspor lama yang asli untuk mereka yang mengajukan permohonan perpanjangan paspor.

* The officer in counter 1, 2 or 3 will ask you to show him the original documents (of ID Card, Family Registration Card, Birth Certificate, Marriage Certificate, Diploma) along with the original old passport for passport renewal applicants.

4. Setelah berkas di terima dan ok semua, petugas akan memberikan selembar kertas (lihat foto) yang harus dibawa ketika datang lagi untuk melakukan pembayaran, foto dan wawancara. Waktunya adalah 3 (tiga) hari setelah tanggal anda memasukkan berkas permohonan berikut lampiran-lampirannya.


4. Once the officer accepted your submitted document, he will give you a sheet of paper (see photo) that you should bring when you come to make payment, photo taken and for interview. It is 3 (three) days after the date you submit your documents.

Loket 6 dan 7 (lihat foto) untuk pembayaran.


Counter 6 and 7 (see photo) are payment counters.

Gampang? Ya, iya.. apalagi karena sudah membaca keterangan yang saya tuliskan dengan rinci seperti di atas itu.

Easy? Yes, of course.. especially after you read the information that I wrote in detail as you can see it on the above.

Tapi tidak seperti itu yang saya alami dan rasakan ketika tiba di kantor imigrasi hari Senin (23/9).

But it wasn’t that easy when I arrived at Bogor immigration office on Monday (Sept 23rd).

Pertama, karena terakhir kali saya datang ke tempat ini adalah saat saya membuat paspor untuk pertama kalinya dan kejadiannya itu 5 tahun yang lalu.

First is because the last time I went there, it was 5 years ago when I applied to get a passport.

Jangankan prosedurnya, letak kantor imigrasinya saja saya lupa-lupa ingat sampai hampir salah turun kalau tidak karena sopir angkotnya menurunkan saya di tempat yang tepat dan bahkan menunjuk bahwa dari tempat saya turun itu kantor imigrasi sudah terlihat. Saya tinggal menyeberang dan berjalan sedikit.

Let alone the procedure, I had hard time remembering the exact location of that office that I would get off at the wrong stop if the driver didn’t drop me at the right place and told me the immigration office isn’t too far away, I could even see its location as it is just a short distance away. All I should do was crossed the street and took a short walk.

Kedua, saya tidak tahu menahu soal ambil nomor antrian. Petugasnya tidak ada. Tulisan keterangan tentang pengambilan nomor antrian juga tidak tercantum di tempat yang mudah terlihat, tidak di buat dengan tulisan besar atau dengan warna mencolok.

Second is, I had no idea about taking queue number ticket. There was no officer in sight. The signage is not placed in a visible place, not using big or bright color fonts.

Jadi dengan pede saya langsung melenggang ke loket paling ujung kanan. Bertanya pada seorang petugas di sana yang dengan tegasnya menjawab ‘ke informasi’ sambil menunjuk ke arah kanan. Tidak menyebutkan sama sekali tentang pengambilan nomor antrian.

So I walked straight to the right counter. Asked the officer there who firmly said ‘to the information’ as she pointed to the right. No word about taking the queue ticket first. 

Dan jangan membayangkan yang namanya bagian informasi menempati ruangan tersendiri.

And don’t picture The Information section has its own place in a separated room.

Bagian informasi hanyalah secuil tempat di pojok kanan ruangan, dengan meja counter panjang, dua orang petugas dibelakang meja counter itu, 3 kursi di depan meja counter dan orang yang ada keperluan dengan bagian informasi harus berdesakan di situ karena didepannya sudah berjejeran kursi-kursi bagi pengunjung.

Information section is just a tiny space at the right corner of the room, with long desk, 2 officers, 3 chairs and people jammed in a space that is just about my body’s wide as infront of it are chairs for the waiting people.

Rasanya saya tidak ingat melihat apa ada plang atau tempelan bertuliskan ‘Informasi’ di tempat itu.

I don’t think I remember ever saw a signage ‘Information’ above or on the wall at that corner.

Begitu saya menyatakan kepentingan saya, petugasnya mengambil Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan Surat Keterangan, meminta fotocopy KTP, KK dan Akte Lahir lalu menanyakan nomor antrian saya.

Nomor antrian?? Nomor antrian apa? Dimana ngambilnya?

Queue ticket?? What queue ticket? Where can I get it?

Petugas informasi menunjuk tempat dimana saya harus mengambil nomor antrian. Jiah! Siapa kira itu buat ambil nomor antrian. Orang yang baru pertama kali datang atau baru pertama kali datang dan sedang buru-buru pasti tidak akan memperhatikan.

The information officer pointed at the place where I could get queue ticket. Heck! Who would guess that thing is where I should take queue ticket. People who come for the first time to this place and happen to be in a rush wouldn’t spot it.

“Berkas ibu ada dimana?” tanya petugas di depan komputer merangkap mesin untuk mencatat dan mengeluarkan kertas bernomor antrian.

“Where is your document?” asked the officer who stood infront of the computer and the queue ticket machine.

Nah, lu nanya, cing?, kata saya dalam hati. Sewot. Tadi pas gue masuk, kemana lu?. Sekarang elu nanya berkas gue ada dimana.

Hell, you asked me, I raised that question in my heart. Tension raised. Where the hell were you when I came in? and now you asked me where the hell is my document?

“Tuh” kata saya sambil menunjuk petugas informasi yang saya titipi berkas saya.

“There” I said, pointing at the information officer whom I left my document.

Hehe. Yah, aslinya saya seorang pemarah dan tidak sabaran. Baru 5-6 tahun terakhir ini saja saya lebih bisa menguasai emosi.

Lol. Well, I am a short tempered and impatient person. It is only in the past 5-6 years that I am able to control my emotion.

Tapi toh ada saat-saat dimana kemampuan saya mengendalikan diri jadi longgar yaitu ketika saya capek, tidak sehat, stress, ngantuk atau sedang tegang.

But there are times when my self control is loosened and it is when I am tired, unwell, stressed, sleepy or intense.

Dan pagi itu saya sedang senewen berat.

And that morning I was nervous like hell.

Kira-kira sebulan sebelumnya saya tiba disana belum jam 8 dan pendaftaran sudah di tutup. Saya tahu mereka menjatah hanya 150 orang sehari. Tapi saya tidak duga kalau orang sudah datang sebelum jam 7 pagi untuk mengambil nomor antrian.

The officer wrote the time & number of applicant accepted in a day

About a month ago I got there before 8 am and the registration was already closed. I knew they accept only 150 applicants in a day. But I didn’t know people have lined to get queue ticket since before 7 am.

Jadi hari itu saya berangkat dari rumah jam 6 pagi. Aduh gobloknya, saya lupa itu hari Senin dan hari Senin dimana-mana jalanan macet. Tapi yang paling bikin saya juling adalah di lampu merah dipertigaan jalan Manunggal, Tentara Pelajar dan RE Martadinata dan diperlintasan kereta api di jalan Pemuda. Gile, macetnya ga bergerak!

So I left home at 6 am. Stupid me, I forgot it was Monday and the street is jammed every Monday. But the ones that drove me crazy were at the traffic light intersection of Manungal street, Tentara Pelajar street and RE Martadinata street and another on the railway at Pemuda street. It was jammmmmed!

Begitu turun dari angkot, saya nyeberang dan langsung lari menuju kantor imigrasi. Untung saja kemana-mana saya selalu bersepatu kets dan membawa ransel. Ada untungnya juga jadi perempuan tomboy. Hehe.

Once I got off the car, I crossed the street and ran to immigration office. Lucky me to always wear sneakers and bring backpack. That is a great thing being a tomboy. Lol.

Kalau ibarat mesin, wah, mesin saya masih ngebul banget saat saya masuk ke kantor imigrasi. Jangan heran kalau kemudian saya jadi gampang sewot. Hehe.

If I were a machine, I were so freaking boiling when I entered the immigration office. No wonder I found myself easily lost my temper. Lol.

Jam 7.15 pagi. Saya mendapat nomor antrian 70!

It was 7.15 am. My ticket showed I was the 70th on the row.

Wah, kayaknya orang yang dapat nomor antrian 1 mungkin sudah nongkrong disitu dari subuh kali ya… hehe…

Man, I think the person who got the first on the line has probably been there since dawn.. lol.

Kenapa dalam sehari bisa sampai ada 150 orang (bahkan pasti lebih dari itu kalau tidak dibatasi) yang mengajukan permohonan pembuatan paspor atau memperpanjang paspor?

Why would it be 150 people (must be more than that if they don't limited the number) apply for new or renewal passport in a day?

Soalnya, tidak seperti di Jakarta yang di bagian utara, selatan, timur, barat dan pusat memiliki kantor imigrasinya sendiri, imigrasi di Bogor cuma ada satu.

Unlike Jakarta that has its own immigration office in its north, south, east, west and central region, Bogor has only one immigration office. 

Jadi, kalau sampai ke urusan paspor, orang se-Bogor tumplek blek di kantor imigrasi ini. So, mau tidak mau harus adu cepat datang supaya masih masuk dalam kuota 150 orang itu. 

Therefore, when it comes to passport, the people in Bogor have to come to this office. Yeah so, you have no other choice than to come as early as possible so you can be included the quota of 150 people. 

Kalau takut kesiangan, nah, datang malam-malam dan bikin tenda deh di depan kantor itu.. hehe. 

Afraid you can't get there early? well, get there at night with a tent so you can spend a night infront of that office.. lol.

Hari Selasa (1/10) saya datang lagi untuk membayar biaya perpanjangan paspor saya sebesar Rp.255.000, untuk foto dan wawancara.



I returned on Tuesday (Oct 1st) to pay Rp.255.000 fee for my passport renewal, to have my photograph taken and for interview.

Saya berangkat lebih pagi. Sebelum jam 6. Sampai disana sebelum jam 7 tapi itu sudah dapat nomor antrian 20.

I left early. Before 6 am. I got there before 7 am and I was the 20th on the line.

Semua berjalan lancar.

Everything went smooth.

Sampai ketika lima jari saya di ambil sidik jarinya dengan memakai alat khusus. Dan jari kelingking.. kiri dan kanan.. tidak terbaca oleh sensor alat tersebut.

Up to when my five finger prints were taken using this sophisticate gadget. My left and right pinkies were not detected by the gadget's sensor.

“Apa karena kelingking saya kekecilan ya?” tanya saya, setengah serius, setengah bercanda. Teman saya dulu pernah mengatakan jari saya kelingking semua karena ukuran jari-jari saya yang kecil. 

“Is it because they are too small?” I wondered, half joking, half serious. A friend of mine was once said that all of my fingers are pinkies because they are small.

Tapi ketika wawancara, saya sempat kesal karena petugas yang mewawancarai saya bertanya kalau saya tidak punya rencana untuk bepergian dalam waktu lebih dari setahun, buat apa saya memperpanjang paspor. Itu membuang waktu, tenaga dan uang. 

But I was upset during the interview because the officer who interviewed me asked if I don't have any plans to go abroad in the next one year or more, why would I renew my passport. It would only time, energy and money waste.

Lho, pikir saya dalam hati, kenapa jadi elu yang repot soal hal-hal kayak gitu?. Kalau memang ada himbauan seperti itu, ngapain baru ngomong setelah saya sampai ke tahap ini? Bikin tuh pemberitahuannya, buat dengan tulisan besar-besar, trus tempel di tembok dibelakang loket-loket supaya siapa saja bisa baca. Informasi kayak gini baru dikasih tahu sekarang mah sudah ga ada gunanya..

WTF, I thought quietly, why would you bother yourself over stuff like that? If there were that kind of information, why on earth you told me now when I have come this far? There, put it on writing, make it in big fonts and stick it on the wall behind those counters so anyone can read it. This information is useless for me as I was on this final stage.

Lagi pula, kalau tiba-tiba saya harus pergi ke luar negeri kan jauh lebih praktis kalau paspor sudah ada di tangan. Tinggal ngurus visa dan tiket pesawat saja. Tidak usah gedubrakan ngurusin perpanjangan paspor lagi. 

Besides, if suddenly I must go abroad, it will be more practical when I have my passport ready. I just have to apply for visa and book the plane ticket. I don't have to deal with all this passport renewal stuff anymore.

Tapi saya memilih tidak banyak bicara setelah melihat reaksinya yang tetap mempertahankan argumennya terhadap komentar dan jawab saya. Hah, menghadapi mahluk model rese kayak gini sih mending ngalah aja deh. Terserah elu mau ngomong apa kek, yang penting urusan gue kelar

I said few words after I saw his reaction toward my comments that he persistently stayed with his argumentation. WTF, better save the breath when dealing with this kind of person. I don't give a damn to whatever he said. I wanted my business here done a.s.a.p. 

Yah, judulnya sih tetap saja saya harus balik lagi buat ambil paspor yang sudah jadi itu. Tanggal 7 Oktober jam 1 siang sampai jam 3 sore. 

Yep, I still have to get back there to get the new passport. On Oct 7th at 1-3 pm.

Oya, satu informasi lagi, jangan datang dengan mengenakan celana pendek, tank top, singlet, rok mini, bersandal jepit, jangan membawa senjata api (ya iyalah, jangankan ke kantor imigrasi, saya juga pasti melarang anda bawa senjata api kemana pun.. hehe), jangan bawa pisau dan kamera serta dilarang merokok.

Oh, one more information, don’t come wearing shorts, tank top or sleeveless undershirt, mini skirt, sandals, don’t smoke there and don’t bring guns (oh, of course, let alone bringing guns to immigration office, I won't allow you bring guns anywhere.. lol), don't bring knife and camera, plus it is a non-smoking area.

Saya memotret dengan kamera hp. Ya, pastilah tidak boleh kalau ketahuan. Tapi ini untuk blog pribadi dan tujuannya untuk memberikan informasi tentang dimana tempat untuk mengambil nomor antrian dan posisi loket supaya orang tidak perlu mengalami kebingungan seperti yang dialami oleh saya.

I took photos using my cellphone. Yes, they won’t allow it if they knew about it. But it is to be used in personal blog and it is to provide information about where to get queue ticket and where the counters are so people don’t have to get confused like I did when I was there.

No comments:

Post a Comment