Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, October 24, 2013

Stop Preaching, Involve Us in Reality

“Ke, kok ga datang hari Sabtu?” tanya seseorang pada saya hari Minggu (20/10).

“Why didn’t you come on Saturday?” someone asked me that Sunday (Oct 20th).

“Iya nih, yang datang cuma 5 orang” kata temannya.

“There were only 5 people who came” added her friend.

“Ha, masa?!” saya kaget lalu spontan tertawa.

“What, really?!” it surprised me but also made me laugh.

“Ini sih ga datang” senior saya yang super kocak itu tersenyum sambil mengacungkan kepalan tangannya ke arah saya.

“And this one didn’t come” my super funny senior smiled as he pointed his fist to me.

Saya cengar cengir saja.

I just grinned broadly.

Saya memang tidak berminat untuk menghadiri acara pemuda yang diadakan hari Sabtu sore itu (19/10).

I had no intention of joining youth fellowship held on that Saturday afternoon (Oct 19th).

Saya lebih tertarik untuk pergi ke Taman Topi dan menonton pertunjukan live music yang diadakan hari Sabtu sore itu. Tapi hujan turun lumayan deras. Jalanan macet. Saya bisa saja jalan kaki ke sana tapi dengan hujan sederas itu.. wah, tidak deh.. Sayang sebetulnya karena sore itu yang ditampilkan adalah musik reggae.

Infront Taman Topi Square

I had more interest to go to Taman Topi Square and see the live music show held that Saturday afternoon. But it was pouring rain. The road was jammed. I could walk there but under that pouring rain.. nah, I don’t think so.. Such a pity because the music played there was reggae.


Saya tidak berminat untuk mendengarkan karena pembahasannya lebih mengacu pada keagamaan.

I wasn’t interested to listen because it was all biblical.

Saya hanya mau mendengarkan bila pemuda-pemudi itu bicara tentang hal-hal nyata yang mereka alami, rasakan atau pikirkan.

I only willing to listen when the young people talk about real thing they experienced, feel or think.

Tapi bukan hal mudah untuk membuat mereka mau bicara. Apa suasana, tempat atau orang-orang dimana mereka berada bisa membuat mereka merasa nyaman untuk bicara sebebas-bebasnya?

It is not an easy thing to make them speak though. The surroundings, the atmosphere or the people where they are or whom they are with play part in making them feel at ease to talk freely.

Seorang dari mereka pernah curhat pada saya ketika kami dalam angkot, yang lain memilih datang ketika saya sedang berada sendirian diruangan saya.

One of them confided to me when we were in public transportation, the other came when I was alone in my room.

Atau mereka akan menyelipkannya disela-sela pembicaraan tentang hal-hal umum. Misalnya ketika saya dan beberapa dari mereka sedang mengobrol tentang berbagai hal mulai dari pekerjaan, harga-harga di pasar, politik.. tiba-tiba bisa menyelip curhatan seseorang atau beberapa orang.

Or they would insert in the conversation. Like the one time when I was with some of them and in the midst of our conversation about common stuff from work, prices in the market, politics.. someone or few of them would confide about personal feelings, thoughts or experiences.

Saya yang lebih tua dari mereka saja masih pilah pilih tempat dan waktu serta siapa yang jadi lawan bicara saya.

I am older than them and I am picky when it comes to confiding things to others. I pick the place and time, also with whom I am with.

Saya pikir pemuda-pemudi itu lebih baik dilibatkan dalam kegiatan. Kunjungan rutin ke rumah jompo, panti asuhan, rumah singgah, pusat rehabilitasi, penjara, rumah sakit untuk  melakukan kerja sosial.

I think the youth should be involved in various activities. Regular visits to elderly housing, orphanages, foster houses, rehabilitation centre, prison, doing social activities.

Diluar negeri ada kegiatan sosial untuk anak-anak remaja atau kaum muda dimana pada hari-hari tertentu mereka pergi ke panti jompo untuk menemani atau membantu para manula disana. Malah ada program yang menunjuk satu remaja / satu pemuda untuk mendampingi satu manula.


In other countries there are social activities for teenagers or the youth to go to elderly house in certain days to accompany or help those elderly people. There is even program for a teenager or a young person to be an aide for an elderly.

Atau mereka mengunjungi orang-orang tua yang tinggal sendiri atau orang cacat untuk membersihkan rumahnya, membantu orang-orang itu melakukan kegiatannya atau khusus hanya menolong pergi berbelanja.

Or they visit elderly people who live alone or people with disabilities. They clean the house, helping those people doing their activities or just running their errands.

Biarlah lewat kegiatan-kegiatan itu mereka bisa melihat, berpikir dan bicara secara nyata. Tidak hanya berkurung dalam ruangan, diocehi berbagai teori agama dan dipaksa untuk bicara.


So through those activities they can see, think and speak about reality. Not just crawling inside a room, being preached about religion and forced to speak.

Kalau hal seperti ini bisa dijadikan sebagai kegiatan rutin muda-mudi, saya yakin jumlah yang datang akan lebih dari 5 orang.

If things like those can be made as the youth regular activities, I am sure there will be more than 5 people come to participate. 

No comments:

Post a Comment