Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Sunday, January 4, 2015

Small But..

                                          Kecil tapi..                        Small but.. 
                            
  
Hari Sabtu, 27 Desember 2014 saya dan beberapa rekan dari kelompok pemuda mengikuti perayaan natal pemuda dan remaja yang diadakan di gereja Ciampea.

On Saturday, December 27th, 2014, few people from our youth fellowship and myself attended youth and teen’s Christmas held at Ciampea church.

Ketika pertama kali saya mengunjungi gereja ini (sekitar tiga tahun yang lalu), saya sempat kaget ketika melihat posisinya berada di belakang pasar dan harus melewati gang.


When the first time I went to this church (about three years ago), I was surprised to see it is located behind traditional market and we have to pass a small alley.

Wah, kalau lokasinya kayak gini, gimana gerejanya ya?


Umm, not fancy location, wonder how the church looks like?

Tapi.. wow!.. gerejanya malah jauh lebih bagus dari pada gereja saya.

But.. wow!.. the church is much nicer than my own church.

Bangunannya jauh lebih besar, lebar dan tinggi. Benar-benar berbentuk gereja.


The building is bigger, wider and taller. It is really a church building.

Kantor pusat juga berbentuk gereja. Bahkan lebih megah. Tapi entah kenapa, gereja Ciampea lebih memberikan rasa teduh di hati saya.

The head office is also in the form of church. It is even majestic but the church in Ciampea gives me the feeling of serenity.

Dan sore itu ketika kami masuk, ah.. saya semakin terkesan saat melihat dekorasi natal mereka yang sederhana tapi bagus dan indah.


And that afternoon as we got inside, gosh.. I was even more impressed when I saw their simple but yet nice and beautiful Christmas decoration.

Mau tidak mau saya jadi membandingkannya dengan dekorasi natal kami yang.. mm.., terlalu ramai sampai memberi kesan sesak karena ruangannya tidak lebar dan tidak tinggi. (Ini bukan sentimen pribadi. Beberapa rekan dan jemaat berkomentar sama).

I couldn’t help not compared it with our own Christmas decoration which was.. umm.., too much that it is suffocated because the room is not wide and not tall. (It is not personal sentiment. Few colleagues and congragetions gave the same remark).

Dengan tidak bermaksud untuk merendahkan upaya dan kerja keras tim dekor kami, saya beri acungan jempol sebanyak-banyaknya kepada tim dekor gereja Ciampea atas pilihan dan selera mereka sehingga walau sederhana dan tidak banyak tapi hasilnya tidak bisa diremehkan..


Without any intention to degrading the effort and hard work of our decorator team, I give thumbs up to Ciampea church decorator team for their choice and taste that though it is simple and less but the result is not to be underestimated..

* * * * *

                                          Kecil tapi..                        Small but.. 
                             
  
Hal-hal yang kita anggap hanya sebagai perbedaan pemikiran sebetulnya bukanlah sesuatu yang kecil.

Stuff we perceive as just different way of thinking is not a small thing.

Selama beberapa bulan ini senior-senior di kantor saya bersitegang dengan senior-senior di kantor pusat karena perbedaan pemikiran tentang pencalonan seseorang.

In the past few months the seniors in my office have been having row with the seniors in head office over different thinking about somebody’s appointment.

Cepat atau lambat berita tentang hal ini akhirnya sampai juga ke telinga kami dan ini menimbulkan banyak pertanyaan serta keresahan.

Sooner or later news about that row reached us and it has created lots of question and anxieties.

“Yang bikin heran, orang yang jadi sebab pertentangan itu tetap bertahan juga ya” kata rekan saya “Coba kalau kasus begini kejadian di Jepang, orangnya pasti memilih untuk mengundurkan diri ketika melihat gara-gara pencalonan dirinya, hubungan dua kantor jadi tegang selama berbulan-bulan. Mengundurkan diri bukan berarti kalah tapi itu tindakan kehormatan kalau dilakukan untuk mencegah banyak kerugian”


“The unbelievable thing is, the person whom become the object of row has persistently hold the position” said a colleague “If this happens in Japan, that person would choose to resign once seeing her appointment has brought tension between two offices. Resignation is not about losing, it is an honorable act when it is done to prevent many loses”

“Ya itu kan orang Jepang” saya nyengir “Orang Indonesia jarang ada yang punya prinsip atau pemikiran kayak gitu”

“You are talking about Japanese” I chuckled “It is rare for Indonesian to have that kind of principle or such thinking”

“Lagi juga buat apa sih ngotot banget?” tanya rekan saya yang lain “Seakan-akan disini ada intan berlian yang bisa didapetin”

“Beside, why being so persistent?” asked my other colleague “As if there were diamonds in reward in this place”

Saya spontan ngakak “Mudah-mudahan apa pun alasan yang bikin pihak sini dan orang itu bertahan dan ngotot memperjuangkan pencalonannya benar-benar didasari oleh adanya keinginan yang tulus dan murni untuk membawa perbaikan dan kemajuan buat kantor ini”

I spontaneously burst out my laugh “Let’s hope whatever the reason that made our side and that person to stand firmly on her appointment is based on sincere and pure agenda to improve and bring good things to this office”

Saya benar-benar berharap demikian.

I really cross my finger on it.

Ketika hal-hal yang kelihatannya kecil kemudian menjadi sesuatu yang besar, berharaplah semua sebanding dengan hasil baik yang akan diterima dan bukan menjadi satu lubang kecil yang kemudian akan menenggelamkan sebuah perahu.


When small things turn into big things, let’s hope it is worth the good outcome and not became a small hole that would later sink the boat.

* * * * *

                                          Kecil tapi..                        Small but..  

Sekurangnya sudah seminggu saya sibuk, kurang istirahat dan kurang tidur ketika saya di foto dan hasilnya adalah foto di atas ini.

It has been at least a week that I was busy, had less rest and lack of sleep when I was photographed as it can be seen in the above photo.

Saya tidak tahu apa foto itu menunjukkan kelelahan dan keruwetan otak saya terlihat atau tidak. Saya mencoba untuk tetap memasang senyum paten tapi sepertinya hanya mulut saya yang tersenyum.

I don’t know if the things that worn me out shown in that photo or not. I managed to put my trade mark smile but it seems it was only my lips that smiled.

Hati saya jauh dari tersenyum.

Not a smile from the heart.

Mungkin 2 jam setelah foto itu dibuat, saya sampai di rumah. Dan orang tua saya tidak menyambut saya dengan ucapan (yang setidaknya saya harap akan mereka ucapkan) seperti “Keke sayang.. sudah pulang”. Boro-boro ada ciuman.

Probably about 2 hours after the photo was taken, I got home. And my parents didn’t greet me with something (which I hoped they would say to me) like “Dear Keke.. you’re finally home”. Let alone giving me kisses.

Dalam keadaan capek, kurang istirahat dan kurang tidur, saya bukan hanya lemas.. saya jadi gampang nyolot.

In a very exhausted condition, had less rest and lack of sleep, it left me not having much energy.. I was easily lost my temper.

Saya bersyukur bisa menguasai emosi karena sambutan dingin orang tua saya sebetulnya membuat saya kesal dan merasa tidak dihargai.. saya bekerja untuk mereka juga, sekarang saya pulang dalam keadaan capek, ngantuk, kedinginan dan sebal.. sebal dengan pekerjaan, sebal dengan segala acara yang diadakan di kantor yang bikin saya sampai tidak pulang ke rumah pada malam natal, sebal dengan semua orang di kantor..

I am glad I could control my emotion because my parents’ cold reaction badly upset me and made me felt unappreciated.. I work for them too, now I am home from work, tired, sleepy, cold and upset.. upset to work, upset to events held by the office that made me unable to go home on Christmas eve, upset to all people at work..

Saya jadi ingat sewaktu masih kecil dulu, setiap kali ayah saya atau ibu saya pulang ke rumah entah dari kantor atau dari pasar, saya dan almarhum adik saya akan berlari keluar menyambut mereka sambil berseru “Papa pulang” atau “Mama pulang”.

I remember as a child, when my father or my mother got home from work or from the market, my late sister and I would run out screaming “Daddy’s home” or “Mommy’s home”.

Entah sambutan kami atau hanya dengan melihat kami dan mendengar suara kami, sudah bisa menghapus kelelahan dan segala kejengkelan yang dibawa dari kantor atau dari jalanan.

Whether it was our greeting or only by seeing us and hearing our voices could wipe off the exhaustment and bad mood brought from the office or the ones picked on the way home.

Saya kira hanya anak-anak yang bisa membuat orang merasa dihargai melalui cara mereka menyambut orang terkasih dengan cara kecil tapi demikian berarti seperti itu.

I think only children can make people feel appreciated through their way to greet their loved ones using small way but meant the world.

Orang dewasa tidak lagi memberikan hal-hal kecil seperti itu.

Grown ups no longer give small things like that.

Bukan berarti kita tidak saling mencintai. Kita hanya kehilangan cara-cara kecil untuk menunjukkan cinta itu.

It does not mean we don’t love each other. We just lost it, lost the small ways to show that love.

Saya tahu orang tua saya sangat menyayangi saya. Saya adalah segalanya bagi mereka dan mereka adalah segalanya bagi saya. Kami saling melakukan banyak pengorbanan demi cinta itu.

I know my parents love me so much. I am their world and they are my world. We make sacrifices for that love.

Jadi tidaklah benar kalau kami tidak saling menghargai.

So it is not true that we are not appreciate each other.

Beberapa hari kemudian saya mengetahui kenapa orang tua saya tidak mengucapkan banyak kata ketika saya sampai di rumah. Mereka melihat saya kelihatan begitu kepayahan karena kecapaian sehingga mereka menahan diri untuk tidak bicara, mereka ingin supaya saya cepat mandi, cepat makan dan bisa cepat tidur.

Few days later I learned why my parents said less words when I got home. They saw me so drained that they held themselves from saying lots of word, they wanted me to have a bath right away, got something to eat and went to straight to bed.

Yah, mana saya tahu kalau mereka berpikiran seperti itu..

Well, how should I know what was in their minds..

Akibatnya saya jadi berpikiran jelek..

It made me to have bad thoughts..

Tiap orang memberi sambutan yang berbeda. Contohnya Andre.

Each of us have different ways of greeting somebody. Andre for example.

Kalau dia tidak bisa menjemput saya dan membuat saya harus naik kendaraan umum untuk ke rumahnya, maka begitu saya sampai dan membuka pintu, kalau dia sedang berada di dapur atau di kamar atau di kamar mandi, dia akan berseru “Keke? Kamu sudah sampai?”..

When he couldn’t pick me up and made me had to take public transportation to get to his house, once I got there and opened the door, if he was in the kitchen or in the bedroom or in the bathroom, he would ask “Keke? Is that you?”

“Ya” jawab saya singkat.

“Yes” I gave him short answer.

“Saya di dapur” serunya kalau dia sedang berada di dapur.

“I am in the kitchen” he said if he was in the kitchen.

Saya meletakkan ransel lalu pergi ke tempat dimana dia sedang berada.

I put my backpack and went to find him.

“Hai sayang” dia menyambut saya dengan senyuman atau cengiran “Gimana hari ini?”

“Hi hun” he greeted me with a smile or a grin “How was your day?”

Tanpa menunggu jawaban, dia menarik saya dalam pelukannya dan mencium saya.

Without waiting for my answer, he pulled me into his arms and kissed me.

“Hmm.. kamu berbau kantor” dia tertawa sambil menggosokkan dagunya ke pipi saya hingga jenggotnya menggelitik saya dan membuat saya terkikik “Mandi sana, biar mesinmu jadi dingin dan kamu tidak berbau kantor lagi”

“Hmm.. you smell like the office” he laughed as he caressed his chin to my cheek that made his beard tickled me and made me giggled “Go and have yourself a bath, to cool down your engine and get rid that office smell off you”

Sudah 7 tahun kami bersama dan dia tetap seperti itu.

We have been together for 7 years and he remains like that.

Semua memang tergantung dari manusianya. Dan manusianya dipengaruhi oleh latar belakang adat, budaya dan keluarga.

It depends on the person. And the person is effected by ethnic, culture and family background.

* * * * *

Demikianlah hal-hal kecil yang saya tuliskan di atas kelihatannya remeh tapi ternyata punya arti besar dan dampak yang juga besar.

So the small things I wrote above looks minor but it they meant a lot and brought great impact too.

No comments:

Post a Comment