Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, December 7, 2013

Traveling Preparation (1)

Minggu, 1 Desember : mengajukan cuti untuk hari Senin, 9 Desember.

Sunday, December 1st: applied for a leave on Monday, December 9th.

Acc.

Approved.

“Mau kemana, Ke?” tanya beberapa orang.

“Where will you go, Keke?” few people asked me.

SUKABUMI.

Sukabumi is a town about 2 hours by train or 3-4 hours by car from Bogor.

“Ngapain kesana?”

“Why do you wanna go there?”

JALAN-JALAN.

TRAVELING.

“Sama siapa?”

“Who will go with you?”

SENDIRI.

ALL BY MYSELF.

Dan reaksi mereka hampir sama; Menatap saya dengan keheranan dan kaget.

And their reaction was almost same; stared at me, looking surprise.

Ini membuat saya nyengir.

This made me grinned.

Heran juga jaman sekarang masih ada orang heran, bingung dan kaget ketika melihat atau mengetahui ada perempuan yang pergi traveling sendiri.

In this millennium time I think it is pretty funny to find people who get puzzled and surprised when they see or know a girl goes on independent traveling.

Padahal ada begitu banyak perempuan yang melakukan traveling sendirian. Contohnya penulis buku ‘Naked Traveler’, yang dari umur 15 tahun sudah traveling sendirian, sudah menjelajah sampai jauh ke luar negeri. Saya sih belum ada apa-apanya.


There are so many women go on independent traveling. The writer ‘Naked Traveler’ for example, had gone on independent traveling since she was 15 years old. I am nothing compare to her.

Tapi sih sebetulnya dari sekitar 10 tahun lalu keinginan bertualang saya sudah ada karena ketika itu saya rajin job hunting ke perusahaan-perusahaan di Batam, Kalimantan dan Papua.

However, my adventurous desire has actually lurked out since 10 years ago as at that time I eagerly did job hunting to companies in Batam, Kalimantan and Papua.

Tapi yang berhasil saya dapatkan adalah perusahaan dekat kota Indramayu. Selama 6 bulan bekerja disana, saya sempat beberapa kali menjelajahi kota Indramayu dan Cirebon. Sendirian. Dengan kendaraan umum. Gaya backpacker.

What I got was a job in a company that located near Indramayu, a small town in the north coast, West Java. During my 6 months employment I traveled Indramayu and another town, Cirebon, for few times. Independent traveling. Using public transportation. Backpacker style.

Naluri bertualang saya lucunya baru muncul lagi kira-kira 2 bulan lalu.

Funny thing is about 2 months ago that adventurous desire came back to me.

Dan saya memutuskan untuk mengikuti kata hati saya.

And I decided to follow my heart.

Beruntunglah saya karena di usia 42 ini saya tidak direpoti dengan urusan rumah tangga, suami dan anak.

Lucky me that at 42 I am free of domestic stuff, off husband and off children.

Hanya punya seorang pacar dan orang tua yang tidak punya pilihan lain selain membiarkan saya pergi.

Just a boyfriend and parents that have no choice than letting me go.

Jadi tanpa ragu saya mengikuti dorongan hati untuk sebulan sekali membebaskan diri saya sepenuhnya.

So without hesitation I follow my heart to once a month free myself.

Jumat, 6 Desember; meliburkan kegiatan les sore ini. Murid-murid les saya sudah menjalani ulangan bahasa Inggris mereka pada hari Rabu.

Friday, December 6th; give a day off tutoring. My tutoring kids have had their English exam in Wednesday.

Saya meliburkan mereka hari Jumat karena pulang dari kantor, saya langsung menuju stasiun kereta api Bogor Paledang.

I gave them a day off from tutoring because that Friday after work I went straight to Bogor Paledang train station.

Sebulan lalu saya mendengar kabar jalur kereta api Bogor Sukabumi kembali di buka.


A month ago I heard they re-opened Bogor Sukabumi route.

Setelah ber-backpacking sendiri ke Curug Luhur, saya memang sedang berpikir-pikir kemana tujuan traveling saya berikutnya.


After backpacking to Luhur Waterfall, I was wondering where would be my next traveling destination.

Sejak 2 bulan lalu saya memutuskan sebulan sekali saya akan pergi backpacking sendiri.

I decided 2 months ago to go backpacking once a month.

Selama setahun setengah ini mental dan kemudian fisik saya di uji habis-habisan. Ketika pertengahan tahun ini keadaan pelan-pelan membaik, yang tersisa adalah rasa percaya diri saya hampir hilang, tujuan hidup saya berantakan, trauma yang membayangi,  kepahitan yang luar biasa dan depresi.

My mental and physic have been tested hard in the past one and a half years. When things slowly got back to its course, what left are myself confident was nearly gone, my life purpose was at a mess, haunted by trauma, bad bitterness and depression.

Saya hanya punya 2 pilihan; menyerah atau bangkit kembali.

I only had 2 options; gave up or got up again.

Saya memilih untuk bangkit kembali.

I chose to get up again.

Mudah untuk mengatakannya, setengah mati untuk melakukannya.

Easy to say, one hell of an effort to do it.

Tapi saya mengeraskan hati. Membulatkan seluruh tekad. Saya tidak akan pernah dikalahkan oleh kesusahan, penyakit atau manusia terjutek sedunia. Saya akan buktikan bahwa saya lebih kuat dari semua itu.

But I hardened my heart. Gathered all my will. Never will I be defeated by hardship, illness or the worst bitch in this world. I will prove I am stronger than them all.

Tanpa saya sadari perjalanan-perjalanan backpacking yang saya lakukan sejak 2 bulan lalu menjadi cara terapi tersendiri untuk mengembalikan kepercayaan diri saya, untuk membuat saya menjadi lebih bisa menghargai dan menikmati hidup, menjadi cara saya untuk keluar dari kemarahan, ketakutan, kecemasan, putus asa, depresi dan kebosanan.

Without realizing it, the backpacking traveling I made since 2 months ago have become sort of self therapy to regain myself confident, to make me more appreciate and enjoy life, becoming my way to get out of anger, fear, worries, despair, depression and boredom.

Bahkan setelah kehidupan saya sepenuhnya kembali normal dan bahkan membaik, saya akan tetap ber-backpacking sendiri karena saya menyukainya.

Even after my life has completely back to normal and get better, I will keep doing independent traveling, backpacking style, because I like it.

Yang saya sukai adalah karena traveling sendiri memberi banyak tantangan.

What I like most is because independent traveling gives many challenges.

Tantangan itu sudah dimulai ketika saya berpikir-pikir kemana tujuan backpacking saya selanjutnya.

The challenge starts when I think where will my next backpacking destination.

Begitu sudah menemukan tujuan, tantangan berikutnya adalah mencari informasi tentang tempat-tempat yang akan saya kunjungi.

Once the destination is set, the next challenge is to get information about the places I want to visit.

Internet menjadi sumber utama. Tapi hampir seminggu ini saya sibuk. Ada beberapa pekerjaan yang mendadak muncul. Akibatnya waktu saya untuk surfing di internet jadi terbatas.

Internet is the main source of information. But I have been busy this week. There were many unexpected work came up. It made me had little time to surf the internet.

Tapi di luar dugaan, tukang-tukang yang memperbaiki kanopi kantor ternyata orang Sukabumi.


Out of my expectation, the workers who fixed the office’s canopy are all resided in Sukabumi.

Jadi saya mencuri waktu untuk mengobrol dengan seorang dari mereka. Mencari info tentang jam-jam keberangkatan kereta dari Bogor ke Sukabumi dan sebaliknya. Serta yang paling utama adalah stasiun Bogor Paledang ada dimana??.. Bagaimana mau berangkat naik kereta ke Sukabumi kalau stasiunnya saja saya belum tahu ada dimana… hehe…

So I stole some time to chat with one of them. To get information about train departing time from Bogor to Sukabumi, vice versa. But the most important information is where the hell is Bogor Paledang train station??.. How would I take the train to Sukabumi if I didn’t know where the train station is… lol..

Jumat siang itu saya berangkat tanpa tahu persisnya letak stasiun kereta api itu tapi ah, jalan saja.. nanti toh bisa nanya orang. Tapi kenyataannya saya bisa menemukan sendiri tanpa harus tersasar atau bertanya kiri kanan.

I left that Friday afternoon without really know the exact location of that train station but what the hell, just go.. I could ask people. infact I found it without made myself lost or had to ask around for direction.

Itu satu tantangan yang saya sukai dari traveling sendirian; berangkat tanpa mengetahui apa yang akan saya temui di jalan, mencari cara untuk mengatasinya dan merasa puas ketika berhasil melaluinya.

That is one challenge I like about independent traveling; leave without knowing what will come once I am in the road, looking for ways to solve the challenge and feel tremendous satisfaction when I conquer it.

Semua itu mengembalikan dan menguatkan rasa percaya diri, belajar untuk sabar, tidak panik, berpikir praktis, tidak kehilangan akal sehat dan berani mengambil keputusan serta tidak ragu untuk bertindak. Berhasil atau tidak bergantung dari diri sendiri.

It regains and strengthened myself confident, learn to be patient, not to get panic, to think practical, not losing common sense and un-afraid to make decision, not hesitate to take action. Success or failure depends on myself.

Ini penting untuk saya karena sekian tahun saya hidup sebagai anak tunggal dengan orang tua yang senewenan, terlalu melindungi, punya pacar yang kurang lebih sama seperti itu, dan sebagai karyawan, di kantor, saya terikat dengan sejuta peraturan dan tuntutan untuk mengikuti keinginan, permintaan dan harapan banyak orang. Saya sudah sampai pada titik dimana saya bukan hanya merasa muak dengan semua itu, tapi saya merasa lama-lama saya kehilangan diri saya.

It is important for me because after years living as an only child of a nervous, over protected parents, have a boyfriend who is more and less similar to them, and as an employee, in the office, I am tied with millions of rules and demands to follow many people’s wishes and request. I have come to a point where I am not only feel sick of it all but I also feel I am losing myself.

Saya mulai berontak secara positif. Membebaskan diri dengan cara positif.

I started to break lose positively. Free myself in positive ways.

Nah, setelah tantangan mencari tujuan traveling selanjutnya dan informasi tentang transportasi serta tempat-tempat yang akan dikunjungi berhasil dilewati, tantangan berikutnya adalah mencari waktu untuk jalan.

So, after the challenge of finding the next traveling destination and get information about transportation along with places I want to visit have been solved, next challenge is to set the date.

12 hari kerja adalah jatah cuti tahunan setiap karyawan di Indonesia.

12 work days are every Indonesian employee yearly leave quota.

Yang paling enak adalah ketika bekerja sebagai guru. Tidak ada jatah cuti tapi dua kali setahun dapat libur minimal 2 minggu di akhir semester. Pada waktu-waktu demikian Andre dan saya berpuas-puas pergi liburan.

The most enjoyable time is when I worked as teacher. We got no leave but we could get at least 2 weeks breaks at the end of semester, twice a year. At that time Andre and I would go on long holidays.

Setelah saya bekerja di tempat ini, Andre menggerutu karena saya tidak libur setiap hari Sabtu dan Minggu, serta tidak bisa sering-sering cuti. Boro-boro pergi liburan 2 minggu, saya mengambil cuti hanya sekali sebulan karena tidak mungkin saya mengambil seluruh jatah cuti saya yang 12 hari itu. Kantor bisa dikatakan bergantung hampir sepenuhnya pada saya dalam hal operasional administrasi dan beberapa hal lainnya. Ya, apa boleh buat, resiko jabatan.

After I work in this place, Andre grumbles because I don’t get days off in Saturday and Sunday, I can’t take my leave often either. Let alone take a long holiday, I can only take one day leave once a month as I can’t take all of my 12 days leave at once. Office administration operational and other stuff pretty much depend almost fully on me. what can I say, that is occupational hazard.

Hidup mengajarkan kita untuk dapat fleksibel.

Life teaches us to be flexible.

Tantangan berikutnya adalah… duit!


Next challenge is… money!

Gaji saya dibawah standard UMR. Saya harus menutupinya dengan mengajar les. Itu pun saya hanya mengambil untuk ongkos transport dan sedikit untuk keperluan pribadi.

My salary is beyond minimum regional wage. I have to make ends meet by giving tutoring. And I just take few for my transportation fee and personal necessities.

Kan ada Andre..

There is Andre..

Sori ya, saya bukan parasit. Kalau saya mencintai seseorang, itu cinta murni pada orangnya.. bukan pada hartanya.

Sorry, I am not a parasite. When I love somebody, it is pure love for the person.. not for his/her wealth.

Saya punya banyak pengalaman pahit sehubungan dengan hal duit yang membuat saya paling ogah untuk minta uang pada orang kalau bukan karena amat sangat terpaksa. Itu pun rasanya harga diri saya terlempar sampai ke kaki.

I have many bitter experience regarding money that makes me reluctant to ask anyone for money if not because I had no other choice. It everytime I did that I felt my pride has become a doormat.

Hubungan saya dengan mantan pacar bubar karena soal uang. 

I had my relationship with a former boyfriend screwed up over money.

Dan sedemikian sakit hatinya saya melihat perlakuan keluarga dari pihak ayah saya karena perkara uang sampai saya memutuskan untuk tidak mau ada hubungan lagi dengan mereka, saya tidak mau lagi memakai nama keluarga ayah saya dan memilih untuk menaruh nama ayah saya dibelakang nama saya.

And it hurt me so much after seeing how my father’s family treated him over money that I decided never want to link myself with them, I didn’t want to have their family name on me and so I put my father’s name behind my name.

Ah, uang memang bukan segalanya. Tapi dalam bepergian, uang berperan. Itu sebabnya saya belum bisa pergi jauh-jauh. Demi perjalanan ke Sukabumi ini saja saya sempat diperhadapkan pada pilihan, beli kebaya atau pergi ke Sukabumi.

Money isn’t everything. But in traveling, it does play an important role. It is why I haven’t been traveling far. For this trip alone, I had to chose, buy kebaya or go to Sukabumi.

Begini, 2 minggu lalu saya melihat sebuah kebaya putih yang sederhana dan pas untuk ukuran saya.. tapi harganya Rp.150.000… wek!.. otak saya berputar.. duit segitu bisa dipakai untuk jalan-jalan.

So, 2 weeks ago I saw a white simple designed kebaya that fitted to my size.. but it is Rp.150.000… ouch!.. my brain spin.. I could use that money to go traveling.

* Kebaya adalah pakaian tradisional wanita Indonesia.

www.bordirtasimalaya.com

FYI, kebaya is Indonesian woman's traditional dress. 

Susahnya, saya pingin dua-duanya.. tapi saya tidak bisa mendapatkan kedua-duanya.. hiks..

The hardest part is, I wanted both.. but I couldn’t have both..

Selama seminggu saya berpikir-pikir, menghitung-hitung, menimbang-nimbang.. apalagi tanggal 22 Desember ini kantor saya menghimbau para wanitanya berkebaya untuk memperingati hari ibu.

I spent a week thinking, calculating, considering.. office ask the women wear kebaya on December 22nd to commemorate mother’s day.

Akhirnya saya menyimpulkan dan memutuskan, kebaya jarang dipakai dan bisa usang tapi traveling meninggalkan lebih banyak foto, pengalaman, kenangan dan kebahagiaan.

Finally I concluded and decided that I don’t wear kebaya often and it can worn out but traveling leaves more photos, experience, memories and happiness.

Gimana kalau tanggal 22 Desember nanti mereka bertanya kenapa saya tidak berkebaya? Ah, cuek bebek. Bilang aja si Keke bukan perempuan. Hehe. Lagi juga kan tidak wajib dan toh selama dua tahun ini mereka sudah terbiasa melihat penampilan saya yang rada preman; berjeans, sepatu kets dan membawa ransel.

How if on that December 22nd they ask why I don’t wear kebaya? Heck, so what. I will just tell them Keke is not a female. Lol. Beside, they are used to see my casual tomboy appearance; jeans, sneakers and backpack.

Jadi begitulah catatan tentang persiapan menjelang perjalanan backpacking saya berikutnya. Hari Jumat saya sudah meninjau stasiun, beruntung berada disana ketika kereta api tiba dari Sukabumi sehingga saya tahu seperti apa kereta apinya dan saya juga sudah langsung memesan tiket pulang pergi untuk hari Senin, 9 Desember.


So here it is my note on the preparation for my next backpacking trip. I have checked on the train station on that Friday, got lucky to be there when the train arrived from Sukabumi so I could see how the train looks like and I have also booked round trip train ticket for Monday, December 9th.

No comments:

Post a Comment