Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, December 11, 2013

Don’t Lock Your Heart, Please..

Buat saya satu minggu di awal bulan Desember ini rasanya seperti naik roller coaster, sebentar naik, sebentar turun, tenang sebentar, tahu-tahu berbelok..

The first week of December made me feel like riding on a roller coaster. It went up, down, slided on a smooth path for a while, followed by a sudden turn..

1 Desember, cuti saya di acc.

December 1st, they approved my leave.

Biar judulnya sebulan cuma bisa ambil cuti sehari… ah, ga masalah. Yang penting cuti sehari itu tujuannya buat traveling.

Eventhough I can only take one day leave every month.. doesn’t matter. What matters is I use that leave day to go traveling.

Biar hidup terasa lebih hidup, coy!

Let live becomes livelier, people!

Sukabumi. Tapi mau kemana aja nanti di kota itu? Seminggu lagi mau berangkat tapi belum ada ide mau kemana.

Sukabumi. But where to go to once I get there? Would be leaving in a week but I had no idea where to go in that town.

Niat mau surfing internet untuk mencari info tidak bisa berjalan lancar karena pekerjaan ada saja yang tahu-tahu muncul.

Surfed the internet to get information wasn’t go as planned because there were unexpected work came up.

Waktu sementara itu berjalan terus. Kurang dari seminggu dan jangankan tahu mau pergi kemana saja di Sukabumi, stasiun kereta api yang melayani jalur Bogor-Sukabumi saja saya belum tahu ada dimana.

Time passed by. Less than a week and let alone knowing where to go in Sukabumi, I didn’t even know where the location of train station that serving Bogor-Sukabumi route.

Tiba-tiba saya teringat sesuatu, tukang-tukang yang sedang memperbaiki kanopi kantor kan orang Sukabumi semua.


Something came to me, the workers fixing the office’s canopy live in Sukabumi.

Jadi saya mengobrol dengan seorang dari mereka. Mencari informasi. Orangnya ramah, sopan dan rasanya menyenangkan kalau jadi guide. Tapi berhubung duit saya terbatas, saya mengandalkan diri pada diri sendiri. Tapi toh nomor hp-nya saya simpan. Suatu hari nanti akan berguna.

So I chatted with one of them. getting information from him. A nice guy, polite and seems would make a pleasant guide. But since I am shoe-string traveler I must rely on myself. Still, I keep his cellphone number. One day it will come in handy.

“Perlu duit?” tanya Andre.

“Need some money?” asked Andre.

Siapa juga yang kagak perlu?

Who doesn’t?

Tapi saya menolak.

But I turned it down.

Bukan sok jual mahal. Tapi ini prinsip.

It is not showing off. It is something I made as a principle.

Saya betul-betul sedang melatih kemandirian dalam banyak hal.

I am in self-training to be independent in many aspect of my life.

Saya tidak mau bergantung pada manusia, uang, kendaraan, kesehatan, situasi atau hal-hal lain karena bagaimana kalau tiba-tiba semua itu tidak ada?

I don’t want to rely on people, money, vehicle, health, situation or things because what if they are gone?

Jadi saya harus berdiri kokoh di atas kaki sendiri. Saya harus mempercayai diri sendiri. Saya harus mengandalkan diri sendiri. Saya harus yakin pada diri sendiri. Orang-orang atau hal-hal lain hanyalah pelengkap.


So I have to stand firm on my own feet. I have to trust myself. I have to depend on myself. I have to believe in myself. People and things are just complement.

3 Desember. Saya mempersiapkan anak-anak les untuk ulangan umum bahasa Inggris. Untunglah mereka menunjukkan keseriusan, punya kepekaan dalam pelajaran yang satu ini dan berotak lumayan pintar. Saya tidak terlalu mengkhawatirkan nilai ulangan mereka.

December 3rd. I prepared my tutoring students for their English exam. Glad they were serious on the lesson, they are in tune with English and they’ve got the brain. I am not worry about their grades.

4 Desember. Pulang kerja saya membeli makanan dan beberapa kue untuk ibu saya. Besok adalah ulang tahunnya yang ke 79.

December 4th. I went to buy a meal and some cookies for my mother. Tomorrow would be her 79th birthday.

5 Desember. Berangkat kerja tanpa sempat mengucapkan selamat ulang tahun karena ibu saya masih tidur. Bukan hanya terjadi pada hari ini saja.

December 5th. Left to work without had the chance to wish my mother a happy birthday since she was still asleep. It is not the first time. 

Saya berpikir-pikir tentang ibu saya yang kesehatannya semakin membaik. Tapi setahun terakhir ini rasanya seakan angka 79 itu mahal benar.

I thought about my mother whose health is improving. But in the past year it seems 79 is a precious number.

Beberapa kebahagiaan kecil saya dapatkan pada hari itu, sampai..

The day though brought few small happiness to me until..

“Saya mau mengunci hati saya” seseorang mengucapkan ini kepada saya.

“I want to lock my heart” somebody told me this few days ago.

Saya bersikap biasa saja. Bahkan dengan nada bergurau mengatakan “Di gembok”


I acted as if it didn’t matter. I even jokingly said “Padlocked it”

Tapi sebetulnya perkataan itu bikin saya jadi bertanya-tanya.

But those words made me wonder.

Aduh, maksudnya apa ya?

Geez, what are they meant?

Itu perkataan asbun (asal bunyi), bercanda atau punya arti tertentu?

Was it just saying, was it a joke or it has hidden meaning?

Saya jadi menebak-nebak..

I am guessing here..

Mengunci hati karena apa? Untuk apa?

Locking your heart because of what? For what?

Atau memberitahu saya tentang hal yang saya tidak ketahui?

Or letting me know something that I didn't know?

Saya memang naif.

I am naive.

Naif kadang bikin saya terlambat mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang.

Naivety makes me unable to have a quick grasp about what is inside one’s heart.

Karena naif, saya terlihat seperti tidak peka terhadap perasaan orang.

Out of naivety, I gave the impression of being insensitive toward one’s feeling.

Tapi ya, saya juga bukan seorang paranormal yang punya kemampuan telepati sehingga saya bisa membaca isi hati orang.


Well, apart from that, I am not a physic with a telepathic ability that enable me to read one’s heart or mind.

Tapi kadang, saya sengaja pura-pura seakan saya tidak tahu.

But sometimes, I deliberately pretend I knew nothing.

Tapi yah, urusan hati susah ditebak. 

Yeah, this heart stuff is unpredictable. 

Saya sudah pernah mencoba mengunci hati saya. Tapi kemudian saya menyadari percuma saja bila seseorang sudah terlanjur berada didalamnya. Yang dapat saya lakukan adalah menjaga supaya jangan sampai saya kehilangan akal sehat. Karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan..

I have tried to lock my heart. But then I realized it was useless when someone has already in there. All I can do is keeping myself from losing my common sense. Because things are not propriate..

Mengetahui bahwa bahwa saya ada dalam hati seseorang saja sudah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.

Knowing that I am in somebody's heart is already making me happy.

Tapi kalau saya salah mengartikan semua ini.., saya akan melupakan semuanya, menghapus semuanya agar semua ini tidak merusak hubungan baik.

But if I misunderstood about the whole thing.. I will forget everything, erase everything so none will ruin the good relationship.

6 Desember. Saya liburkan anak-anak les. Ulangan bahasa Inggris toh juga sudah lewat. Jumat saya kerja setengah hari. Waktunya untuk survei stasiun kereta api Bogor Paledang. Sekalian pesan tiket untuk hari Senin, 9 Desember.


December 6th. I gave my tutoring children a day off. They have had their English exam anyway. I work half day on Friday. Time to survey Bogor Paledang train station. Reserved round way ticket for Monday, December 9th.

Baru memesan tiket saja sudah memberikan kegembiraan dan semangat.

I felt the joy and excitement even only by reserved the ticket.

Kadang saya pikir satu dari sekian banyak alasan saya pergi traveling adalah untuk melarikan diri tidak hanya dari kejenuhan.

Sometimes I think one of the reasons I go traveling is me running away not just from boredom.

Urusan hati bikin saya jadi galau.. mudah-mudahan perjalanan ke Sukabumi bisa menghilangkannya.

This heart thing troubled me.. hopefully my trip to Sukabumi will make it gone.

7 Desember. Paduan suara bikin saya senewen. Edan. Saya pulang tanpa mau memikirkannya lagi. Kalau tidak, bisa-bisa semalaman saya tidak tidur.

December 7th. This choir drove me crazy. Darn. I went home not wanting to think about it. Otherwise, I would stay awake the whole night.

8 Desember. Ketika semua sudah duduk manis dalam ruang ibadah, bagi saya itu adalah saat ketika saya bisa menghela napas lega.

December 8th. When everyone sits nicely on the chamber, I use the time to sigh my relief.

“Ruangan kan harusnya di kunci ya, tante Keke” Edo masuk ke ruangan saya, dengan cueknya melepaskan kostumnya, mengajukan pertanyaan itu sambil mengedipkan sebelah matanya pada saya.

“Isn’t this room should be locked, auntie Keke?” Edo came to my room, took off his costume, asked me that question as he blinked one eye to me.

Saya spontan tertawa.

This made me laugh.

Ya, harusnya memang demikian. Saya tidak mau berdebat. Tidak mau memberikan sejuta alasan. Saya hanya ingin berada di dalam situ, duduk dan mengendurkan seluruh syaraf saya. Jangan mengocehi saya tentang urusan rohani.

Yeah, so it is. I don’t want to argue. Not wanting to give excuses. I just wanted to be there, have a seat and relaxing my intense nerve. Don’t lecture me about spirituality.

Tapi dia tidak berkomentar lebih jauh. Untunglah.

But he made no more comment. Good.

Siangnya terburu-buru pulang. Mendung. Takut kena hujan. Sampai tidak sempat berlama-lama surfing internet. Yah, sudahlah. Besok saya cuma akan putar-putar kota Sukabumi. Anggap saja petualangan.

Rushedly went home in the afternoon. It was cloudy. Afraid to be caught by the rain. Couldn’t surf the internet long enough. Well, so be it. I will only touring the town of Sukabumi tomorrow. Take it as an adventure.

“Kenapa sih kamu tidak mau pergi dengan saya” protes Andre malamnya “Kita tidak pernah traveling lagi sekarang”

“Why is it you won’t go traveling with me” Andre said his protest in the evening “We don’t go traveling these days”

“Karena saya ingin pergi sendiri”

“Because I want to go on my own”

“Akhir-akhir ini kamu menjauh. Bahkan ketika kamu ada disini dengan saya, pikiran dan hatimu tidak ada disini”

“You are drifting away lately. Even when you are here with me, your mind and your heart are somewhere else”

Saya memeluknya. Membiarkan perkataannya memenuhi benak saya.

I hugged him. I let his words filled my mind.

Dan saya teringat pada hati yang harus dikunci. Saya tersenyum sendiri jadinya..

And I thought about the heart that should be locked. It made me smile.

Siapa yang dapat mengetahui isi hati seseorang? Dan siapa yang dapat mengerti?

Who can tell what’s inside one’s heart? And who can understand it?

No comments:

Post a Comment