Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, December 20, 2013

The Beauty in Simplicty

Ada keindahan dalam kesederhanaan.

There is beauty in simplicity.

Hidup itu ruwet. Kita sendiri pun punya andil dalam membuat hidup menjadi ruwet.

Life is complicated. We ourselves have our part in making life complicated.

Kita memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan. Kita merangkai berbagai praduga dan kesimpulan sepihak. Yang akhirnya bikin kita uring-uringan sendiri.

We think about things that need not to be thinking. We came up with many one sided presumption and conclusion. It drives us crazy at the end.

Ketika saya pergi traveling, saya menemukan kesamaan antara proses traveling dengan kehidupan.

When I go traveling, I find similarities between the process of traveling itself with life.

Berbagai hal bisa muncul sejak dari awal mempersiapkan perjalanan itu sampai sesudahnya.

Many things could come up since the preparation of the traveling up to aftermath.

Saya jadi ingat pengalaman ketika menjadi guru taman kanak-kanak. Setiap kali sekolah mengadakan acara, kepsek bikin kami para guru nyaris kehilangan kesempatan untuk bisa menikmati acara itu.


My memory flew back to the time when I worked as kindergarten teacher. In every school activities, our headmaster made us the teachers nearly missed all the fun in each event.

Dia meributi, mengurusi dan memikirkan hal-hal yang sebetulnya tidak ruwet-ruwet banget. Tapi dia mendedikasikan begitu banyak tenaga dan pikirannya untuk hal-hal tersebut sampai akhirnya semua itu melelahkan fisik serta pikirannya.

She fussed around and thought about things that didn’t really complicated. But she dedicated so many energy and mind on those things that at the end they drained her physically and mentally.

Kalau yang diributinya itu bisa jadi lebih benar atau lebih baik dari sebelumnya. Seringkali malah tidak memberi hasil apa pun.

Did all the fussing make things get better than before? Most of the times it resulted in nothing.

Belum lagi dia membuat dirinya menjadi sosok yang menyebalkan tidak hanya di mata kami, para guru, tapi juga di mata orang-orang lain.

Not to mention how she made herself as a bitch not only to us the teachers but also to other people.

Tapi selama satu tahun setengah ini saya membelit pikiran saya dengan berbagai hal yang tidak perlu saya cemaskan atau takutkan. Bahkan sebetulnya banyak yang tidak perlu saya pikirkan.

But for a year and a half I twisted my mind with so many things that I shouldn’t worry or fear about. Infact there were things that I shouldn’t even give a thought.

Ketika saya mulai traveling, saya menemui berbagai hal dari yang menyenangkan,  membingungkan sampai yang menyebalkan.

When I start my traveling I found many things from the pleasant one to the confusing and up to the upsetting.

Saya harus memilih apakah saya akan menjadi sabar atau uring-uringan, apakah saya akan menikmatinya atau membiarkan hal itu menyiksa saya, apakah saya akan melihatnya dari sisi positif atau berkonsentrasi pada segala yang buruk, menyebalkan dan menyusahkan.

I had to choose to get patient or became moody, whether I would enjoy it or let it torture me, would I see it from positive point of view or consentrate on the bad, annoying and troubling part.

Contohnya ketika selama hampir 15 menit saya berdiri di peron menunggu kereta api Pangrango dari Sukabumi yang sedang langsir di stasiun Bogor. Mengingat sebelumnya saya sampai turun dari angkot dan setengah berlari menuju ke stasiun ini saking takutnya ketinggalan kereta membuat rasanya wajar saja kalau saya mengomel panjang lebar ketika akhirnya saya malah harus berdiri hampir 15 menit disini.


For example when I had to stand for nearly 15 minutes on the platform waiting for Pangrango train from Sukabumi shunted in Bogor train station. Considering that I had to get off from angkot and half ran to get to this train station out of fearing I would miss that train, only to have to stand at the platform for nearly 15 minutes.. well, it looks normal if I grumbled, right?

Tapi saya memilih untuk mengalihkan pikiran saya pada hal-hal lain.

But I choose to think about other things.

Pagi itu udara cerah. Matahari bersinar. Saya merasakan kehangatannya di kulit saya.

It was a bright morning. The sun was shinning. I felt its warmth in my skin.

Ada kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.

There is joy in simple things.

Saya sendirian sepanjang perjalanan pulang pergi Bogor Sukabumi tapi saya tidak merasa kesepian, takut, sedih atau khawatir.

I went on myself all the way from Bogor to Sukabumi and back to Bogor but I didn’t feel lonely, afraid, sad or worry.

Karena saya tidak berkonsentrasi pada hal-hal negatif itu.

Because I didn’t consentrate on those negative things.

Perhatian saya ada pada hal-hal lain. Dari mulai memperhatikan keadaan di dalam gerbong yang saya naiki…


My attention fell on other things. From studying the coach I was in...

Lalu beralih pada pemandangan gunung, bukit, sawah, sungai, petani yang bekerja di sawah, yang berhenti bekerja sejenak untuk memperhatikan kereta yang saya tumpangi melewati sawahnya, pada anak-anak desa yang dengan ceria melambaikan tangan mereka ke arah kereta.


After that turned to the mountain view, on the hills, the rice fields, rivers, farmers working on rice field who stopped working to watch the train passed them by, the village children waving their hands merrily to the train.

Dan saya berpikir alangkah indahnya negeri saya, alangkah bahagianya saya terlahir di negeri ini, alangkah banyaknya hal dalam hidup saya yang dapat saya syukuri..

And I thought it’s a beautiful country, how happy I am to be born in this country, how many things in my life that I should be grateful..

Atau ketika di sepanjang perjalanan ada saja yang menegur saya dengan ramah atau mengajak saya mengobrol.

Or when during the trip I met friendly people who greeted me or gained me in conversation.

Saya sedang duduk bengang bengong di stasiun kereta api Sukabumi dan tiba-tiba datang seorang ibu tua. Dia duduk di kursi di depan saya. Kemudian dia menoleh ke belakang. Kami bertatapan dan dia tersenyum ramah. Percakapan kami dimulai dengan tiket. Ketika dia bangkit untuk menghampiri suaminya yang duduk di kursi lain, saya melihat arloji saya dan kaget karena menyadari kami telah mengobrol selama lebih dari setengah jam.


I was sitting on the bench at Sukabumi train station, all alone when an old lady came and sat on the bench infront of me. Later she looked around. Our eyes met and she gave me a warm smile. Our conversation started with the train ticket. When she got up to go to her husband who sat few steps away from us, I looked at my wrist watch and was surprised when I realized we have talked for more than half hour.

Atau ketika saya mengobrol dengan supir angkot di Sukabumi yang ternyata adalah pendatang dari Jakarta! Dulu dia tinggal di daerah Manggarai sementara saya tinggal di daerah Tebet. Luar biasa kan? Hehe.. 

Or when I chatted with the angkot driver in Sukabumi who turned out to be a former Jakarta resident. He used to live in Manggarai while I was in Tebet. Is it that incredible? Lol..

Selama saya dalam perjalanan backpacking, saya bertemu dengan banyak orang yang tidak saya kenal yang tanpa ragu menegur dengan ramah, menjadi teman bicara yang menyenangkan dan memberi pertolongan secara spontan.

During my backpacking trip, I have met so many people whom were total stranger but they greeted me without hesitation, they became fun companion to talk to and gave spontaneous help.

Perjalanan-perjalanan backpacking ini membuat saya merasa lebih hidup, membuat saya menghargai kehidupan, membuat saya menemukan banyak kebahagiaan lewat hal-hal sederhana, membuat saya menjadi lebih kokoh, lebih percaya diri dan menjadi cara saya untuk menemukan diri saya kembali.

These backpacking travelings make me feel livelier, make me appreciate life, make me find happiness in simple things, make me stronger, make me feel more confident and have become my way to re-discover myself.

No comments:

Post a Comment