Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, December 19, 2013

Bed Rest

Setelah hampir seharian ber-backpacking sendirian ke Sukabumi pada hari Senin, 9 Desember, hari Selasa adalah waktu untuk bed-rest total.

After spending almost one full day going away on independent backpacking to Sukabumi on Monday, December 9th, Tuesday was the time to have total bed rest.

Selama sebulan terakhir ini saya sedang mempelajari dan mengenali maunya badan.

I am learning and recognizing my body in the past month.

Ketika 2 tahun lalu umur saya genap 40, saya menyambutnya dengan gembira karena berpikir saya sudah memasuki usia matang, walaupun saya tetap punya sisi konyol dan kekanak-kanakan dalam diri saya tapi pengalaman hidup saya sudah lumayan banyak membuat saya merasa kedewasaan mentalitas dan emosi saya jauh lebih baik dibandingkan ketika saya berusia 30an.

When I turned 40, 2 years ago, I happily welcomed it as I thought I have reached the age of maturity. Though I still have the goofy and child-like sides in my personality but I have considered I have lots of life experience that matured my mental and emotion, they are better than when I was in my 30s.

Tapi hanya setahun saya merasakan kegembiraan itu.

But I tasted that happiness for just a year.

Rasanya baru kira-kira 2 bulan lewat setelah ulang tahun saya yang ke 41 ketika siklus dan volume menstruasi saya berubah drastis. 

About 2 months before the hormone started to go abnormal
It seems 2 months were barely passed my 41st birthday when suddenly my monthly cycle and its volume changed drastically.

Volumenya luar biasa banyak. Dan nyaris tidak berhenti. Semua itu berlangsung selama satu setengah tahun.

The volume was extraordinary. And nearly unstoppable. It happened for a year and a half.

Selama itu saya merasa seperti mayat hidup.

I felt like a zombie during those time.

Ginekolog ke dua yang saya temui bulan April 2013 adalah seorang yang rupanya tidak mau memberikan harapan palsu pada pasiennya. Dengan tandas dia mengatakan kalau obat yang diberikannya tidak mampu menghentikan menstruasi saya maka kemungkinan penyebabnya bukan abnormalitas hormon tapi sesuatu yang serius, myium atau gejala awal kanker rahim.

The second gynecologist I went to in April 2013 is someone who doesn’t want to give false hope to his patient. He straight forwardly said if the meds he gave me couldn’t stop the bleeding, it might be not just hormone abnormality but something serious, either myiom or early sign of uterus cancer.

Saya bahkan tidak tahu apakah saya harus tertawa, menangis atau marah ketika mendengarnya. Yang saya ingat adalah pikiran saya kosong. Hati saya beku. Sesuatu dalam diri saya langsung mati saat itu.

I didn’t even know if I had to laugh, cry or got angry when I heard it. all I can remember is my mind went blank. My heart frozed. Something in me just died at that second.

Tapi obat itu berhasil menghentikan pendarahan dan menjinakkan hormon-hormon saya. Tidak berarti bahwa siklus dan volume menstruasi saya dapat kembali seperti sebelumnya tapi lumayanlah dia bisa dikendalikan.

But the meds stopped the bleeding and tamed my hormones. It doesn’t mean I have my monthly cycle and volume back to the way they used to be but at least they can be controlled.

Ketika pelan-pelan fisik saya pulih, saya berhadapan dengan kondisi mental saya yang berantakan.

When my body slowly improved, I faced my mental condition that was in a mess.

Setelah satu tahun setengah mengalami fisik yang tidak beres dan pada saat yang sama  harus menghadapi kondisi kesehatan orang tua saya yang juga tidak beres, saya merasa kadar kewarasan saya berkurang entah berapa persen.. hehe..

After a year and a half dealing with crazy physical condition and at the same had to deal with my parents’s health, I felt my sanity was no longer in one hundred percent good shape.

Mungkin sekitar bulan Agustus or September, saya berpikir saya harus bangkit kembali. Saya harus kembali menjadi kuat dan kokoh.

It was probably at around August or September that I thought I had to get back on my feet again. I must get strong and tough again.

Dan saya harus melakukannya dengan seluruh kemauan, tekad dan kekuatan dari dalam diri saya sendiri.

And I must do it with all my own will, determination and strength.

Tuhan tidak ada didalamnya. Tuhan tidak berbelas-kasihan pada saya. Tidak ada bedanya dengan kehidupan. Tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tanpa rasa menghilangkan nyawa sesamanya. Tidak ada bedanya dengan penyakit yang menerkam siapa saja tanpa pandang bulu. Tidak ada bedanya dengan bencana alam atau kecelakaan yang membunuh dan mencederai begitu banyak orang.

God has nothing to do with it. God is heartless on me. Just like life is. Just as people who could kill their fellow human being. Just like illness don’t choose people. Just like calamity or accidents that killed and wounded so many people.

Pemulihan dan kebangkitan mental saya dimulai ketika sendirian saya pergi ke rumah teman saya di Cengkareng pada bulan Oktober. Tanpa gentar, walau saat itu dalam keadaan masih batuk, saya berangkat ke tempat yang belum pernah saya datangi.


My mental recovery and resurrection started when I went to my bestfriend’s house in Cengkareng, Jakarta, in October. I was having cough at the time but it didn’t deter me to go to a place that I have never been to before.

Bulan November saya ber-backpacking sendiri ke Curug Luhur. Lagi-lagi ke tempat yang belum pernah saya datangi.


In November I went backpacking all by myself to Curug (waterfall) Luhur. Once again, to a place I have never been to before.

Dan Desember ini saya ber-backpacking sendiri ke Sukabumi. Tempat yang juga belum pernah saya kunjungi.


And this December I went backpacking once again all by myself to Sukabumi. To a place that I have never been to before.

Perjalanan-perjalanan itu mengembalikan kepercayaan diri saya. Sesuatu yang saya kokohkan. Saya harus percaya pada diri saya sendiri. Saya tidak boleh mengandalkan apa pun atau siapa pun. Saya hanya boleh mempercayai dan mengandalkan diri sendiri.

Those trips restored my self-confident. It should become a tough pole in me. I have to trust myself. I should not rely on things or in people. I should only trust and rely on myself.

Dan saya perhatikan, mentalitas saya jauh lebih kokoh dan tegar dibandingkan mereka yang ber-Tuhan. Mereka itu cengeng, lemah dan lembek. Berkeluh kesah kalau mengalami kesusahan atau masalah. Gampang menyerah pada tantangan. Mengamuk, marah dan mengambek ketika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Ego-nya berkobar-kobar. Emosinya di umbar.

And I notice my mentality is so much stronger and tougher than those the God-believer. They are the weaper, weak and meek. Complaining when trouble or problem comes. Easily defeated to challenges. Get mad or throw tantrum when things don’t go as they pleased. Ego is waving around. Emotion is being released freely.

Saya tidak membanggakan diri sendiri.

I am not taken pride on me.

Saya hanya mengatakan apa yang saya rasakan, apa yang saya alami, hasil-hasil yang saya capai dan hal-hal yang saya temui dalam pengajaran-pengajaran yang dulu pernah saya yakini yang ternyata pada akhirnya membuat orang menjadi lebih egois, lebih cengeng, lebih penuntut dan tidak mandiri.

I am only telling you what I feel, what I have been through, the things I have achieved and the teachings which I used to believe in have turned its believer into selfish, meek, demanding and less-independent.

Ketika saya melepaskan seluruh kepercayaan saya dan berbalik pada diri sendiri untuk mencari kekuatan agar dapat kembali berdiri kokoh, saya malah menjadi orang yang lebih kuat, lebih tenang dan lebih mandiri.

When I let go the things I used to have faith in and turned to myself to get the strength to stand tough again, I became stronger, peaceful and independent.

Hal itu saya rasakan dalam perjalanan pulang dari Sukabumi ke Bogor.

I felt it when I was on the way home from Sukabumi to Bogor.

Ketika KA Pangrango itu sedang langsir, saya menyempatkan diri untuk pipis di toilet kereta.

When Pangrango train was shunted, I went to the train’s toilet to pee.

Ketika saya akan naik ke kereta itu, saya merasakan ada cairan mengalir. Saya memang merasa ingin pipis tapi rasanya yang mengalir itu bukan pipis. Saya bisa membedakannya.

When I was about to get into that train I felt a liquid poured out down there. I wanted to pee but I knew I didn’t pee on my pants. I could tell the difference.

Dan di dalam toilet kereta, saya melihat darah.. darah merah segar..

And inside the train’s toilet, I saw the blood.. fresh blood..

Menstruasi saya berhenti 25 November. Dan hari itu baru tanggal 9 Desember. Baru 2 minggu berhenti. Dia tidak boleh keluar sekarang. Apalagi sekarang ketika saya berada begitu jauh dari rumah.

My menstruation stopped on November 25th. And it was December 9th. It has just stopped for 2 weeks. It can’t come now. Especially now when I am so far away from home.

Saya mengeraskan hati. Saya tidak akan dikalahkan oleh kejadian ini. Saya baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja.

I toughened my heart. I will not be defeated by it. I am fine. Everything will be fine.

Pikiran itu membuat saya menjadi kuat dan tenang. 

That thought made me strong and calm. 

Saya mencari tempat duduk sesuai dengan nomor di tiket saya. Beberapa saat kemudian seorang gadis muda menghampiri saya, menanyakan apa saya membawa charger Blackberry. Wah, jangankan chargernya, Blackberry saja saya tidak punya, gurauan saya membuatnya tertawa.

I went to find my seat. Few moments later a young girl approached me, asking if I brought Blackberry charger. Let alone the charger, I don’t even have Blackberry, my funny answer made her laughed.

Dia duduk di sisi saya. Dan bermula dari membicarakan charger Blackberry, kami jadi mengobrol panjang lebar.

She sat next to me. And Blackberry charger has led us to a long conversation.

Saya melupakan darah-darah di toilet tadi.

I forgot the bleeding in the toilet.

Perjalanan penuh perjuangan dari stasiun Bogor Paledang ke rumah semakin membuat saya lupa dengannya.

The long ride from Bogor Paledang train station to my house made me forgot all about it.

Saya baru ingat lagi ketika saya mandi di rumah.

It came back to me when I took a bath at home.

Sebetulnya 2 hari sebelum berangkat ke Sukabumi, darah itu sempat keluar. Tapi saya membentaknya dengan mengatakan tidak boleh keluar sekarang. Gimana ceritanye, coy, 2 hari lagi gue mau berangkat ke Sukabumi, ngaco aja elu keluar sekarang

2 days before I left to Sukabumi, I actually had a bleeding. But I yelled at it, hell, I would be leaving to Sukabumi in just 2 days, there is no way that you came out now

Boleh percaya, boleh tidak percaya, pendarahan itu berhenti.. hehe..

Well, believe it or not, the bleeding stopped… lol..

Tapi tanggal 9 Desember malam, saya memutuskan besoknya saya harus total bed-rest.

But on the evening of December 9th, I decided I must have total bed rest on the next day.

Hari Selasa adalah hari libur saya. Karena anak-anak les juga sudah ulangan umum, saya liburkan les mereka selama sisa bulan Desember ini dan karenanya sepanjang hari itu saya bisa istirahat total.

Tuesday is my day off. And since my tutoring children have had their exam, I give the tutoring off for the rest of December and thus I could have the whole day to rest.

Saya tidur lamaaaaaaaa sekali karena hari Selasa itu saya baru bangun jam 10 pagi.

I slept sooooooo long because I woke up at 10 am on that Tuesday.

Saya bangun, sarapan, mandi, mengobrol sebentar dengan orang tua saya dan kemudian kembali berbaring-baring sampai saya tertidur lagi selama 2 jam.

I got up, had breakfast, took a bath, talked with my parents for a while and lied down in my bed until I fell to sleep for 2 hours.

Saya bangun dengan perasaan amat segar, kaki saya yang semalam bengkak sudah kembali normal dan pendarahan saya berhenti!

I got up feeling so fresh, feet that swelled last night had return to their normal size and my bleeding stopped!

Benar juga kata ginekolog saya.

My gynecologist was right.

“Hormon kamu jadi aktif kalau kamu capek atau stress” begitu katanya waktu saya datang untuk berobat tanggal 18 November.

“Fatigue and stress activated your hormones” he said when I went to see him on November 18th.

Hormon itu memicu keluarnya menstruasi tanpa berhenti dan dalam jumlah sangat banyak.

That hormone triggers the unstoppable menstruation and its high volume.

Wah kacau, saya nyengir sendiri. Mana ada orang hidup yang tidak capek atau stress?

Damn, I grinned to myself. Is there any living human who is not tired or stress?

Ginekolog saya menyarankan saya untuk istirahat. Setiap kali saya datang berobat, dia pasti memberikan surat istirahat. Dia selalu bersikeras meminta saya untuk istirahat.

My gynecologist suggested me to take a rest. Everytime I came for a visit, he would give me a letter of sick leave. He always insists me to rest.

Hari itu pun dia memberikan saya surat ijin istirahat.


That day he gave me a letter of sick leave.

Saya tidak pernah memberikan surat itu pada senior saya. Membicarakannya saja tidak.

I never gave that letter to my senior. I didn’t even say a word about it.

Bukan karena saya ini gila kerja. Tapi karena posisi saya tidak memungkinkan saya untuk tidak masuk kerja.

Not because I were a workaholic. But my position gives me no freedom to take a day off from work.

Jadi saya mengakali sikon ini dengan tidur lebih awal setiap kali saya merasa badan saya mulai capek. Tidur lebih dari 8 jam mampu memulihkan tenaga.


So I find other solution to this situation by going to bed whenever I felt fatigue shadowing my body. More than 8 hours of sleep can restore my strength.

Hari Selasa sekarang ini adalah hari untuk bed-rest.

Tuesday is for bed rest.

Senin, 16 Desember saya pergi tidur dari sebelum jam 7 malam. Saya mulai merasa badan capek dan hari itu ada gumpalan darah keluar.

Monday, December 16th, I went to bed before 7 pm. I was feeling fatigue and there was blood clot came out.

Besoknya saya bangun jam 7.30 pagi. Saya menyapu dan mengepel lantai. Sarapan dan mandi.

The next day I got up at 7.30 am. I swept and mopped the floor. Had breakfast and took a bath.

Lalu saya berbaring-baring di tempat tidur. Tidak bisa tidur lagi. Dan sebetulnya membosankan sekali tapi ya apa boleh buat.

After that I lied down on bed. Couldn’t sleep. And it was so boring but I had no choice.

Hormon itu jadi jinak kalau saya tidak capek dan tidak stress.

The hormone becomes tame when I am not tired nor stress.

Sambil berbaring, saya mendengarkan musik. Berpikir tentang banyak hal kecuali tentang pekerjaan karena takut bisa memicu stress.

I listened to the music as I lied down. Thinking about many things except work for fearing it would create stress.

Saya berpikir tentang hal-hal yang ringan saja. Berpikir tentang orang-orang tersayang. Berpikir tentang perjalanan-perjalanan backpacking saya. Berpikir tentang tujuan backpacking saya selanjutnya bulan depan. Berpikir tentang apa yang akan saya tulis dalam blog ini. Berpikir tentang hal-hal atau peristiwa-peristiwa lucu.

I thought about light stuff. Thought about my loved ones. Thought about my backpacking trips. Thought about where I will go in my next backpacking trip next month. Thought about what I will write in this blog. Thought about funny things or funny moments.

Jadi begitulah, saya sedang mempelajari dan mengenali kondisi badan saya.

So there it is, I am learning and recognizing my physical condition.

Saya tidak bisa melarikan diri dari kenyataan. Jadi saya harus hidup dengan kenyataan bahwa hormon saya justru berubah menjadi liar dalam usia yang menurut penilaian saya seharusnya dia telah melewati masa-masa liarnya.

I can’t run away from the fact. So I have to live with the fact that my hormones are going wild at the age when I considered them should have overcome their wild moments.

Tapi kenyataan ini berdampak panjang pada diri saya.

But this fact has long impact on me.

Saya menjadi jauh lebih kokoh dan kuat dari sebelumnya. Saya menemukan sumber kekuatan dalam diri saya sendiri. Dan semua itu membentuk jati diri yang baru.

I am stronger and tougher than before. I found the strength within myself. And they formed a new me.

Dan anehnya, saya menjadi orang yang lebih tenang dan bahagia.

And strangely, it makes me a calmer and happier person.

No comments:

Post a Comment