Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, December 26, 2013

To Believe or Not Believe

Mempercayai atau tidak mempercayai adalah pilihan masing-masing.

To believe or not believe is everyone’s choice.

Mempercayai atau tidak mempercayai adalah hak asasi setiap orang.

To believe or not believe is everyone’s right.

! ! ! ! ! ! ! ! !

Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk mengomentari kepercayaan seseorang.

Remember those stuff before you decide to make comment about what somebody believes in his or her heart.

Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk memberi nasihat tentang  kepercayaan seseorang.

Remember those stuff before you decide to give advice on the things someone believes in his or her heart.

Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk ikut campur dalam hal-hal yang dipercayai oleh seseorang.

Remember those stuff before you decide to interfere with the things that someone believes in.

Niat anda boleh baik tapi belum tentu orang itu menerimanya sebagai sesuatu yang baik.

Well meant maybe but that person might perceive it as the opposite. 

Itulah yang saya rasakan.

That is what I feel.

! ! ! ! ! ! ! ! !

“Kamu diam saja dari tadi” Andre menghampiri saya yang sedang duduk sendirian di beranda belakang sambil menekuri hujan yang sedang turun “Mau ceritakan pada saya apa yang kamu lagi pikirkan?”


“You've been quiet” Andre came to me as I was sitting alone in the back porch, looking at the rain “Wanna talk about what you have there in your mind?”

Saya menghela napas panjang. Tersenyum kecil. Menatapnya.

I took a deep sigh. Smiled slightly. Stared at him.

“Ada sesuatu yang meresahkan hatimu” dia duduk di sisi saya.

“Something troubling you” he sat at my side.

Saya meraih tangannya. Menempelkan tangan itu ke pipi saya dan menciumnya.

I took his hand. I put it on my cheek and kissed it.

“Harusnya tadi saya tidak usah datang, kalau tidak karena ada hal-hal yang harus saya bereskan”

“I shouldn’t come to work today if not because I had few things to take care”

“Tanggal 1 Januari nanti lebih baik kita jalan saja” lanjut saya.

“We better go somewhere on January 1st” I went on.

“Beneran?” dia tersenyum geli “Ada apa nih sampai kamu yang biasanya paling ngebelain kerjaan tiba-tiba ogah masuk kantor”

“Seriously?” he smiled “what makes you who wouldn’t skip a day suddenly don’t wanna go to work”

“Ah, di kantor pun tidak ada kerjaan. Itu kan hari libur” jawaban saya terdengar tidak meyakinkan.

“There isn’t work anyway. It is a public holiday” I didn’t sound convincing.

Andre tertawa “Tidak ada kerjaan? Kamu akan kasak-kusuk mencari sesuatu untuk dikerjakan”

Andre laughed “No work? You would find something to do”

Saya nyengir “Ayo deh kita pergi jalan-jalan saja. Menginap di Bandung? Kita bisa berangkat Senin sore”

I grinned “Come on, let’s just go somewhere. Stay in Bandung? We can leave on Monday afternoon”

“Boleh aja kalau itu mau kamu”

“Sounds great if that’s what you want”

Dia menatap saya “Kemarilah” ditariknya saya.

He looked at me “Come here” he drew me close to him.

Kami duduk berpelukan. Memperhatikan hujan.

We sat with our arms wrapped around each other. Watching the rain.

Dan saya menceritakan pada Andre tentang beberapa orang di tempat kerja yang tadi pagi mendatangi saya.

And I told Andre about few people at work who came to me in the morning.

“Kalau saja mereka mengatakan ‘Ke, kamu akhir-akhir ini tidak mau ikut ibadah. Ada apa? Kalau ada sesuatu yang mengganggu hati kamu, saya atau kami ada disini buat dijadikan tempat untuk curhat’, saya tidak akan jadi merasa terganggu karenanya”

“If only they said ‘Keke, you have been skipping the service lately, is everything okay? If there is something bothering you, I am or we are here for you whom you can talk to’, I wouldn’t feel annoyed by that”

Saya menghela napas kesal.

I sighed my upsetness.

Andre mencium kening saya.

Andre kissed my forehead.

“Tapi mereka masuk ke ruangan saya dan langsung membombardir saya sampai-sampai saya bahkan ga bisa menyimak, meresapi, mengerti apalagi menanggapi perkataan mereka”


“They came to my room and just went like bombarding me that I couldn't really hear, absorb, understand let alone respond their words”

“Saya berangkat kerja dengan hati yang gembira” saya menatap Andre yang diam membiarkan saya menumpahkan seluruh beban di dalam hati saya “Padahal semalam kita pergi yang bikin saya kurang tidur dan masih sedikit mabok. Tapi pagi itu hati saya gembira karena biar pun saya tidak lagi percaya pada tuhan atau kekristenan tapi hari itu saya tahu saya akan bertemu dengan orang-orang yang saya kenal dan beberapa dari mereka adalah orang-orang yang saya sayang. Sebelum insiden itu, saya lagi gembira, tahu!”

“I went to work feeling so happy” I looked at Andre who sat quietly allowing me to unburden my weariness “We went out the night before that made me didn’t have enough sleep and I had a slight hangover. But that morning I was happy because despite the fact that I no longer believe in god or christianity, I knew I would meet the people I know on that day, some of them are my loved ones. I was happy before that incident, y’know!”

“Mood saya jadi rusak setelah insiden itu”

“The incident ruined my mood”

Saya berdiri diam. Kehabisan napas.

I stood there in silence. Running out of breath.

“Saya perlu minum” saya masuk ke dalam.

“I need a drink” I got inside the house.

Andre mengikuti saya. Membuka lemari dan mengeluarkan sebuah botol.

Andre followed me. He opened the drawer and took out a bottle.

“Apa nih?” saya tertawa ketika dia menyorongkan gelas berisi cairan bening yang dituangkannya dari botol itu.

“What is this?” I laughed when he gave me a glass filled with something he poured from the bottle.

“Vodka” katanya singkat.

“Vodka” was his short answer.

Saya tertawa lagi. Mengangkat gelas itu. “Cheers” kata saya padanya sebelum menghabiskan isi gelas itu dengan sekali teguk.


I laughed. I took up the glass. “Cheers” I said to him before I drank it all.

Panasnya alkohol seperti membakar hidung saya, tenggorakan, seluruh isi jantung, paru-paru dan perut.

Alcohol felt like a burning fire ran through my nose, throat, heart, lungs and all down to the stomach.

Saya menunduk. Mencengkeram pinggiran meja. Mengatur napas. Sekian detik berlalu dan pelipis saya yang tadi berdenyut serta kepala saya yang terasa kencang mulai tenang.

I bowed down. Grapped the tip of the table. Breathing. Few seconds passed and my throbbing temples and headache felt eased up.

“Lebih enakan?” tanya Andre.

“Feeling better?” Andre asked.

“Jauh lebih baik” saya menghela napas. Saya harus menenangkan diri. Hormon saya bisa jadi aktif kalau saya capek atau stress dan hormon itu memicu keluarnya menstruasi.

“Much better” I sighed. I had to calm myself down. The hormone is activated whenever I am tired or stressed up and it can triggers the menstruation.

Dia menghampiri saya. Memeluk saya. Mencium kening saya. Mengusap-usap punggung dan lengan saya.

He came to me. Hugged me. Kissed my forehead. Caressed my back and arms.

Saya tidak ingin menangis tapi air mata saya menetes juga.

I didn’t want to cry but the tears just came out my eyes.

“Mereka berniat baik tapi dengan cara yang tidak tepat” suara lembut Andre menenangkan saya “Dan kamu juga benar. Percaya atau tidak percaya adalah urusan pribadi setiap orang yang tidak bisa dengan seenaknya atau semudah itu untuk dicampuri atau dikomentari”

“They meant well but used inapproriate way” Andre’s gentle voice calmed me down “And you also right. It is in personal territory when it comes about one person’s belief or unbelief. Something that anyone can't interfere or commenting that easy”

“Kalau mereka berkomentar lagi atau sibuk menasihati kamu, lebih baik kamu katakan itu bukan urusan mereka” sambung Andre “Mereka mungkin tidak setuju tapi mereka harus belajar untuk menghormati pilihan kamu”

“If they say any comment or give you advice, you better tell them that it is none of their business” Andre continued “They may not agree with your belief but they have to learn to respect your choice”

“Gimana kalau mereka masih juga ngotot?”

“How if they keep messing up with that subject?”

“Kamu harus katakan kalau hal itu bikin kamu merasa amat sangat tidak nyaman”

“You should tell them how they make you feel very uncomfortable”

Hmm..

No comments:

Post a Comment