Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, December 14, 2013

Sukabumi : Go, Go.., Mochi Hunting!

Jakarta punya soto Betawi.

Jakarta’s well known dish is soto Betawi.

Jogja terkenal dengan gudeg.

Jogja’s dish is gudeg

Sukabumi?

Kubek-kubekan di internet pun hasilnya tetap sama… yah, apalagi kalau bukan… Mochi

Search engine in internet led me only to… well, what else but… Mochi

Berhubung terbatasnya waktu yang saya miliki, hanya sekitar 5 jam karena saya sampai di Sukabumi hampir jam 10 pagi sementara kereta terakhir ke Bogor berangkat dari Sukabumi jam 15.20, maka dari awal saya memutuskan untuk berwisata kuliner saja.

Since I didn’t have much time, I had only about 5 hours because the last train to Bogor from Sukabumi leaves at 3.20 pm, I decided I would only be having culinary tour on that town.

Sesampainya saya di stasiun kereta api Sukabumi.. saya bingung ketika keluar dan melihat depannya adalah pasar. Tidak ada rambu yang menunjukkan arah menuju jalan-jalan di pusat kota.

Once I got at Sukabumi train station.. it confused me when I got out of it and found out it is facing traditional market. No road sign for direction on how to go to downtown.

Saya masuk lagi ke dalam stasiun. Celingak celinguk mencari bagian informasi atau peta kota Sukabumi yang ternyata tidak ada.


I got inside the train station. Looked around and found there is not information counter nor Sukabumi map.

“Pak, jalan Ciwangi dimana ya?” tanya saya pada seorang petugas.

“Sir, where is Ciwangi street?” I asked an officer.

Dia menggeleng dengan muka bingung.

He shook his head with confusion on his face.

Yee.. gimane judulnye, coy.. elu yang orang Sukabumi masa sama kagak taunya dimana jalan Ciwangi sama gue yang orang Bogor..

Yeah right.. you gotta be kidding me, dude.. you stay in Sukabumi and you are just as lost as me who came from Bogor in this town..

Saya jadi tertawa sendiri..

It made me laugh..

the left view
Saya keluar dari stasiun. Menengok ke kiri, menengok ke kanan. Wah, untung-untungan nih kalau begini..

I went out the train station. I looked to my left, I looked to the right. Well, I gotta try my luck on this..

the right view

Saya sudah belok ke kiri tapi saya ragu. Saya berhenti lalu berganti arah ke kanan. Di ujung jalan, saya bertanya pada seorang bapak yang sedang duduk di depan warung.

I turned left but I hesitated. I stopped and turned around to go to the right, I asked a man who sat infront of a stall.

Untuk menuju ke jalan Ciwangi, saya memang harus mengambil arah ke kiri, melewati pasar, diperempatan jalan belok kanan..

To get to Ciwangi street I had to go to the left, passing the market, turn right at the intersection.

Nah, ternyata instink awal saya benar. Harusnya ambil yang ke kiri. Saya nyengir sendiri jadinya.

So my first hunch was right. I had to go to the left. I grinned..

Waduh, pasarnya bener-bener pasar tradisional. Mana jalanannya becek.. cek.. cek.. dibeberapa tempat saya sampai harus berjalan setengah berjinjit sambil sedikit menarik celana jeans saya supaya tidak terkena lumpur.

Wow, it is really traditional market. The road was muddy.. aww.. I had to walk half tiptoed in some spots while pulling up my jeans to prevent it for getting splatter by mud.

Sampai diperempatan, saya belok kanan dan pelan-pelan menyusuri jalanan itu.

I turned right once I got at the intersection and I walked slowly down the road.

Sampai di ujung jalan, wah, nemu pertigaan lagi nih.. ada kiri, kanan dan lurus. Yang mana jalan Ciwangi? Mata saya tidak melihat ada plang nama jalan.

Down the road, oh, another intersection.. there is the left, the right and the one across the street. Which one to Ciwangi street? I didn’t find any street name sign.

Saya bertanya pada seorang pedagang di pinggir jalan. Ternyata jalan Ciwangi ada diseberang jalan.

I asked a street vendor. Ciwangi street is across the street.

Saya menyeberang dan menyempatkan diri untuk memotret jalan yang baru saja saya lewati tadi, kalau tidak salah itu jalan Lettu Sobri.. wah, ternyata jauh juga saya berjalan kaki menyusuri jalan itu. tidak terasa jauh karena saya jalan pelan-pelan sambil memperhatikan pedagang dan pertokoan di kiri kanan jalan.


I crossed the street and took a photo of the street I passed, it is Lettu Sobri . I had walked quite far but I didn’t know it since I walked slowly and focusing on the sellers and stores in that street.

Di ujung jalan Ciwangi.. saya melihat deretan andong parkir di depan pertokoan. Wah, jauh-jauh dari Bogor nemu andong juga disini.

As I walked in Ciwangi street.. I saw horse carriage were parked infront of the stores. Well, what do you know, I came all the way from Bogor and I found horse  carriage here.

Hai, kuda, dapat salam ya dari temen-temen kamu di Bogor, kata saya dalam hati sambil memotret mereka.


Yo, horsie, your friends in Bogor send their regards, I thought this while taking the photo.

Saya menyusuri jalan Ciwangi dan sampai di ujung jalan, saya tidak menemukan Toko Kue Maju yang katanya jual kue khas Sukabumi. Infonya saya dapatkan dari internet.

I walked and even after I got at the end of the road I didn’t find Maju cookie store that according to the information I got from internet said it sells Sukabumi traditional cookies and snacks.

Waduh, gimana ini? Saya harus kemana dong?

Aww, what should I do now? Where should I go from here?

Saya melihat catatan saya. Ada beberapa tempat lain. Saya menimbang-nimbang.

I looked at my note. There were other places. I thought it over.

Kalau mau ke jalan Bhayangkara, gang Kaswari kemana arahnya? Naik apa? saya bertanya pada bapak tua penjual koran yang dengan ramah menunjukkan angkot warna apa yang harus saya naiki, turun dimana dan tanpa saya tanya, dia menyebutkan berapa ongkos angkotnya.. hehe.. informasinya lebih lengkap dari internet.. sip!. Dunia tidak kekurangan orang-orang baik yang dengan tulus hati mau menolong sesamanya.

If I want to go to Bhayangkara street, Kaswari alley, which way should I go? Which angkot should I take? I asked these to an old man at newspaper stall. He nicely showed which angkot should I take, where I should get off and without being asked he also told me the fares.. lol.. I have got more information than what I have got from the internet.. you rock, dude! The world still has stock of kind hearted people who willing to help other people.

Mochi.

Penjual kue khas Sukabumi ini ada di gang Kaswari. Sampai di sana pun, saya bingung memilih tokonya karena ada 3 toko.

The stores that sell this Sukabumi snack is in Kaswari alley. It confused me though when I got there and saw there were 3 stores.


Saya mengikuti kata hati. Memilih toko paling ujung. Dan saya tidak salah pilih. Orang yang ada disana semuanya ramah. Saya bahkan boleh masuk ke ruang belakang dan memotret para pekerja yang sedang membuat mochi.


I followed my heart. I choose the last store on the row. And I made the right choice. The people there were friendly. I was even allowed to get into the rooms to take photos of the workers making mochi.

glutinous rice flour
glutinous rice flour + sugar + hot water

stir the dough of glutinous rice flour + sugar + hot water

Wah, pengalaman langka..

the dough then made into small size round & stuffed with mashed roasted peanut
roasting the peanut

Wow, one experience indeed..

packaging section

Kalau ada yang berpikir cara pembuatan mochi kurang higienis.., ibu saya yang perutnya super duper antik saja tidak sakit perut atau kena diare padahal dia makan mochi banyak banget.. hehe..


If you think the way they make mochi is less hygiene.., consider this, my mother whose stomach is sensitive has no stomache or get diarrhea after eating so many mochi.

O ya, saya minta maaf karena tidak bisa mengoleh-olehi mochi pada setiap orang di kantor. Pertama karena bisa over budget dan kedua karena saya tidak kuat membawa terlalu banyak oleh-oleh.. buset, berat, bo!.. nentengin 2 kantong plastik itu saja sudah bikin saya gempor..


Oh by the way, I am sorry I didn’t bring enough mochi for everyone in the office. First it would be over budget and second is I didn’t have the energy to carry so many boxes of mochi.. they are heavy, y’know.. it nearly broke my back to carry those 2 plastic bags.

Jadi saya memilih mereka yang terdekat dari yang paling dekat untuk dioleh-olehi mochi.. orang-orang tersayang yang saya utamakan.

So I choose the closest of the close ones to be given mochi.. priority were the loved ones.

Nanti kalau saya ke Sukabumi lagi, saya akan belikan untuk mereka yang ‘terlupakan’.. hehe..

When I return to Sukabumi, I will buy mochi for the ‘forgotten ones’.. lol..

No comments:

Post a Comment