Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, June 10, 2013

I am still in love with you

Sore itu sesuai dengan perjanjian, teman Andre mengirimkan supirnya untuk menjemput saya. Ada acara makan malam dirumahnya. Tapi saya lebih bersemangat untuk bertemu dengan orang-orang yang ikut makan malam itu.

That afternoon, Andre’s friend sent his driver to pick me up. Dinner at his place. But it was not dinner that I was looking eagerly to have. It was meeting the people at dinner that excited me.

Makan malamnya luar biasa.

Great dinner.

Makanannya enak.

Tasty meals.

Minumannya beragam karena yang datang masing-masing membawa sebotol minuman alkohol. Kecuali saya. Teman Andre mengatakan saya tidak perlu membawa minuman apa pun karena Andre sudah mengirimkan sebotol anggur.

Various drinks because those who came each brought a bottle of alcohol drink. Except me because Andre’s friend told me I didn’t need to bring any since Andre has already sent a bottle of wine.

Obrolannya ramai. Yah, jarang-jarang bisa kumpul seperti ini. Percakapannya mulai dari peristiwa yang sudah lewat, soal pekerjaan masing-masing, pasangan sampai ke gosip-gosip tidak penting.

Merry conversation. Well, it is not everyday that we could get together like this. So we talked about the things in the past, about our works, our partners to the unimportant gossips.

Sepuluh orang mengelilingi meja makan itu. Laki-laki. Perempuan. Tua. Muda. Berpasangan. Atau yang datang sendiri seperti saya. Beragam kebangsaan. Dipersatukan oleh rasa lapar dan kekawanan.

Ten people sat around that dining table. Men. Women. Old. Young. Couples. Singles like myself. Multiple nationalities. Bond by hunger and friendship.

Bahasa Inggris adalah bahasa yang dominan terdengar malam itu. Tapi kadang telinga saya menangkap bahasa Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol. Menyenangkan bisa mendengar berbagai jenis bahasa asing.

English was the language spoken that evening. But sometimes I heard some Germans, French, Italian and Spanish. It was such a pleasure to hear various foreign languages.

Kadang saya pikir mereka lupa kalau saya adalah orang Indonesia. Dan di antara mereka yang berkulit putih, bermata biru, coklat, kehijauan serta berambut hitam, coklat, pirang sampai merah ini, saya satu-satunya yang melayu.

Sometimes I think they have forgotten that I am an Indonesian. And among this people with white skins, blue-brown-greenish eyes, black-brown-blond-red hairs, I am the only one who is an Asian.

Mereka menerima, menghargai dan menghormati saya seakan saya adalah satu dari mereka. Padahal bangsa saya sendiri kadang memandang saya dengan sebelah mata.

They accept, appreciate and respect me as if I were one of them. Where my own fellow countrymen sometimes degrade me. Pity.

Mungkin juga mereka menganggap saya sebagai seorang dari mereka karena saya pacar Andre. Karena Andre seorang kulit putih maka saya pun dianggap demikian? Atau karena kepribadian saya yang membuat mereka menerima saya sebagai bagian dari mereka? Entahlah. Yang pasti, saya gembira karena mereka bisa menerima saya apa adanya dengan atau tanpa Andre.

Maybe they accept me because I’m Andre’s girlfriend? Because Andre is a foreigner just like them that I’m also seen that way? Or is it because of my own personality? Dunno. One thing for sure is I am happy that they accept me as myself with or without Andre by my side.

Saya sibuk dengan pikiran-pikiran itu.. dan bel di pintu yang berdering mengalihkan perhatian saya.

Me and my wandering thoughts.. and the door bell rang distracted me.

“Itu dia datang” teman Andre tersenyum ke arah saya “dari tadi sudah saya tunggu”

“There he is” Andre’s friend smiled to me “I’ve been waiting for him to come”

“Who would that be?” emang siapa sih itu? I wondered why he smiled like that to me Saya bertanya-tanya kenapa kok dia tersenyum penuh arti begitu.

“You’ll see” he winked his eye. Dia mengedipkan sebelah mata. Lihat saja nanti.

Dan saya nyaris tersedak ketika mendengar orang yang datang itu menyapa dengan suara keras I almost choked when I heard the guest’s greeted loudly “good evening, everybody. Sorry I’m late. You know the traffic in Jakarta”. Selamat semuanya. Sori telat. Tahu sendirilah lalu lintas di Jakarta.

Andre.

Saya melihat matanya seakan mencari seseorang begitu dia masuk ke ruang makan. Pasti mencari saya. Jadi dia tahu tentang makan malam ini. Dia tahu saya akan berada di sini. Semua ini sudah diketahuinya atau mungkin sudah direncanakan dari awal.

I saw his eyes searched the room when he got into the diningroom. He must be looking for me. So he knew about this evening’s dinner. He knew I would be here. He knew everything about this or it might has been planned from the start.  

Kehadirannya langsung disambut dengan sapaan dari teman-temannya.

His friends welcomed him with their greetings.

“Darling, how nice to see you again” sayang, senang ketemu lagi.

“Dude, you came just in time before we ate this all” bro, kamu datang tepat waktu sebelon semua makanan ini kami habiskan.

“How’s Singapore?” gimana keadaan Singapura?

“How was your flight?” gimana penerbangannya tadi?

“Got stuck in the bloody traffic eh, mate?” macet ya tadi?

“What have you got there?” apa yang kamu bawa itu?

“Well, it’s so nice to see you all again” senangnya kita bisa ketemu lagi. Andre menyalami satu persatu, mencium pipi wanita-wanita yang ada di situ “Singapore is Singapore. The flight was okay. Yep, one hell of a traffic out there. Glad to be here on time before you ate this all, kid. Well, I’ve got a bottle of champagne. The best year” Singapura yah biasa aja. Penerbangannya lancar. Ya, lalu lintasnya gile bener. Sukur bisa sampai disini sebelum kamu habisin makanannya. Oh, saya bawa sebotol champagne. Tahun yang terbaik. 

“What are we celebrating?” apa yang kita rayakan?

“To celebrate tonight, to be here with friends and my girl” untuk merayakan malam ini, ada di sini dengan teman-teman dan gadisku.

Andre melembutkan suaranya ketika dia mengucapkan “my girl”, dia berlutut di sisi saya, tersenyum lembut. Mukanya terlihat lelah tapi matanya bersinar.

Andre softened his voice when he said “my girl”, he kneeled beside me and smiled tenderly. He looked tired but his eyes shone brightly.

Setelah tidak melihatnya selama berbulan-bulan dan mengisi percakapan kami akhir-akhir ini dengan pertengkaran demi pertengkaran membuat saya kehilangan kata-kata.

After not seeing him for months and filled our conversation with fights after fights made me speechless.

Dia tidak menunggu jawaban. Dia mencium saya. Harum tubuhnya samar bercampur dengan bau cologne, sabun, obat kumur dan tembakau membuat saya merindukannya teramat sangat.

He didn’t wait for me to say anything. He kissed me. The smell of his body mixed with cologne, soap, mouthwash and tobacco made me missed him so much. 

Lama setelah makan malam itu selesai barulah kami bisa bicara berdua di teras.

We talked in the terrace, long after the dinner over.

“What was in Singapore? Why didn’t you tell me you went there?” I asked him. Saya bertanyaAda apa di Singapura? Kenapa tidak kasih tahu kalau kamu ke sana? 

“Business” Andre menatap saya. Andre stared at me “Went to see some people. And a friend of mine has been asking me to join his firm. I went to check the place. He gives me fair remuneration and an apartment”Bisnis. Bisnis. Ketemu dengan beberapa orang. Dan seorang teman saya nawarin saya untuk kerja di perusahaannya. Jadi saya ke sana untuk lihat tempatnya. Dia kasih penawaran yang menarik dan sebuah apartemen.

“What are you saying?” maksud kamu apa? Alis mata saya pasti sudah terangkat sampai ke dahiMy eyebrows must have been raised to my forehead “That you are moving to Singapore?” kamu pindah ke Singapura?

“Yes”

“How about your job in the States? Your apartment? Josh?” tanya saya bertubi-tubiI asked him one question after another.

“Well, I’ve got this job offer that I don’t get everyday and I can keep my clients. I put my apartment for rent. Josh is fine with his mom” saya dapat penawaran kerja yang bagus yang tidak boleh dilewatkan dan klien saya toh masih tetap pakai jasa saya. Apartemen saya sewain ke orang lain. Josh baik-baik saja dengan ibunya.

Saya tertawa antara lucu dan skeptis.

I laughed. It felt funny and I was also skeptical.

“Why now?” kenapa baru sekarang?

“You've always nagging me to get a job in Jakarta. Well, this is the closest that I could get” kamu kan selalu minta saya cari kerja di Jakarta. Nah, cuma ini yang paling dekat yang bisa saya dapatkan.

“That’s all?” Cuma itu alasannya?

“What do you mean?” maksudnya?

“No other reason?” bukan karena alasan lain?

“Well, actually, there is, let me put it this way, I am responsible for bringing that man into your heart” yah, sebetulnya ada, saya ikut bertanggung jawab memberi orang itu kesempatan untuk masuk dalam hati kamu.

Jawaban Andre mengagetkan saya karena sebelumnya dia selalu menyalahkan saya.

It was really a surprise answer because he used to put the blame on me.

“I was not there for you when you needed someone. He was there for you. He probably has liked you for a long time, that is to say after I heard how you described him behaved  toward you but that moment gave him the way to get into your heart and you just respond according to your needs at that time. I don't think it was love. You were and are not in love with him. I'm sure of it”  Saya tidak ada di sisi kamu sewaktu kamu memerlukan seseorang untuk mendampingi. Yang ada adalah dia. Mungkin saja dia sudah lama suka sama kamu, kalau dengar dari cerita kamu tentang sikapnya ke kamu tapi momen itu memberi celah baginya untuk masuk ke dalam hati kamu. Kamu merespon sesuai dengan apa yang sedang kamu butuhkan pada waktu itu. Saya kira itu bukan cinta. Saya yakin kamu tidak jatuh cinta pada orang itu. 

Saya terpana mendengarnya.

I stunned to hear this.

“Yes, I blamed you for a while” ya, untuk beberapa waktu lamanya saya mempersalahkan kamuAndre smiled. Andre tersenyum “I was angry. I was jealous. I knew there were men attracted to you in the past but you didn’t really like them, at least not like this one so I never felt so worry and threatened”. Saya marah. Saya cemburu. Saya tahu ada beberapa laki-laki yang pernah suka ke kamu di waktu-waktu sebelumnya tapi kamu tidak pernah benar-benar balas menyukai mereka, tidak seperti yang satu ini, jadi ya saya cemas dan was-was.

Dia menggenggam erat tangan saya.

He hold my hand tight.

“You are a logical person, now think this with your logic, do you think that guy really loves you?” kamu orang yang berpikir secara logika, nah, sekarang pikirlah dengan logika, apa laki-laki itu benar-benar mencintai kamu?

Saya menggeleng. Sepertinya sih tidak.

I shook my head. It does not seem like that. 

“I know I’m not a perfect man but I do love you and I don’t want to lose you” saya tahu saya bukan pacar yang sempurna tapi saya mencintai kamu dan saya tidak mau kehilangan kamu.

“I accept this job offer so I can be close with you. It will be easier for me to get to you and I can spend weekends here. Perhaps one day after I get settled there, you would consider to move there and stay with me” Saya terima tawaran pekerjaan ini supaya saya bisa jadi lebih dekat sama kamu. Lebih gampang buat saya mengunjungi kamu dan saya bisa berakhir pekan di sini. Mungkin suatu hari nanti setelah saya mapan di sana, kamu mau mempertimbangkan untuk ikut pindah ke sana dan tinggal dengan saya.

I nodded. Saya mengangguk “that’s good”

“So, are we okay now?” Andre asked me. Andre bertanya pada saya. Kita baikan ya sekarang?

Saya tersenyum. Ya, kami berdamai pada malam itu.

I smiled. Yes,  we reconciled that evening.

Andre masih harus mengurusi beberapa hal mengenai kepindahannya. Memang agak repot karena dia harus mondar-mandir tapi setidaknya saya bisa berharap sebelum tahun ini berlalu dia sudah bekerja dan tinggal lebih dekat dengan saya.

Andre has to take care few things due to his moving. It makes him have to go back and forth to few places but at least I can hope he will be working and staying closer to me before this year ends.

Saya menulis ini dengan seijin dan sepengetahuan Andre tentunya. Dengan mencatatnya saya bisa mengingat bahwa setiap hubungan bisa mengalami naik turun. Bahwa siapa saja bisa tertarik pada lawan jenisnya. Dan hubungan yang buruk tidak selalu mendorong seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Buktinya hubungan saya dan Andre tidak sedang bermasalah ketika saya bertemu dengan laki-laki lain dan tertarik padanya. Untung saja semua ini belum sampai berkembang jauh dan karena itu dampaknya belum sampai kemana-mana.

I write this under Andre's consent of course. Writing it down is a reminder for myself that every relationship has its ups and downs. And getting attracted to other man or woman can happen to anyone. It does not need a bad relationship to make or push someone to have relationship with other man or woman because my relationship with Andre was doing okay when I met that other man and got attracted to him. Luck for us all, it has not gone any further so thus, no damage was made so far

No comments:

Post a Comment