Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, June 8, 2013

A Thousand Years

‘Please play me’.

Saya segera mengenali tulisan tangan Andre di atas kertas putih yang tertempel di atas sebuah kotak kecil yang diberikan oleh temannya kepada saya di awal bulan Juni ini.

I quickly recognized Andre’s hand writing on that piece of paper that stick on that small box given to me by his friend early this June.

“What’s in this box?” kotak itu terasa ringan di tangan saya. Apa ya isi kotak ini?

“What’s in this box?” that box felt so light in my hand.

“Dunno” jawab bule itu. Ga tau “My guess is, it is a birthday present” Kayaknya sih, hadiah ulang tahun.

“Dunno” said that guy “My guess is, it is a birthday present”

Saya spontan tertawa. Ulang tahun saya sudah lewat kira-kira 2 minggu lalu “It is a late birthday present then. Andre never forgets my birthday and he has called me on that day”. Wah, sudah telat banget dong. Andre ga pernah lupa sama ulang tahun saya dan dia nelpon pada hari itu.

I laughed. My birthday was about 2 weeks ago. “It is a late birthday present then. Andre never forgets my birthday and he has called me on that day”.

Bule itu cuma mengangkat bahu, nyengir dan sebelum pergi dia kembali mengingatkan “Don’t forget, dinner, my place, tonight. I will send someone to pick you up after work, ok”. Jangan lupa, makan malam di rumah saya nanti malam. Saya kirim orang buat jemput kamu pulang kantor, ok.

The guy just shrugged his shoulder, grinned and before he left he reminded me again “Don’t forget, dinner, my place, tonight. I will send someone to pick you up after work, ok”.

“Yes, sure. Thanks” jawab saya.

Begitu sampai di kantor, saya segera membuka kotak yang terbungkus oleh kertas warna coklat itu.

Once I got in the office I hurriedly opened the box that wrapped with brown paper.

Sebuah CD. Tidak ada sampul. Penasaran, saya mencari laptop kantor, memasukkan CD itu dan...

A CD. No cover. Curious, I played it on the office’s laptop.

Lagu A Thousand Years yang dinyanyikan Christina Perri mengalun.

It was Christina Perri’s song A Thousand Years.


Untunglah kantor sedang sepi pagi itu sehingga saya bisa duduk, mendengarkan lagu itu dan menyimak serta meresapi setiap kata yang dilantunkan oleh penyanyi itu.

Just my luck the office was quiet that morning so I could sit, listened to the song and let each word spoke to me.

Saya menghela napas. Lagu ini menyampaikan pesan dari Andre.

I sighed. Andre was giving me a message through this song.

Sepanjang hari saya merenungi kata demi kata dalam lagu itu. Saya bekerja seperti biasa, makan siang, bicara dengan orang-orang di kantor.. tapi setiap kata dalam lagu itu tetap muncul di depan mata saya.

I thought about the words in that song all day through. I worked, I had lunch, I talked with people in the office.. but every word in that song kept appeared before my eyes.

Lagu itu bicara tentang apa yang saya rasakan karena kalau mau jujur, hal-hal yang menimpa diri saya akhir-akhir ini membuat saya takut dan bingung.

The song described my feelings because if I wanted to be honest, the things that have been happening to me lately have made me scared and confused.

Dalam keadaan demikian saya mendorong Andre untuk menjauh.

I pushed Andre away during that period of time.

Dalam keadaan seperti itu pula saya bertemu dengan laki-laki lain.

And it was also at that time I met another man.

Pada saat-saat itu, saya lari dari diri sendiri dan dari orang-orang yang mengasihi saya.

I ran away from myself at that time. I ran away from the people who love me.

Itu adalah naluri saya untuk melindungi diri.

That was my instinct to protect myself.

Membagi kesedihan, ketakutan, kemarahan dan segala rasa galau lainnya membuat saya lega tapi juga menjadi rapuh dan saya tidak suka menampilkan kerapuhan dalam diri saya.

Sharing the pain, fear, anger and other weary burden do relieving but it also put me in vulnerable place because I never like to expose my fragile side.

Tapi lewat lagu itu Andre bicara tentang kesediaannya untuk tetap mencintai saya.

But through that song Andre spoke about his willingness to keep loving me.

Kami bertengkar dan berdebat setelah saya memberitahunya tentang keinginan dan keputusan saya untuk mengistirahatkan hubungan kami. Tidak putus. Hanya memberi ‘time out’.

We fought and argued when I told him that I wanted and have decided to put our relationship in ‘time out’ mode for unlimited time.

Kami kembali bertengkar dan berdebat ketika dia mengetahui tentang kondisi kesehatan ibu saya dan diri saya. Saya sama sekali tidak memberitahunya sehingga dia baru tahu setelah membaca blog ini dan status-status saya di facebook.

We fought and argued again when he knew about my mother’s condition and of my own illness. I didn’t say a word about any of that so he knew about it after he read this blog and my facebook statuses.

Kami lagi-lagi bertengkar dan berdebat sewaktu saya akhirnya mengakui bahwa saya jatuh hati pada laki-laki lain. Andre telah mencurigai hal ini dan capek karena terus menerus di cecar dengan pertanyaan-pertanyaannya membuat saya akhirnya mengakui walau tetap bertahan menyembunyikan identitas laki-laki itu.

We once again fought and argued when I finally admitted that I fell for other guy. Andre has suspected this and tired of his questions forced me to confess though I still hide that guy’s identity.

Ketika kami berdua sama-sama tidak tahu lagi apa yang harus dipertengkarkan dan diperdebatkan, saya melarikan diri ke rumah ibu Yayah pada hari Jumat, 23 Mei lalu, sementara Andre pergi untuk menemui putranya.

When we both couldn’t find anything to be fought and argued, I sought for a sanctuary in Mrs. Yayah’s house on that Friday, May 23rd, while Andre went to see his son.


Sesudahnya komunikasi kami nyaris terhenti. Hanya sekali Andre memposting sesuatu di wall facebook saya. Pesannya singkat. Dia berharap pada suatu hari nanti hubungan kami  akan kembali menjadi baik.

After that we both went silent. Barely communicate with each other. Only once did Andre post something on my facebook wall. The message was short. He wished one day our relationship will be ok again.

Saya tidak berani berkomentar.

I dared not commented it. 

Ketika terakhir kali kami bicara di telpon saat Andre mengucapkan selamat ulang tahun,  dia juga mengatakan ini pada saya;

The last time we talked on the phone when Andre wished me a happy birthday, he also told me this;

“Kita sudah bersama selama 5 tahun. Selama kurun waktu itu, kamu dan saya bertemu, kencan, berdansa, berciuman, bercumbu dengan orang lain. Kita berdua masing-masing telah tergoda oleh atau menggoda banyak atau beberapa laki-laki atau perempuan. Tapi pada akhirnya kita kembali bersatu. Saya pikir yang satu ini pun juga akan berlalu dan kita berdua akan kembali bersama lagi”

“We have been together for 5 years. During those time, you and I have met, dated, danced, hugged, kissed and made out with other people. Each of us has been seduced by or seduced many or few men or women. But we have always got together again. I think this one too shall pass away and we will get together again”


Masih bisakah hubungan kami berjalan selama 5 tahun lagi?

Could our relationship go for another 5 years?

Bahkan ketika saya sudah kembali sehat dan sekalipun tidak ada pihak ke tiga di antara kami berdua..

Even after I get my health back and there is no other guy come between us..

No comments:

Post a Comment