Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, May 27, 2013

Weekend Adventure

“Nich alamat ibu. Dari terminal Bubulak, naik angkot 05 jurusan Leuwiliang. Turun di Cemplang. Dari Cemplang naik angkot jurusan Purwabakti. Di pasar Purwabakti turun. Naik ojek bilang aja mau ke pak lurah Bajri di desa Cibunian”

“Here’s my address. From Bubulak bus station, take the car to Leuwiliang. Get off at Cemplang. From Cemplang, take the car to Purwabakti. Get off at Purwabakti market. Tell the motorcycle driver to take you to Mr. Bajri, the head of Cibunian village”

Itu kutipan langsung sms dari Ibu Yayah hari Kamis siang (23/5) yang membuat saya tertawa karena ketika saya meminta dia memberitahu alamat rumahnya, saya membayangkan dia akan memberikan nama jalan, nomor rumah, perumahan, rt/rw. Eh, yang saya terima justru seperti yang di atas itu sehingga sampai sekarang pun saya tidak tahu rumahnya ada di jalan apa, nomor berapa, rt/rw berapa. Hehe.

That was the text I received from Mrs. Yayah on Thursday afternoon (May 23rd) which made me laughed because it was not what I expected to get when I asked for her home address. So I still don’t know the name of the street where she lives nor do I know her house number.

Ibu Yayah berikut suami, anak dan mantunya berkenalan dengan saya dan orang tua saya di rumah sakit PMI. Ibu saya sekamar dengan anaknya yang terkena demam berdarah.

Mrs. Yayah, her husband, her daughter and her son in law became acquainted to my parents and I when we were in PMI hospital. My mother shared room with her daughter who was hospitalized for having dengue fever.

Lucunya, ibu saya dan anak ibu Yayah masuk rumah sakit pada hari yang sama dan keluar pada hari yang sama juga. Dan karena membawa dua mobil, mereka menawarkan untuk mengantarkan kami pulang memakai satu dari dua mobil itu.

Funny thing is, my mother and Mrs. Yayah’s daughter was hospitalized in the same day and released on the same day too. They brought their two cars and offered to take us home on one of those cars.

Bantuan tidak terduga dan sangat disyukuri karena hari itu turun hujan. Saya dan ayah saya sudah menyiapkan mental untuk menghadapi kenyataan kalau kami harus membawa ibu saya pulang memakai kendaraan umum di tengah hujan yang lumayan deras.

Unexpected aid and thus, highly appreciated because it rained quite heavily. My father and I were both prepared mentally to face the fact if we had to bring my mother home using public transportation under the pouring rain.

Bisa dibayangkan ayah saya dalam usianya yang 68 tahun dan dalam keadaan kelelahan karena menunggui ibu saya selama 4 hari di rawat, ibu saya yang berusia 78 tahun yang belum 100% pulih dan saya sendiri yang saat itu masih dibawah pengaruh obat untuk menormalkan hormon serta untuk menghentikan menstruasi harus pulang memakai kendaraan umum di bawah guyuran hujan. Di Bogor tidak ada taksi. Harus sewa angkot. 

If you could imagine my 68 years old father whom very exhausted for having to accompany my mother when she was in the hospital for 4 days, my 78 years old mother who haven’t fully recovered and myself who was also under the side effect of the medicine to normalize my raging hormone and also to stop my menstruation, and we had to use public transportation under the pouring rain to go home. There is no taxi in Bogor. If you don't want to use public transportation you have to rent a car.

Tidak seorang pun dari kami yang mengeluh atau menggerutu. Berpikir saja sudah sulit pada waktu itu. Hidup demikian kerasnya pada kami akhir-akhir ini sehingga bagi kami yang penting adalah kami saling mengasihi satu dengan lainnya dan dengan demikian penderitaan tidak akan terasa sangat menyakitkan.

None of us complained or grumbled. We couldn’t even think. Life has been hard to us lately that what mattered most for us is that our love sticks us together and it makes the pain less painful.

Hubungan kami dengan ibu Yayah tetap berlanjut melalui sms. Mereka sangat ramah dan bersifat terbuka sehingga rasanya kami sudah saling kenal lama. Ketulusan dan keluguan seperti itu jarang ditemui di jaman seperti sekarang ini.

Our communication with Mrs Yayah continues through text. They are very friendly and have this welcoming attitude that is rare in today’s time.

Undangan mereka supaya kami datang mengunjungi mereka misalnya, bukanlah undangan basa-basi. Mereka dengan tulus dan serius ingin supaya kami bisa mengunjungi rumah mereka.

They meant it when they invited us to visit their house. A genuine and serious invitation.

Awal bulan Mei ini saya berpikir-pikir saya perlu pergi menyepi sejenak. Saya perlu mengalihkan perhatian. Saya harus mencari suasana baru. Saya perlu menenangkan hati dan pikiran.

Early this May I thought I needed to get away for awhile. I needed a distraction. I must had a break. I got to calm my mind and my heart.

Saya galau memikirkan dan melihat ibu saya yang kondisinya naik turun. Saya galau memikirkan diri sendiri yang hampir sebulan ini kembali menstruasi walau jumlahnya sudah tidak lagi segila bulan lalu. Saya galau memikirkan kehidupan dan karir saya yang seperti jalan di tempat. Saya galau memikirkan begitu banyak cita-cita saya yang sepertinya kok jauuuuuuh sekali seakan nyaris tidak tergapai. Saya galau memikirkan hubungan saya dan Andre yang secara sepihak telah saya istirahatkan tanpa batas waktu. Saya galau karena saya bertemu seseorang yang membuat saya tertarik padanya tanpa bisa memilikinya. Dan saya harus menghadapi kecemburuan dan kecurigaan tidak hanya dari Andre. Konflik membuat saya semakin capek.

I was so troubled thinking and seeing my mother’s condition goes up and down. I was troubled thinking about my own condition for having menstruation for nearly a month now though it is not as much as last month. I am troubled thinking about my life and career that seems stuck. I was troubled thinking about my dreams that seemed so far away almost unreachable. I was troubled thinking about my relationship with Andre that I have one sidedly decided to put it on break. I was troubled thinking about someone I was attracted to and yet can’t have him. And I had to deal with not just Andre’s jealousy and suspicion. I was so sick and tired with these conflicts.

Ah, gila! Saya agaknya sudah gila.

This is so crazy! I obviously have gone mad.

Rumah ibu Yayah menjadi tempat yang saya pilih sebagai tempat pelarian.

And Mrs. Yayah’s home became my chosen sanctuary.

Ayah saya melarang saya pergi sendiri ke sana.

My father told me not to go there all by myself.

Tapi saya ingin bertualang.

But I wanted to have some adventure.

Ya, saya tahu rumah ibu Yayah sangat jauh. 2 jam perjalanan kata ibu Yayah. Ok, saya tahu kondisi fisik saya masih dibayangi oleh menstruasi tapi asal jangan saya berangkat dengan perut kosong, rasanya sih saya akan kuat.

Yes, I knew Mrs. Yayah house is so far away. 2 hours needed to get there, she told me. Ok, I knew my menstruation overshadowed my physical condition but I thought I would be fine as long as I didn’t go there with empty stomach.

Saya ingin mengetes kemampuan fisik dan mental. Saya merencanakan untuk melakukan banyak hal baru, pergi ke tempat-tempat baru dan yang jauh-jauh dan bulan depan setidaknya saya telah merencanakan untuk dua kali pergi hiking ke gunung. 

I wanted to test my own physical and mental condition. I planned to do new things, to go to new and far places and next month I have also planned to go at least twice hiking to the mountain.

Saya harus kuat dan kokoh lagi. Saya tidak boleh dikalahkan oleh apa pun dan siapa pun. Kalau sudah begini, sifat kepala batu saya muncul. Maklum, bintangnya saja Taurus. Banteng. Hehe.

I must get myself strong and tough again. I must not be defeated by anything or anyone. Now at time like this, my head strong character came to the surface. Well, I am a Taurus. A bull. Lol.

Jadi hari Jumat siang (24/5) saya berangkat langsung dari kantor. Mengikuti urut-urutan seperti yang ibu Yayah tuliskan dalam smsnya. Semua berjalan lancar walau pun di terminal Bubulak sempat nyaris tertidur saya di angkot saking lamanya itu angkot ngetem, kemudian terbingung-bingung mencari angkot jurusan Purwabakti setelah sampai di Cemplang dan sempat salah turun sebelum sampai di pasar Purwabakti. Bu Yayah sudah senewen saja ketika menelpon saya,

So that Friday afternoon (March 24th) I left from the office. I followed the direction given by Mrs. Yayah on her text. Everything went smooth though I almost fell to sleep on the car at Bubulak bus station because it seemed it took forever before it left, at cemplang I got puzzled trying to find the car to take me to Purwabakti market and I got off before it reached the market. Mrs. Yayah was nervous when she called me,

“Ke, salah turun dimana? Sekarang ada dimana?”

“Where do you get off? Where are you now?”

“Ga tau, bu” jawab saya sekenanya sambil cekikikan antara geli menertawakan ketololan sendiri yang bikin saya sampai salah turun dan sebagian karena agak senewen juga “Ah, gampang, bu, saya naik angkot yang sama aja” Pikir saya, sudahlah, di bawa enjoy ajalah. Kan nanti juga sampai juga di pasar itu.

“I don’t know” I giggled at my own stupidity and half nervous “oh, don’t worry, I’ll take another car” No sweat, enjoy the trip. I would get at that market eventually. That is what I had on mind.

Jam 3.30 sore baru sampai saya di pasar itu. Buset, ini rekor baru. 3 jam bukan 2 jam seperti yang dikatakan oleh ibu Yayah ketika saya bertanya berapa lama untuk sampai di rumahnya. 3 jam adalah waktu tempuh yang sama dari Jakarta ke Indramayu dan Jakarta-Bandung. Gileee!!

I got at that market at 3.30 pm. Man, I just made a new record. 3 hours instead of 2 hours that Mrs. Yayah said it would take to get to her house. Jakarta to Indramayu takes 3 hours drive and so does Jakarta-Bandung. 

Saya di jemput oleh keponakan ibu Yayah. Di sepanjang sisa perjalanan lagi-lagi saya menahan napas melihat pemandangan indah pegunungan dan sawah ladang yang membentang di depan mata. Kami berhenti dulu untuk memotret.




Mrs. Yayah’s nephew picked me up with his motorcycle. Once again I gasped to see the beautiful view of the mountains and rice fields. We stopped so I could take these photos.

Ceritanya berlanjut dipostingan berikutnya…

I will continue the story in my next post...

No comments:

Post a Comment