Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, July 6, 2015

Ambon - Ten Suns

Beberapa teman saya yang asli dari Ambon mengatakan Ambon itu panas. Ya, jelas saja panas. Kan dekat dengan laut.

Few of my Ambonese friends told me Ambon is hot. Of course it is hot. It is surrounded by sea.

Tapi Ambon itu unik. Karena posisinya dikitari oleh perbukitan dan laut membuat cuacanya juga jadi unik.

Ambon is unique. Surrounding by hills and sea makes its weather unique.

Angin dingin berhembus di pagi hari dan udara panas menggantikannya mulai dari sekitar jam 10, lalu begitu matahari terbenam udaranya cepat menjadi sejuk karena adanya angin dari perbukitan, saya bahkan menggigil pada malam dan subuh.

Cold wind breezes in the morning and at around 10 am it gets to feel hot, once the sun set the wind from the hill  cools the weather, it even made me shivered at night and dawn.

Hari pertama kami tiba di Ambon, matahari bersinar hangat tapi anginnya dingin. Karena belum tahu sikon udara disana, saya berpikir wah, Ambon tidak beda jauh nih udaranya dengan Bogor.

On the first day we arrived in Ambon, the sun was warm but the wind was cool. Not yet familiar with its weather, I thought, Ambon is no different with Bogor.

Ehem.. itu jam 7 pagi.

Umm.. it was 7 am.

Semakin siang, semakin panas. Saya yang tertidur dari mungkin jam 9 pagi terbangun jam 10.30an terbangun oleh udara panas itu padahal kasur yang saya tiduri itu tipis dan  diletakkan di lantai. Tapi panasnya itu tidak tertahankan sampai rasanya seakan di langit ada sepuluh matahari.

the city of Ambon as it was seen from the place where we stayed
Later it got hotter. I went to bed at around 9 am and it was probably 10.30 when the heat woke me up. The mattress I slept on was thin and it was put on the floor. Still the heat was unbearable as if there were ten suns in the sky.

“Ini musim hujan lho, kak” kata teman saya.

“It’s rainy season, sis” said my friend.

Ah, yang bener?! Segini ini musim hujan, gimana musim panasnya?

You gotta be kidding?! If this is rainy season, what would it be like in summer?

Waduh ni panas bikin saya langsung jiper. Tapi buat berpayung.. malu ah.. kan judulnya lagi jadi turis. Masak turis payungan.. ga seru dong.. hehe.

day 2: one hot noon, heading to the beach
Oh no, this sun freaked me out. But to go everywhere with an umbrella.. too embarrassing.. I was a tourist. No, no, umbrella is not for tourist.. haha..

Pilihan yang tidak akan bikin saya jadi bahan ledekan dan tertawaan orang.. ya, topi. Dan saya membawa dua macam topi.

day 1: one hot afternoon, Tirta Beach
The option that wouldn’t make me as everyone’s joke and be laughed is.. yes, hat. And I brought two kinds of hat.


Jadi amanlah kepala dan mata saya dari teriknya panas matahari.

Day 2: Sante Beach
So they covered my head and eyes from the hot sun.

Tapi tidak ada satu hal apa pun yang bisa membuat saya mau berenang di laut.

Liang Beach
Nothing could persuade me to even wished to go swimming in the sea.

Day 2: Liang Beach
“Takut hitam dia” ledek teman saya.

“She doesn’t want to get tanned” teased my friend.

Ya, orang Ambon juga banyak yang kulitnya gelap karena terbakar matahari dan mereka tetap kelihatan cantik dan tampan tapi kan belum tentu berlaku demikian untuk saya.. hehe..

The beach kids swam in hot afternoon, "who's afraid of dark skin? not us"
Yes, so there are many Ambonese with their tanned skin but still able to look beautiful and handsome but would it do the same to me? lol..

.. to be continued ..

6 comments:

  1. Kunjungan pertama di blog ini, wih penulisnya sangat inovatif nih ada versi inggris dan indonesia. Salam kenal mbak :)

    ReplyDelete
  2. hahahahahahha...toss dulu mba... aku ga suka pantai, aku ga suka berenang, dan ga suka panas sebenrnya ;p.. itu alasan knp aku hindarin bgt prgi ke pantai... bisa gosong, dan balik lg k warna asal bakal butuh 6 bulanan ;p.. aku pgn k ambon, ato kota2 di indonesia timur.. tp ga pengin ngerasain panasnya yg menyengat hahahaha ;p mungkin ini yg bikin aku ga cukup berniat bneran utk lgs beli tiket k tujuan2 pantai sana ;p..pasti aja ujung2nya milih daerah gunung ato yg sejuk2 ;p

    ReplyDelete
  3. mantap tuh pantai, duh sukanya main air di pantai merasakan lembutnya pasir

    ReplyDelete
  4. Tq mbak Titis sdh mampir & komen. Salam kenal balik.

    Ya, saya tulis blog saya ini dg 2 bhs krn blogger.com itu cakupannya ke seluruh dunia, jadi sayang banget kalau isi blog yg menarik tdk dimengerti sama orang dari luar negeri cuma krn faktor bahasa.
    Sekalian ini jadi tempat saya terus menerus melatih bhs Inggris saya.

    ReplyDelete
  5. Hehe.. fan, biar pun ga terlalu ngefans sama pantai krn takut hitam (iya, belang dikaki waktu berenang lbh dari 3 bln lalu belon ilang juga nih, itu dikolam renang lho berenangnya, gmn kl di laut.. hehe) & krn ga bisa berenang (wupss, ketauan deh..) hehe.. tapi saya ga bisa nolak pesona keindahan pantai yg beda tentunya dg gunung. jadi tinggal disiasati aja dg bertopi atau berpayung ;)

    ReplyDelete
  6. Betul, mbak Tira, pantainya indah.. asal berani panas & berani jd hitam aja.. hehe

    ReplyDelete