Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, July 8, 2015

Ambon - Sweet Ambon

Indonesia adalah negeri yang diberkati dengan banyak sekali keragaman dari mulai alam, etnis, budaya sampai bahasa.

Indonesia is a country blessed with so many various things from nature, ethnicity, culture to language.

Tapi apakah kita bisa menghargai, bangga, memelihara dan menjaganya terutama di jaman ketika pengaruh budaya asing masuk dengan deras dan menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar orang Indonesia.. hmm..?

But can we appreciate, proud, take good care and preserved them especially at the time when many foreign culture freely penetrating and becoming part of Indonesian lives.. mm..? 

Jadi saya mengagumi orang-orang yang memiliki kecintaan, kebanggaan dan keterikatan kuat dengan daerah, suku dan budayanya.

So I admire people who have strong passion, pride and bond with their ethnic group, place and culture.

Saya merasakan itu semua selama saya berada di Ambon.

I felt it during my stay in Ambon.

*   *   *   *   *

Dari mulai hal yang kecil seperti rujak.

Starting from a small thing in form of snack called rujak.

Kalau Ambon dikenal dengan pantai-pantainya yang indah, sagu, pahlwan Pattimura… ah, itu sih sudah umum. Tapi rujak.. saya dapat merasakan keterikatan, kecintaan dan kebanggaan orang Ambon pada daerahnya bahkan ketika topik pembicaraan menyinggung tentang hal yang menurut kita terlalu remeh seperti rujak.

If Ambon is best known for its beautiful beaches, sagu, Mr. Pattimura the national hero.. nothing is unfamiliar about it. But rujak.. I could sense Ambonese people’s bond, passion and pride for their land when the topic turn to something that we consider a nonimportance such as rujak.

Indonesian Fruit Rujak

The typical Indonesian fruit rujak consists of slices of assorted tropical fruits such as jambu air (water apple), pineapple, raw mangosbengkoang(jicama), cucumberkedondong, and raw red ubi jalar (sweet potato). Sometimes Malang variants of green applebelimbing, and jeruk Bali (pomelo) are added. The sweet and spicy-hot bumbu rujak dressing is made of water, gula jawa (palm sugar), asem jawa (tamarind), ground sauteed peanuts,terasi (shrimp paste), salt, bird's eye chili, and red chili pepper. All of the fruits are sliced to bite-size, and put in the dish. The bumbu rujak or thick sweet spicy rujak dressing is poured on the fruit slices. An addition of sambal garam powder (simple mixture of salt and ground red chilli) is put on side as the alternative for those who love a salty taste for their rujak. The Javanese people call this kind of rujak as lotis. (wikipedia)
  
“Kakak harus cobain rujak Ambon kalau pergi ke pantai” kata teman saya.

“You have to give Ambonese rujak a try when you go to the beach, sis” said my friend.

Jadi itulah yang kami lakukan ketika kami pergi ke Pantai Tirta pada siang hari yang panas itu di hari pertama kami berada di Ambon.


So that is what we did when we went to Tirta beach on that hot afternoon in our first stay in Ambon.

Pantainya indah. Panasnya luar biasa. Kaki masih bengkak. Badan belum hilang rasa capeknya setelah melakukan perjalanan panjang dan karena kurang tidur.

Beautiful beach. The day was hot like hell. Swollen feet. Still exhausted from the long fly and lacked of sleep.

Pisang goreng, air kelapa muda dan rujak.. mmm.. lupa deh sama panas, kaki bengkak, capek dan ngantuk.. hehe..


Fried banana, coconut water and rujak.. mmm.. I forgot the heat, the swollen feet, the nausea and sleepiness.. haha..

Ukuran pisangnya lebih besar dari pisang di pulau Jawa. Wih, rasanya juga beda.

The size of the banana is bigger than the ones in Java. Tasted good too.

Dan rujaknya memang benar beda rasanya. Saya tidak tahu apanya yang bikin rasanya jadi lebih enak karena kelihatannya bahan-bahannya sama saja dengan rujak di pulau Jawa. Mungkin ada buah tertentu yang hanya ada di Ambon yang ikut di ulek jadi satu dengan bumbunya.


And the rujak did feel different. I don’t know what makes it tasty because the ingredients looks same with the ones in Java. Maybe there is a certain fruit that only grows in Ambon that grilled with those ingredients.

*   *   *   *   *

Hal lain yang menggambarkan kecintaan, kebanggaan dan keterikatan orang Ambon pada Ambon adalah slogan ‘Ambon Manise’.

Another thing that pictures Ambonese’s passion, pride and bond to Ambon is their ‘Sweet Ambon’ slogan.

Tadinya saya kira itu cuma julukan untuk orang Ambon karena walau kulit mereka umumnya gelap tapi mereka manis, tidak jelek.

I assumed it is the name given to Ambonese who despite for their dark-tanned skin but they are sweet, not bad looking.

Dari Pantai Tirta, kami meneruskan jalan-jalan sore ke Lapangan Pattimura dan disana saya kaget melihat huruf-huruf raksasa bertuliskan ‘Ambon Manise’ terpampang besar-besar.





Leaving Tirta Beach, our next afternoon sight seeing destination is to Pattimura Field and there I hardly believed it when I saw big letters of ‘Sweet Ambon’ are made into display. 

*   *   *   *   *

Gereja tertua di Ambon.


The oldest church in Ambon.

Ketika tadi pagi pesawat yang kami tumpangi terbang mengitari Ambon, sudah terlihat bangunan-bangunan gereja bertebaran.

Early this morning when our plane flew over Ambon, we could see churches everywhere.

Ini bukan membicarakan tentang hal rasisme dalam hal keagamaan tapi sungguh buat saya kenyataan bahwa perbandingan jumlah mesjid dan gereja bagaikan 1: 100 di Ambon terasa luar biasa. Ya, untuk bisa mengerti perasaan saya, anda harus memposisikan diri sebagai seorang yang selalu menjadi minoritas tidak hanya di negerinya sendiri atau di kotanya sendiri tapi bahkan di dalam kelasnya sendiri sampai ketika di dalam angkutan umum.

the only mosque I saw in the city of Ambon

This is not about being religion racist but it feels incredible for me that the number of mosque and church in Ambon were like 1: 100. You have to put yourself in my shoes to understand my feelings as somebody who is always be a minority not just in her own country and in her own town but even in her own classroom up to even in angkot, one mass transportation.

Yah, perbedaan akan selalu ada. Justru lewat perbedaan itu kita belajar untuk menjaga perdamaian, untuk saling menghormati, menghargai dan mengalahkan ego.

There shall always be differences. Through it we learn to keep the peace, to have mutual respect, appreciation and to keep ego down.

*   *   *   *   *

Apa yang membuat Ambon itu menarik buat saya selain hal-hal di atas?

What makes Ambon so appealing for me beside the above stuff?

Orang Ambon nya tentu.. hehe..

The Ambonese.. that’s for sure.. lol..

Secara fisik mereka saya nilai menarik karena matanya yang ekspresif, hidung yang umumnya mancung, giginya yang putih dan kulitnya yang gelap.


I think they are physically appealing because of their expressive eyes, pointed nose, white teeth and tanned skin.

Bahkan menurut saya laki-laki Ambon punya pesona yang kuat.

I even found Ambonese men have strong sex appeal.

Saya tidak bisa menjelaskan kenapa mereka terlihat menarik buat saya karena biasanya saya tidak suka laki-laki berkulit gelap. 


I can’t explain why I found them so appealing because usually I am not attracted to dark skin men. 

“Untung cuma tiga hari disana” kata Andre setengah bercanda, setengah was-was “Kelamaan dikit, kamu bisa kecantol cowok sana”

“Good thing it was just a three days stay” said Andre half joking, half cautious “Stay longer and a guy there might allured you”

Hahaha..

.. to be continued ..

4 comments:

  1. Kalo baca soal Ambon selalu keinget Glenn Fredly hihihi

    ReplyDelete
  2. bener kok mba...org ambon itu manis2 ;)... beda dgn org2 lain di Indonesia... mrk ada campuran asingnya kali ya? portugis bukan sih?

    aku udh srg dgr kalo rujak ambon itu emg enak... sayang blm prnh nyobain :)... next kalo ke ambon, ini jd kuliner wajib pertama yg aku cari :)

    ReplyDelete
  3. Glenn Fredly itu ambon manise banget.. hehe

    ReplyDelete
  4. Orang Ambon memang beda profilnya.
    nabung deh dr sekarang, fan, jd thn depan bisa traveling ke sana.. hehe..

    ReplyDelete