Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, July 3, 2015

Ambon - Love at First Sight

Matahari terbit dilihat dari pesawat adalah pemandangan yang luar biasa indah. Apalagi ketika kami terbang di atas sekumpulan awan.

Seeing sunrise from the plane was one awesome view. Especially when we flew above the clouds.

Bayangkanlah terbangun di pagi hari dan melihat pemandangan seperti ini.


Imagine waking up in the morning and seeing this view.

Kalau biasanya saya bangun dan melihat kamar saya yang penuh dengan barang, lalu disusul dengan prosedur rutin setelah bangun tidur;

Usually I wake up and see my stuffed room and soon follow by routine procedure after waking up that consist of;

Bangun dari tempat tidur, minum segelas air, membuka horden, membuka pintu kamar, berjalan keluar, melihat apa lampu-lampu sudah dimatikan, pergi ke ruang makan, sarapan, membawa gelas dan piring kotor ke dapur, mengambil gelas berisi air untuk gosok gigi, masuk ke kamar mandi, selesai mandi, menjemur handuk, masuk ke kamar, dandan, ganti baju, berangkat kerja, kalau ada angkot ya bisa langsung naik tapi kalau tidak ada angkot berarti saya harus berjalan kaki lebih dari lima menit menuju ke depan kompleks perumahan tempat saya tinggal untuk menunggu angkot disana dan tentu saja.. menghadapi angkot yang entah jalannya lamban, rajin berhenti dan ngetem, belum lagi menghadapi macet..

Get off the bed, drink a glass of water, open the curtain, open the door, walking out of the room, check if the lamps have been turned off, go to the diningroom, have breakfast, take the dirty plate and glass to the kitchen, take the glass that filled with water to brush my teeth, go to the bathroom, after bathing, put my towel in the hanger, get into my room to put on the makeup and change, go to work, if there is angkot I can just get on it but if not it means I have to walk to my housing complex entrance to wait for it there, to have to deal with angkot that either drives slow, makes many stops and waits for passenger, not to mention dealing with traffic..

Tapi pagi itu ketika saya terbangun, suara keras derum mesin pesawat memenuhi telinga saya dan pemandangan langit gelap di luar sana bertabur bintang lalu pelan-pelan mulai terisi oleh warna oranye, putih dan kuning tanda matahari terbit, sekumpulan awan terlihat bagaikan busa deterjen terpampang di depan mata saya.


But that morning when I woke up, the humming loud sound of airplane engine filled my ears and the view of dark sky with thousands of stars that slowly changed its color with orange, white and yellow as the sun was raising, piles of clouds looked like detergent foam were all there to be seen by me.

Ucapan ‘selamat pagi’ menghangatkan hati saya ditengah-tengah dinginnya udara dalam kabin yang membuat saya membayangkan alangkah enaknya kalau ada segelas kopi panas dan semangkok mie ayam... mm..

imagine if they serve this on the plane :)
The greetings ‘good morning’ warmed my heart in the midst of cold air in the cabin that made me thought how nice it would be to have a cup of hot coffee and a bowl of chicken noodle... mm..

Pesawat kami berputar sehingga saya bisa melihat jajaran kepulauan Maluku, melihat rumah-rumah dibawah sana, melihat garis pantai dan… laut!

Our plane made a turn so I could see the islands of Maluku, the houses down there, the beaches and… the sea!

Laut!

Sea!

Saya nyaris tidak bisa menyembunyikan kegembiraan ketika melihat laut dari atas pesawat.

I barely could hide my excitement when I saw the sea from the plane.

Saya orang gunung, di Bogor mana ada pantai dan laut. Yang paling dekat ya di Jakarta, laut yang sudah terpolusi, jadi kalau mau dapat yang bersih harus pergi ke kepulauan Seribu.

I live in the mountain area, there is no beach and sea in Bogor. The nearest is in Jakarta, but well, the sea is polluted, have to go to Thousand Islands to find a pollution free one.

Pagi itu, untuk pertama kalinya sejak kami meninggalkan Bogor, hati saya terisi penuh oleh rasa syukur dan gembira. Oh, untung saja saya nekad pergi. Kalau tidak, saya tidak akan melihat pemandangan yang luar biasa ini.

That morning, for the very first time since we left Bogor, my heart filled with gratefulness and happiness. Oh, glad I insisted to go. Otherwise, I wouldn’t see this amazing view.

*   *   *   *   *

Bandara Pattimura kecil tapi dikitari oleh perbukitan di satu sisi dan laut di sisi yang lain. Pemandangan yang membuat saya berdecak kagum.


Pattimura airport is small but it is surrounded with hills in one side and sea in other side. What a view. I couldn’t stop admiring it.


Saya tidak percaya cinta pada pandangan pertama tapi saya jatuh cinta pada Ambon sejak pertama kali saya melihat deretan kepulauannya dari atas pesawat.

I don’t believe in love at first sight but I fell in love with Ambon since the first time I saw its islands when we flew above it.

Bandaranya rapi dan bersih walau pun kamar mandinya sedikit berbau pesing.


The airport is neat and clean though the bathroom a bit smell.


Sayang kami lupa berfoto-foto. Agaknya kami masih belum sepenuhnya bangun dan perut kosong membuat pikiran hanya terfokus pada hal-hal yang penting saja yaitu mencari toilet karena semua kebelet pipis, lalu mengambil barang-barang, mencari jemputan dan pergi ke penginapan.

Too bad we forgot to take pictures. We obviously have not completely gained our consciousness and empty stomach made our minds focused only to important things such as finding a toilet as we all had the urge to take a pee, after that getting our luggage, finding our rides and go to the inn.

Semua terlihat berbeda. Manusianya, logat dan bahasanya, bahkan udara serta sinar mataharinya saja berbeda.

Everything looked different. The people, the accent and the language, even the air and the sunshine were different.

Ini yang paling saya sukai dari traveling. Menemukan bahwa ada kehidupan yang berbeda di sisi lain dari bumi ini.

This is what I like most about traveling. To find that there is life in another part of the globe.

Saya menikmati setiap detiknya.

I enjoyed every second of it.

*   *   *   *   *

Saya kembali terpana melihat jalanan yang rapi, rata, perbukitan di satu sisi dan laut di sisi yang lain..

rekaman video diatas dibuat di hari kedua kami berada di Ambon
/ the above footage was taken on the second day of our stay in Ambon

I once again admired the nice, smooth road, the hills in one side of the road and the sea in another side.

Apa orang-orang Ambon ini menyadari betapa diberkahinya mereka untuk terlahir di tempat yang demikian indah seperti ini?

Are these Ambonese realize how blessed they are to be born and live in this beautiful place?

Saya telah mengunjungi banyak tempat indah tapi bahkan Bali pun tidak bisa membuat saya merasa ingin menetap seperti yang saya rasakan terhadap Ambon.

I have visited many beautiful places but not even Bali could make me feel of wanting to reside as I feel about Ambon.

Kotanya bersih, tidak semrawut, mungkin karena penduduknya tidak sepadat di Jakarta atau Bogor.


The town is clean, not chaotic. Maybe because it is inhibited by less people compare to Bogor or Jakarta.

Malah Ambon lebih hebat dari Bogor. Saya hampir tak percaya ketika melihat ada jembatan layang di Ambon. Gile, di Ambon ada jembatan layang!. Ambon.. yang kita anggap kalah canggih dari kota-kota di pulau Jawa ternyata malah lebih canggih.. widih..


Infact, Ambon is so much sophisticate than Bogor. I couldn’t believe my eyes when I saw a flyover in Ambon. Dude, there is a flyover in Ambon!. Ambon.. that considered to be far less sophisticate than the towns in Java is actually more sophisticate.. how about that..

*   *   *   *   *

Rencana untuk langsung jalan lagi setelah menaruh barang-barang dan sarapan terpaksa harus dirubah karena kaki saya bengkak.

The plan to go out again after dropped the luggage and had breakfast had to be changed because my feet swelled.

“Biasanya kaki kamu tidak bengkak begini” Andre prihatin.

“Your feet are not usually to swell like this” said the concerned Andre.

“Tiga jam duduk di pesawat, begini deh jadinya. Saya harus tidur” saya memutuskan “Mudah-mudahan bengkaknya berkurang kalau sudah dibawa tidur”

“This is what I've got after three hours of sitting on the plane. I need to get some sleep” I decided “Hopefully they would not swell anymore after I get some sleep”

Lagi pula saya juga capek dan mengantuk.

Besides, I was tired and sleepy.

.. to be continued ..

4 comments:

  1. cantik banget itu mataharinya :)

    ReplyDelete
  2. makanya saya paling senang motret matahari terbit.. cantik banget sih soalnya

    ReplyDelete
  3. aku punya sepupu, yg lama tinggal di ambon, tp skr ini udh menetap di bali.. dan sampai skr, dia dan klaurganya ttp menganggab ambon kota yg paling cantik yg prnh mereka tinggalin :).. jd bnr2 penasaran pgn ksana

    ReplyDelete
  4. keren kotanya, fan, disebelah perbukitan, disebelahnya lg laut.. jarang ada yg kayak gitu. mau ke laut dekat. mau ke bukit jg dekat. pantai Tirta & Natsepa gratis masuknya. Pantai Sante & Liang masing-masing bayar cuma 5000/org buat seharian.

    Cuma tiket pesawat ke Ambon terhitung mahal. nyari di traveloka dr 6 bln lalu ahirnya tetap mentok di kisaran angka 1,260an jt buat tiket jln, 1,300an buat tiket pulang. naik damri jkt-bogor 55rb sekali jln. jd hrs punya dana 3 jt/org

    ReplyDelete