Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Tuesday, November 11, 2014

Roommate

Beberapa hari sebelum kami berangkat ke Jimmers Mountain Resort, yang menjadi pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah ‘Disana nanti saya sekamar dengan siapa?’.


Few days before we left to Jimmers Mountain Resort, the question frequently asked was ‘With whom will I share my room?’.

Awalnya saya tidak merepoti hal itu karena pengaturan rekan-rekan yang akan jadi teman sekamar saya sudah fixed. Tapi eh, rupanya dirubah. Dua orang ditempatkan sekamar sementara si mahasiswa praktek dan saya ditempatkan dalam dua kamar yang berbeda.

It didn’t bother me at first thinking the people with whom I would share room with have already fixed. Well, what did I know, it was changed. Two of them were placed in same room while the intern and I were placed in two different rooms.

Setelah melihat daftar nama orang-orang yang sekamar dengan saya, sontak saya minta dipindahkan.

I quickly asked to be placed not with them once I learned whom I would share room with.

Maaf, jangan salah paham, alasan saya tidak ingin sekamar dengan mereka bukan karena mereka orang-orang yang tidak menyenangkan. Saya mengenal mereka cukup baik dan mereka adalah orang-orang baik tapi ini adalah liburan, saat dimana saya ingin bebas lepas menjadi diri saya tanpa harus ada kewajiban untuk jaim. Jadi saya harus sekamar dengan orang yang berpikiran sama dengan saya.

Please don’t misunderstand, the reason I didn’t want to share room with them was not because they are unpleasant people. I know them well and they are nice people but this was a vacation, time when I just wanted completely be myself without any obligation to behave well. So I had to share room with somebody who had the same mind.

Pilihan saya jatuh pada si mahasiswi magang. Kami berdua berbeda usia lebih dari dua puluh tahun tapi ada banyak kesamaan di antara kami dalam selera humor, musik, pemikiran dan prinsip. Yang terutama adalah kami bisa menjadi diri sendiri, bisa bicara tentang apa saja, bisa bercanda gila-gilaan, bisa ngomong dengan gaya paling nyeleneh, bebas dan lepas.


My choice fell on the intern. There are twenty years of age gap between us but we have many things incommon from our humor, music, thinking and principles. The most importantly is we can always be ourselves with each other, we can talk about anything, we can joke like crazy, talk in the most loosened way freely.

Ternyata membutuhkan sedikit perjuangan sebelum akhirnya kami berdua bisa ditempatkan sekamar karena kami sempat dipisahkan walau kami sudah ditempatkan sekamar oleh anggota panitia yang berwewenang dalam hal pengaturan kamar.

It needed a little struggle before we both finally placed in same room because we were put in different room though we had been placed in same room by the incharge committee member.

Kami berdua sama-sama bersyukur sekali bisa sekamar dengan orang yang memang satu frekuensi sehingga suasana dalam kamar, dalam hati dan dalam pikiran sama damainya.

We both were grateful to share the room with somebody who is same in tune so the mood in the room, in heart and mind are peaceful.

Karena tidak semua yang ikut ke Jimmers seberuntung kami.

Not everyone who went to Jimmers was as lucky as we were.

Malam pertama kami disana.. jam 10, ibu (yang awalnya saya pilih untuk jadi teman sekamar) muncul di depan pintu kamar kami yang kebetulan sedang dibuka.


On our first night there.. at 10 pm, a lady (whom I chose as my roommate) showed up at our open door.

Dia mencari kamar rekan kami. Tapi hari berikutnya saya diceritai oleh seorang ibu lain yang sekamar dengan ibu ini tentang alasan sebenarnya kenapa malam-malam dia menyelinap keluar dari kamar mereka.

She was looking for our acquaintance. But the next day another lady told me the real reason why she sneaked out of their room that night.

Dua ibu ini, si mahasiswi magang dan saya awalnya ditempatkan dalam satu kamar. Kami berempat satu frekuensi sehingga merasa pas kalau berbagi kamar selama berada di Jimmers.

These two ladies, the intern and I were placed in same room at first. We all are in same tune so we all felt we would make each other as a good roommate during our stay at Jimmers.

Tapi mereka berdua kemudian dipisahkan dari si mahasiswi magang dan saya karena ada dua orang ibu lainnya yang ngotot ingin sekamar dengan mereka.

But then they were separated from the intern and I because there were another two ladies who insisted to share room with them.

“Gue sih ok sama siapa aja, Ke” kata seorang dari dua ibu ini ketika saya memprotes perubahan kamar ini.

“I have no problem sharing room with anyone, Keke” said one of them when I protested the change in the arrangement of our room.

Ya sudahlah kalau mereka rela. Beda dengan saya dan si mahasiswi magang yang tetap berupaya, hampir ngotot, untuk bisa sekamar.

Well, that should do if they didn’t mind. Unlike me and the intern who kept tried, insistently, to share a room.

Beberapa hari kemudian kami berempat berkumpul dan saling berbagi cerita, satu dari sekian banyak cerita adalah tentang dua teman sekamar mereka.

Few days later the four of us got together and we shared stories, one of them was about their two roommates.

the ladies who were supposed to share room with me and the intern
 “Oh.. jadi waktu malam-malam nongol di kamar kita rupanya lagi stress ya” saya ngakak setelah mengetahui bahwa malam itu satu dari ibu itu sengaja menyelinap keluar dari kamarnya karena tidak tahan dengan seorang rekan sekamarnya.

“Oh.. so when you came to our room that night you were distraught” I bursted out my laugh when I learned how that night one of the ladies sneaked out of her room for she couldn’t stand one of her roommate.

“Katanya ‘Gue sih ok sama siapa aja, Ke’..” ledek saya masih sambil tertawa geli.

“What happened to “I have no problem sharing room with anyone, Keke” “ I teased her as I still laughing.

“Gue mau gila rasanya, Ke” ibu itu ikut ngakak “Itu malam gue sudah kagak tahan”

“I was going mad, Keke” the lady laughed as hard as I was “That night I just couldn’t stand it anymore”

Intinya adalah dua ibu yang paling cuek, paling humoris dan paling santai dari semua orang yang saya kenal di tempat kerja saya, bisa stress ketika menghadapi seorang ibu.

The point is these two most outgoing, humorist and easy going ladies I have ever known in my work place could get lots of stress when facing a lady.

Saya jadi ingat tulisan Trinity dalam bukunya ‘The Naked Traveler - jilid 2’,


This reminded me to what Trinity wrote in her book ‘The Naked Traveler - 2nd edition’,

“Kalaupun mau jalan sama teman, pilih deh teman yang benar-benar dekat. Dengan kondisi lelah mental dan fisik (dan keterbatasan uang), biasanya sifat asli manusia keluar deh, tuh. Kalau bukan sama teman dekat, bisa-bisa sakit hati dan akhirnya berantem, deh”(hal. 250)

“If you wish to travel with a friend, chose a very close one, because when we are mentally and physical exhausted (along with funds shortage), this condition may bring out our true color. Could end up having hard feeling or having a fight with our traveling companion” (page 250)

Entah itu rekan perjalanan atau rekan sekamar, filosofinya pada dasarnya sama.

Whether it is traveling companion or roommate, the philosophy is basically same.

Jadi jangan anggap remeh ketika memilih rekan seperjalanan atau rekan sekamar. Jangan berkata atau berpikir ‘Ah, gue sih ok sama siapa saja’ tapi kemudian jadi stress sendiri ketika orang yang ada bersama dengan kita ternyata punya sifat, kepribadian atau kebiasaan yang amat sangat luar biasa ‘ajaib’.. hehe..


So don’t just pick anybody as traveling companion or roommate. Don’t say or think ‘Hey, I’m ok with anybody’ but later become so stress when the person who accompanies us happen to have ‘unique’ character, personality or habit.. haha..

No comments:

Post a Comment